Mubadalah.id – Remaja merupakan suatu tahap peralihan diri anak menuju dewasa, yang mengalami perkembangan dalam segala aspek yaitu kognitif, emosi , sosial, dan seksual. Ketidakstabilan emosi juga tidak bisa dipungkiri para remaja memiliki rasa ketertarikan terhadap seksualitas pun meningkat, sehingga penting memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi remaja.
Hal ini terutama dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat dan membuat dunia semakin transparan, mudah, dan cepat diakses oleh siapapun, kapan, di mana saja serta informasi dan pengalaman seksual bisa dengan mudah diperoleh secara bebas, telanjang dan tanpa filter. Maka kesehatan reproduksi remaja harus dipahami agar tidak terjebak dalam pergaulan berresiko.
Sebab pengalaman itu akan mendorong rasa penasaran, dan dapat memicu remaja melakukan seks berresiko tanpa mengetahui dampak yang akan di alaminya, seperti kehamilan tidak diinginkan dalam usia yang masih sangat muda. Di sini akan nampak peran kesehatan reproduksi remaja sebagai upaya pencegahan agar hal-hal yang tidak diinginkan itu tidak terjadi.
Kehamilan yang tidak diinginkan umumnya berdampak buruk pada remaja perempuan, kehamilan ini dapat menyebabkan putus sekolah, gangguan pada kehamilan, ketidaksiapan mental remaja perempuan menghadapi perannya di masa yang akan datang dan juga dampak pada perkembangan anak yang dikandungannya.
Dan pada akhirnya banyak yang memilih jalan untuk melakukan teknik aborsi yang beresiko kematian dan menyebabkan masa remaja menjadi masa suram yang tidak menguntungkan. Sedangkan, pemahaman masyarakat terhadap informasi kesehatan reproduksi remaja masih sangat minim dan menjadi pembahasan yang tabu terutama pembicaraan antara orang tua dan anak.
Dari beberapa orang tua yang ditemui dan saya tanyakan, mengapa tidak ada edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja, dan pendidikan seks sedari dini untuk anak-anak. Secara keseluruhan orang tua tersebut menjawab, mereka tidak paham dan malu untuk menjelaskan kepada anaknya dan juga khawatir jika mereka menjelaskan justru hal tersebut menjadi pemicu untuk anaknya melakukan seks.
Padahal pemahaman tentang kesehatan repruduksi remaja bagi anak-anak tersebut sangatlah penting diketahui. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya pemenuhan hak-hak kesehatan reproduksi remaja, yang dapat diketahui dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Seperti yang telah dilansir oleh Tempo.co (12/05/2016) bahwa WHO merilis setiap tahunnya ada 56 juta kali aborsi yang dilakukan dan sekitar 2 juta lebih kasus aborsi itu di Indonesia, turut ambil bagian dan jika dipilah lagi ternyata para remaja yang terlibat melakukan aborsi sebanyak 30%.
Kuntari melalui Tempo.co menyebutkan bahwa di Indonesia angka abortus remaja perempuan mencapai 2-2,6 juta kasus pertahunnya atau sekitar 43 kasus aborsi setiap 100 kehamilan usia muda antara 15-24 tahun. Dan bukan itu saja kasus lain yang berkaitan dengan problem penyakit menular seksual lainnya adalah meningkatnya jumlah angka penderita HIV/AIDS .
Tahun 2012 sebanyak 26.483 kasus HIV/AIDS terjadi pada kelompok usia muda antara 20-29 tahun. Tahun 2013 terdapat 29.031 kasus HIV/AIDS terjadi di kelompok muda. Untuk itu, dampaknya sangat besar terutama untuk remaja perempuan.
Ketidaktahuan atas pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, dan dari rasa penasaran pun menjadi boomerang serta mengabaikan pentingnya alat reproduksi. Ketidakpahaman remaja mengenai seksualitas dan kesehatan organ reproduksinya disebabkan karena faktor budaya dan lingkungan yang begitu menanggapi aktivitas seksual sebagai hal tabu.
