• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pentingnya Rasa Bahagia Saat Mendidik Anak

Bahagianya seorang Ibu, bahagianya seorang Ayah, dan juga bahagianya seorang anak, pada akhirnya akan menghadirkan kebahagiaan dalam proses merawat dan membesarkan anak, yang itu menjadi kunci keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
26/11/2020
in Keluarga, Kolom
0
197
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Satu pelajaran yang saya dapat hari ini: Jika diri sendiri belum juga bahagia, bagaimana bisa membahagiakan orang lain?  Ungkapan itu tiba-tiba menjadi begitu benar. Saya jadi terpikir betapa pentingnya parenting itu. Pentingnya parenting untuk mendidik anak sepertinya memang terasa saat kita secara langsung berhadapan dengan anak.

Saya termenung seketika saat menyaksikan seorang Ibu yang sedang marah pada seseorang lalu melampiaskan amarahnya itu pada anaknya. Dalam hati seakan ingin menegur, tapi apa daya, bukannya menyelesaikan masalah, mungkin hanya akan membuat saya diceramahi dan sebagainya, bahkan ada lagi kasus lain yang malah membuat ibu tersebut jadi tambah memarahi anaknya. Oke, lebih baik diam.

Memang sih, saya belum tahu rasanya menjadi orang tua. Dan karena itulah, berkali-kali saya merasa pembahasan yang berkaitan dengan tema parenting ini justru menjadi penting untuk saya pelajari. Ketidaktahuan dan keresahan saya (yang nantinya) akan menjadi orang tua-lah yang lagi-lagi membawa saya untuk berusaha lebih peka dalam memahami persoalan ini. Terlihat sepele, namun sebenarnya sangat penting dan butuh konsen serta kesabaran yang sangat banyak. Iya nggak bund? Hehe.

Kita, sepertinya memang sudah semestinya memperhatikan seperti apa karakter calon pasangan kita. Karakter, sifat dan watak adalah hal yang sudah melekat pada seseorang, inilah mengapa harus mengenal dulu mereka yang akan menjadi partner seumur hidup kita. Iya, seumur hidup. Makanya perihal memilih pasangan itu cukup menjadi hal yang sangat rumit buat saya.

Apalagi hanya mengandalkan kebucinan sesaat dan cinta buta, atau hal yang kekanak-kanakan lainnya. Atau juga, mengandalkan rupa dan apapun yang berbau materi. No, gak bisa. Makin kesini, saya lebih setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa menikah adalah perihal komitmen. Bagi saya, komitmen itu bukan main-main. Dua orang yang sudah saling sepakat untuk hidup bersama, tentunya sudah saling dewasa, dan selamanya tumbuh bersama. Dengan begitu, merawat apapun yang dimiliki bersama pun juga sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama pula.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

Balik ke permasalahan awal mengenai parenting, tentu pasangan kita sangat menentukan seperti apa nantinya kondisi kita dalam merawat anak. Karena pada dasarnya, merawat anak adalah tanggung jawab bersama. Seriously, saya kadang geram sama mereka yang hanya melibatkan perempuan dalam merawat anaknya.

Padahal, yang merencanakan seorang anak untuk lahir ke dunia ini kan bukan hanya ibunya saja, toh. Bukannya ingin memprovokasi dan mendatangkan amarah. Cuman gimana ya, hampir setiap hari loh saya menyaksikan budaya patriarki seperti ini ada di mana-mana. Karena memang kita ini hidup di Negara yang masih patriarki, mau gimana lagi? Seenggaknya kita sadar dulu deh. Mau bilang gak ada gunanya koar-koar, itu biar masalah nanti.

Bicara mengenai kondisi, sebenarnya, merawat anak bukan hanya butuh kesabaran, ketelatenan, atau faktor materi saja. Saya percaya bahwa hal yang menjadi inti dari merawat seorang anak tidak semata-mata karena kesejahteraan hidup, ketercukupan finansial dan bisa memberikan segala yang anak inginkan. Lebih daripada itu, faktor utama agar seorang anak tumbuh dengan baik adalah rasa bahagia.

Bahagianya seorang Ibu, bahagianya seorang Ayah, dan juga bahagianya seorang anak, pada akhirnya akan menghadirkan kebahagiaan dalam proses merawat dan membesarkan anak, yang itu menjadi kunci keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Jika seorang Ibu dan Ayah bahagia saat mengurus dan mendidik anaknya, maka anak pun akan tumbuh dengan bahagia.

Bagaimana bisa kita memberikan sesuatu kepada orang lain jika kita tidak memilikinya, bukan? Sama seperti halnya kebahagiaan tadi, orang tua (sebagai pendidik), harus berada dalam kondisi bahagia dulu, barulah ia akan memberikan kebahagiaan itu pada orang lain, yaitu anaknya sendiri.

Tapi terkadang, beberapa orang tidak begitu tertarik dengan pembelajaran mengenai parenting, karena merasa itu adalah hal yang sepele dan tidak penting. Bahkan, saat ada aturan dari KUA yang mewajibkan adanya kelas parenting bagi calon pasangan yang akan menikah, hal tersebut justru seringkali mendapat respon yang tidak baik dari masyarakat. Kira-kira begini tanggapan mereka yang pernah saya dengar:

“Mau nikah kok diribetin, mau orang-orang pada zina aja apa?”

“Parenting kok lama banget, sertifikatnya gak bisa beli aja ya?”

Dan berbagai komenan lain oleh mereka yang merasa terganggu dengan aturan tersebut.

Padahal, hal itu akan berguna nanti, ya memang tidak akan terasa sekarang. Walaupun angka perceraian yang terjadi, bukan hanya semata-mata disebabkan karena apapun yang melibatkan kedua pasangan. Sebab memang bisa jadi masalah timbul dari hal-hal di luar dugaan. Akan tetapi, bukannya lebih baik mempersiapkan segala sesuatunya sedari awal? Lagipula, menurut saya proses belajar parenting ini, seharusnya dinilai bagus untuk merekatkan hubungan antar calon pasangan. Seru gak sih? Wkwk.

Well, kita semua sudah tahu bahwa perlu perencanaan untuk melahirkan seorang anak. Oleh karena itu, segala pertimbangan sebaiknya sudah dipersiapkan untuk merawatnya. Bukan saja hal-hal yang bersifat materi, namun juga segala yang dibutuhkan untuk merawat kondisi jiwanya kelak.

Ingat, kita akan berhadapan dan merawat seorang manusia. Menjaga dan membesarkan seorang anak dengan memperhatikan segala aspek kemanusiaan yang ada pada dirinya adalah bukti bahwa kita memanusiakan manusia, dan dengan itulah kita akan menciptakan generasi yang berkualitas di masa depan. []

Tags: Bimbingan PerkawinanKesalinganparentingpola asuhPsikologi Keluargarelasi keluarga
Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version