• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Refleksi Isra’ Mi’raj : Kebenaran Tetaplah Kebenaran

Peristiwa isra’ miraj harusnya menjadi refleksi untuk kita sebagai manusia biasa agar tak takut menyampaikan kebenaran sekalipun itu pahit dan menyakitkan

Belva Rosidea Belva Rosidea
20/02/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Refleksi Isra' Mi'raj

Refleksi Isra' Mi'raj

581
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebelum saya mengulas tentang refleksi Isra’ Mi’raj, kita perlu melihat pemberitaan yang belakangan ini publik heboh dengan sidang perkara pembunuhan berencana terhadap seorang brigadir kepolisian. Pelakunya adalah seorang jenderal yang tak lain adalah atasannya sendiri. Selama beberapa bulan penyelidikan, publik dihidangkan dengan begitu banyak drama cerita yang mewarnai. Kebohongan-kebohongan pelaku yang terkemas menjadi alur cerita tersebut kemudian terpatahkan oleh pengakuan seorang Bharada E yang juga turut terlibat di dalamnya.

Alih-alih bersekongkol menutupi kejahatan bersamanya, dia memilih menjadi Justice Collaboration untuk menceritakan kejadian sebenarnya. Tak urung berkat kejujurannya, dia mendapat banyak simpati dan apresiasi dari masyarakat luas. Meskipun tak dapat kita pungkiri bahwa ia memang telah melakukan sebuah kejahatan. Alhasil, Bharada E mendapat hukuman paling ringan di antara semua yang terlibat dalam pembunuhan berencana tersebut. Keberanian Bharada E tersebut seolah menjadi nasehat untuk masyarakat luas tentang hakekat kejujuran meski pahit sekalipun.

Kejujuran merupakan nilai yang semakin banyak kita tinggalkan dalam kehidupan saat ini. Banyak yang mengatakan bahwa negeri ini tak kekurangan orang pintar, melainkan kekurangan orang yang jujur. Karena tertinggalnya kejujuran, kasus-kasus seperti korupsi yang merugikan banyak pihak menjadi semakin banyak kita jumpai. Kejujuran adalah sifat mulia yang kita butuhkan di manapun dan kapanpun entah di dunia kerja, dalam pergaulan, jual-beli, dan lain-lain.

Kejujuran dan Sifat Wajib Rasul

Demikian pula dalam Islam, sifat ini begitu ditekankan dan telah banyak Rasulullah Muhammad dan juga rasul-rasul sebelumnya contohkan. Bahkan kejujuran menjadi salah satu sifat wajib para Rasul, yakni Siddiq. Rasulullah Muhammad telah menjadi seorang yang jujur sejak kecil, dalam berdagang, dan dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan saking jujur dan amanahnya beliau sampai mendapat julukan al-amin. Lalu, bagaimana jika kejujuran yang harus kita sampaikan terasa pahit dan menyakitkan?

Kembali ke kisah Bharada E di atas, adalah salah satu contoh kejujuran yang pahit. Namun pada akhirnya kita semua ditunjukkan bukti bahwa pahitnya itupun berakhir manis. Bertepatan dengan momentun 27 Rajab, sebagai umat muslim kita kembali mengingati peristiwa Isra’ Miraj. Seperti yang kita tahu, bahwa isra’ miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha kemudian ke Sidratul Muntaha.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Di balik kisah tersebut terdapat pelajaran berharga mengenai kejujuran yang dapat kita petik hikmahnya bersama. Peristiwa isra’ miraj adalah peristiwa luar biasa yang jelas di luar akal manusia karena pada zaman itu belum ada teknologi pesawat terbang atau yang lebih canggih sekalipun. Nabi Muhammad dapat melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, yang dengan akal sehat manusia jelas jarak tersebut tak dapat kita tempuh dalam waktu satu malam. Nabi Muhammad telah melampaui dimensi jarak dan waktu yang sulit kita jelaskan dengan akal sehat.

Kabar Perjalanan Nabi

Meski demikian beliau tetap menceritakan dan menyampaikan tentang apa yang ia alami kepada penduduk Mekkah. Sehari setelah Isra’ dan Miraj, Nabi Muhammad menceritakan kisah itu kepada sepupunya, Ummu Hani. Ummi Hanni pun terkejut dan menyarankan agar nabi tidak memberi tahu orang lain karena kemungkinan besar mereka tidak akan percaya dengan cerita tersebut. Alhasil benar demikian, orang-orang Mekkah yang tidak memiliki iman terkejut, tidak percaya dengan cerita nabi, bahkan menganggap cerita Isra’ Mi’raj sebagai kebohongan yang tidak masuk akal.

Abu Jahal pun akhirnya menjadikan Isra’ Mi’raj sebagai senjata untuk menarik kembali orang-orang Quraisy agar kembali pada kejahiliyahan. Dan memang terbukti tak sedikit yang pada akhirnya keluar dari Islam. Ialah Abu Bakar, sahabat setia nabi yang tidak sedikiput meragukan kebenaran Isra’ Miraj. Sebagaimana Allah menegaskan dalam QS. Al-Isra ayat 1, “Maha suci Dia (Allah) yang memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) di suatu malam, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkati sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha mendengar dan Maha melihat”.

Refleksi Isra’ Mi’raj

Peristiwa isra’ miraj tersebut harusnya menjadi refleksi untuk kita sebagai manusia biasa agar tak takut menyampaikan kebenaran sekalipun itu pahit dan menyakitkan. Seorang Rasulullah Muhammad saja yang sejak kecil mendapat gelar Al-Amin pun pernah diragukan oleh banyak orang tentang kabar kebenaran yang ia bawa. Namun beliau tak sedikit pun merasa takut menyampaikan kebenaran tersebut. Walau akhinya tak sedikit dari orang-orang Mekkah yang sudah beriman kembali berpaling dari ajaran Islam.

Sebagaimana penegasan dalam hadist, “Katakan yang benar sekalipun itu pahit.” (HR. Imam Baihaqi, Ibnu Hibban, no. 2041).

Juga dalam hadist lain disebutkan, Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku: (1) mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar.

(4) beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun, (5) beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit, (6) beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah, (7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.” (HR. Ahmad). []

Tags: islamIsra mi'rajKejujuranNabi Muhammad SAWRefleksisejarah
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version