Mubadalah.id – Kehadiran Aman Indonesia, menjadi salah satu angin segar bagi perempuan-perempuan daerah dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang mampu membuka cakrawala pikiran, serta gerak yang dilakukan oleh para perempuan. Salah satu program Aman, yakni sekolah perempuan (SP) sebagai wadah pengembangan perempuan.
Di Jawa Timur, sekolah perempuan tersebar di berbagai daerah, diantaranya: SP Bintang 9 Sampang, SP Kobher Sumenep, SP Jemundo, dan SP Ranupani Lumajang. Serta 1 kelompok Sekolah Perempuan mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa Sumenep dan Sampang.
Di Sampang, misalnya. SP Bintang 9 menjadi wadah yang bermanfaat bagi perempuan, para ibu serta anak-anak muda. Aminatur Rizqiyah, koordinator SP Bintang 9 menuturkan bahwa, SP Bintang 9 menjadi wadah pengembangan diri bagi para perempuan, ibu-ibu dan para mahasiswi yang tergabung.
Dengan keberagaman umur yang tergabung, keduanya saling belajar tentang kehidupan antara yang satu dengan yang lain. Ibu-ibu yang selama ini tidak peduli terhadap pendidikan anak perempuannya, dengan bertemu para mahasiswi, mulai memiliki kesadaran betapa pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. Pemikiran tersebut muncul karena antusias melihat semangat para mahasiswi dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh SP Bintang 9. Apalagi melalui SP Bintang 9, banyak hal yang dilakukan oleh para perempuan tersebut dalam mengembangkan diri dan mengasah kemampuan yang dimiliki.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah Perempuan Bintang 9, memberikan pengaruh positif terhadap para mahasiswi. Salah satunya yakni, sikap dan kebiasaan yang dilakukan. Para mahasiswi, yang terdiri dari generasi Z ini mengaku bahwa refleksi atas sikap, adab serta cara pandang dalam melihat kemampuan diri terus terpancar positif. Apalagi, fase-fase umur seperti mereka, sikap labil, pencarian jati diri dan kritis melihat sesuatu menjadi bagian dari dirinya sendiri.
Sikap sederhana yang terpancar yakni, tidak mengabaikan pesan dari orang lain, meskipun dirasa tidak perlu. Sikap pengabaian semacam ini menjadi refleksi diri bagi para perempuan millenial yang tergabung dalam SP Bintang 9. Perubahan perilaku yang ditunjukkan bisa membantu perempuan-perempuan untuk terus berbenah diri dan berubah menjadi lebih baik.
Relasi yang terbangun antara ibu-ibu dan para mahasiswi menjadi sinergitas dan kolaborasi yang amat bagus. Apalagi sejauh ini, mereka sudah menggagas produk jamu untuk konsumsi rumahan, agar nantinya bisa dipasarkan kepada khalayak. Tidak hanya itu, mereka juga memanfaatkan daun kelor yang bisa dikonsumsi sendiri serta keluarganya.
Tidak hanya itu, sejauh ini Sampang sebagai salah satu daerah yang masih kuat dengan budaya patriarkhi, pandangan bahwa peran domestik hanya kewajiban seorang istri. Pandangan semacam ini mulai didobrak dan mendapat kesadaran penuh dari para ibu-ibu yang tergabung dengan SP Bintang 9. Relasi yang mulai dibangun dalam keluarga mereka yakni sudah memulai untuk bekerja sama, berbagi peran dengan suami.
Mendorong kesadaran bahwa kerjasama semacam itu penting, membutuhkan proses yang panjang. Sebab sejak dulu, mindset yang tertanam bahwa tugas istri adalah melayani suami. Perempuan bertugas dalam ranah domestik. Sehingga ketika ada peran yang timpang, perempuan menikmati dengan sangat baik, serta merasa baik-baik saja.
Keberadaan Sekolah Perempuan Bintang 9 bagi perempuan Madura, khususnya Sampang, tidak lain sebagai sebuah jawaban yang selama ini berasal dari pertanyaan-pertanyaan refleksi dalam diri. Berbenah, melakukan refleksi terhadap diri sendiri, menjadi sebuah goals panjang yang harus dimiliki manusia dalam menjalankan kehidupan yang serba fluktuatif. []