• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Peran Penting Kehadiran Aktivis Perempuan dalam Organisasi Kampus

Dalam lingkungan akademis, kampus sebagai ruang pertemuan para kaum terdidik,  dengan berbagai pemikiran yang luar biasa menjadi pintu masuk membangun kesadaran dalam mendukung kesetaraan gender. Sebab negara ini bukanlah sebuah negara demokrasi jika tidak melibatkan peran perempuan di dalamnya.

Muallifah Muallifah
25/11/2020
in Kolom, Personal
0
562
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kenapa pembahasan ini menjadi penting? Mau tidak mau, kampus bukan hanya sekedar tempat belajar, dimana hanya cukup beberapa jam di bangku kuliah. Salah satu faktor penunjang untuk berproses, belajar berbagai macam hal adalah organisasi. Dalam konteks kehidupan perempuan kehadiran perempuan dalam organisasi tidak sekedar sebagai pelengkap sebuah organisasi.

Akan tetapi, menjadi babak baru dalam perjalanan hidupmu untuk menjadi perempuan berdaya, memberikan kontribusi dan mengembangkan diri melalui organisasi kampus. Meski demikian, pilihan untuk terlibat dalam sebuah organisasi kampus, memiliki tantangan tersendiri bagi perempuan. Selain akan menemukan berbagai macam masalah. Perempuan akan dihadapi dengan berbagai macam tantangan yang lain.

Perempuan akan banyak menemui pengalaman, seperti dijauhi oleh teman-teman asrama ketika pulang malam dan jarang sekali berkumpul bersama, menjadi salah satu perjalanan pertama yang akan dihadapi oleh perempuan yang aktif di organisasi. Ini menjadi sesuatuyang harus dihadapi oleh saat terjun di organisasi, lingkungan semacam ini jika terus larut kamu sikapi, akan menjadi racun bagi dirimu sendiri, dan akan muncul sebuah tanya mengapa hal ini terjadi?

Sebab perempuan belum bisa memahami sepenuhnya bahwa kehadiran dia seharusnya bisa saling mendukung dan mensupport sebagai sesama perempuan, saling berdaya dengan pilihannya tersebut. Anehnya, hal ini seringkali tidak dipahami oleh perempuan. Tidak heran jika teman-teman perempuan di sekelilingmu tidak pernah mengapresiasi prestasi yang kamu miliki, memberikan judge buruk atas kemampuan yang kamu miliki, kegiatan yang kamu ikuti bahkan menganggap kamu adalah perempuan yang tidak baik.

Menghadapi kondisi ini, kamu tidak perlu repot-repot untuk bertahan pada lingkungan yang toxic. Jika kamu tidak bisa merubah mindset orang-orang di sekitarmu. Kamu cukup menghindar dari lingkungan ini sebagai upaya bahwa kamu berhak memilih jalan yang menurutmu benar dan memilih lingkungan yang mendukung dan mengapresiasi dirimu untuk berdaya yakni organisasi.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Belajar politik kampus berbasis kesetaraan

“perempuan itu ribet, tidak akan bisa melakukan ini dan itu.” Anggapan semacam ini akan ditemui oleh para aktifis perempuan yang sedang semangat-semangatnya belajar di organisasi, sehingga mengkerdilkan potensi perempuan. Maka hal yang harus dilakukan oleh para aktifis perempuan adalah menunjukkan eksistensinya dirinya dengan kemampuan yang dimiliki.

Tidak sedikit para aktifis laki-laki meminggirkan peran perempuan dalam sebuah organisasi, apalagi menganggap perempuan hanya sebagai pelengkap. Pun mindset ini dibangun atas dasar kontsruk pemikiran bahwa perempuan tidak bisa melakukan hal besar dikarenakan lebih mengutamakan perasaan dibandingkan akalnya, serta berbagai stigma yang lain.

Kampus sebagai miniatur country menjadi sarana belajar bagi insan yang berfikir untuk mempersiapkan diri bagaimana melangkah ke hal yang lebih luas, yakni sebuah negara. layaknya sebuah cermin, maka pelaksanaannya pun tidak jauh berbeda dengan sesungguhnya. Maka keterlibatan perempuan dalam organisasi kampus, semisal menjadi pemimpin di sebuah organisasi kampus menjadi salah satu pelajaran membangun kesadaran, bahwa perspektif gender tidak muncul begitu saja.

Kesadaran akan kesetaraan gender dibangun melalui proses yang panjang dengan kebiasaan yang dilakukan melalui organisasi kampus. Sehingga penting kehadiran perempuan dalam organisasi untuk menjadi bagian dari perjalanan untuk memberikan kemanfaatan bagi orang lain, dan menjadi bagian penting dalam sebuah organisasi sebagai bentuk kebebasan mengenyam pendidikan, mengembangkan diri serta menumbuhkan bakat kepemimpinan yang ada di dalam diri. Ketika kamu sebagai perempuan memilih untuk terjun di sebuah organisasi, tidak ada pembeda peran dirimu dengan kaum laki-laki.

Kamu berhak untuk menjadi pemimpin organisasi, diberi kesempatan untuk tampil di depan publik, dll. Kemampuan ini harus dilakukan serta ditunjang dengan pengetahuan serta percaya diri yang dimiliki oleh perempuan itu sendiri. Sebab kesetaraan gender tidak bisa dilaksanakan jika perempuan sendiri tidak bisa menunjukkan eksistensinya dalam lingkungan yang plural, khususnya di organisasi kampus. Kehadiran aktifis perempuan dalam sebuah organisasi menjadi sebuah perjalanan yang baru dimulai untuk menumbuhkan lingkungan yang responsif gender di sebuah organisasi.

Upaya dan strategi ini bukanlah menjadi satu-satunya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran kesetaraan gender. Akan tetapi, setidak-tidaknya dalam lingkungan akademis, kampus sebagai ruang pertemuan para kaum terdidik,  dengan berbagai pemikiran yang luar biasa menjadi pintu masuk membangun kesadaran dalam mendukung kesetaraan gender. Sebab negara ini bukanlah sebuah negara demokrasi jika tidak melibatkan peran perempuan di dalamnya. []

 

 

Tags: aktivis perempuanGenderkeadilanKesetaraanperempuan
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version