Budaya dan lingkungan yang tidak kondusif, menjadikan remaja ingin menemukan dan mencoba sesuatu yang baru. Ketidakpahaman mereka terhadap kesehatan reproduksi remaja, menyebabkan rasa kurang bertanggung jawab dengan hak seksualitasnya.
Terlebih, pengaruh budaya, lingkungan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tanpa batas, menyebabkan akses informasi menjadi sangat nyata. Ini menjadikan remaja berusaha mencari fantasi seksual yang tidak pernah didapatkan dari keluarga atau saudaranya. Kondisi ini menjadikan remaja menjadi korban konsumtif dari tayangan dan informasi yang mengarah pada bentuk penyimpangan seksualitas pada usia remaja.
Situasi ini ditambah dengan rentan menjadi korban kekerasan seksual, yang membutuhkan penanganan secara tepat, agar dampak kekerasan seksual tidak menjadi kehancuran bagi perkembangan masa depan remaja. Melalui pemahaman, penanaman kesadaran kesehatan reproduksi remaja diyakini dapat mengurangi dampak terjadinya tindak kekerasan terhadap remaja, terutama perempuan.
Islam secara komprehensif telah memberikan prinsip dasar mengenai usaha penyelamatan kesehatan reproduksi remaja. Memberikan pemahaman dan informasi yang tepat dan benar mengenai kesehatan reproduksi remaja dan keyakinan nilai-nilai ajaran agama, merupakan strategi preventif bagi remaja.
Yakni dengan menanamkan nilai-nilai keagamaan sedini mungkin menjadi pelindung bagi anak menjadi lebih kokoh dan efektif. Pemahaman dan informasi kesehatan reproduksi remaja juga dapat diperoleh melalui pendidikan seksualitas. Bagi remaja persoalan ini merupakan hal yang sangat menantang dan membuat rasa penasaran yang besar.
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya transfer pengetahuan dan nilai tentang fisik genetik dan fungsinya khususnya yang terkait dengan jenis (sex) laki-laki dan perempuan sebagai kelanjutan dari kecenderungan primitif makhluk hewan dan manusia yang tertarik pada lawan jenisnya.
Selain itu, pendidikan kesehatan reproduksi remaja juga adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak terbebas dari kebiasaan yang tidak Islami serta menutup segala kemungkinan ke arah hubungan seksual berresiko. Yakni dengan cara mmeberikan pengarahan dan pemahaman yang sehat tentang seks dari aspek kesehatan fisik, psikis, dan spiritual.
Selanjutnya pendidikan kesehatan reproduksi remaja bagi anak sejak dini harus dilakukan oleh orang tua dan guru dengan berpusat pada masjid. Masjid dalam arti harfiah, yaitu tempat sujud yang berada di setiap rumah keluarga muslim karena setiap rumah idealnya disediakan ruang khusus untuk beribadah.
Di masjid dalam arti syar’i,yaitu bangunan yang digunakan untuk beribadah terutama salat dan menjadi pusat kegiatan pendidikan dan sosial umat. Anak sejak dini harus diperkenalkan dengan masjid sebagai pusat gerak kehidupannya sehingga secara psikis-sosio-spiritual, karakter mereka akan terbangun secara positif.
Dan juga peran Ibu serta perempuan yang pada umumnya sangat dekat dengan anak-anak memerlukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang cukup, dan tidak bisa lagi ditolerir. Karena mereka sejauh ini hanya menerima pengetahuan dari pengalaman orang tua secara natural tanpa desain pembelajaran dan pendidikan yang memadai.
Maka dari itu, pendidikan kesehatan reproduksi remaja bagi perempuan yang berkualitas harus diupayakan terus-menerus jika masyarakat menginginkan kehidupan masa depannya menjadi lebih baik dan berperadaban. []