• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Seksisme Juga Terjadi dalam Dunia Olahraga

Standar kecantikan dan kesempurnaan perempuan ini pun bahkan dibicarakan dalam dunia olahraga yang sangat menjunjung tinggi sportivitas. Tidakkah akan merasa lebih baik kalau dalam dunia olahraga ini lebih membicarakan prestasi dibandingkan kecantikan?

Mela Rusnika Mela Rusnika
05/08/2021
in Personal
0
Seksisme

Seksisme

135
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berbicara tentang seksisme ini seperti tiada hentinya, lagi-lagi saya menemukan sebuah percakapan yang saya rasa ini mengarah pada objektifikasi seksual kepada perempuan. Kali ini saya menemukannya dalam perbincangan olahraga yang membicarakan body shaming dan kecantikan seorang atlet dibandingkan kemampuan dan prestasinya.

Tahun ini meskipun di tengah pandemi, perhelatan olahraga terbesar di dunia atau biasa dikenal dengan olimpiade tengah dilaksanakan di Tokyo. Ini merupakan ajang terbesar dalam dunia olahraga dan menjadi salah satu pertandingan bergengsi bagi seluruh atlet di dunia. Indonesia menjadi partisipan dengan salah satu cabang olahraga andalannya yakni bulutangkis.

Saat perwakilan Indonesia bertanding untuk nomor ganda campuran, perlu diakui juga performanya memang terlihat kurang baik. Atlet laki-laki dan perempuannya sama-sama sering melakukan kesalahan sehingga memberikan poin cuma-cuma kepada lawannya.

Di balik performa atletnya yang kurang baik, yang menjadi sangat disayangkan ketika saya melihat kolom komentar dibanjiri dengan body shaming kepada atlet perempuannya. Seperti, ‘badannya gendut sih jadi susah kejar bola’ atau ‘sekarang dia lebih gendutan, makanya error terus’.

Pada faktanya, kalau mau melihat kesalahan kenapa mereka banyak kehilangan poin itu karena memang keduanya (atlet laki-laki dan perempuan) sering mengarahkan bola ke luar lapangan atau bolanya sering nyangkut. Mungkin juga performa mereka sedang tidak baik itu dipengaruhi hal lain, seperti rasa gugup ketika bertanding atau lawannya lebih siap secara mental dibandingkan mereka.

Baca Juga:

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

Namun yang menjadi highlight saya dalam tulisan kali ini ketika terjadi suatu kesalahan, kenapa atlet perempuannya yang lebih banyak disorot dan disalahkan? Meski sebagai penonton terkadang tidak pernah mau tau proses atlet dalam latihan atau bertanding, karena keinginan penonton perwakilan Indonesia harus menang.

Bagi saya, performa mereka yang kurang baik dalam bertanding ini tidak ada hubungannya dengan postur tubuh mereka saat ini, khususnya postur tubuh atlet perempuannya. Bagi mereka yang mengerti dunia olahraga, membicarakan postur tubuh atlet yang dikaitkan dengan performa saat bertanding itu tidak seharusnya dilakukan.

Ini karena proses seseorang bisa menjadi atlet dan tim nasional itu tidak mudah dan melalui seleksi yang ketat. Selama proses latihan juga mereka sudah melakukan banyak hal untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuannya sebelum melakukan pertandingan.

Memang sangat disayangkan ketika kekecewaan penonton ini dilampiaskan pada hal-hal yang menjurus kepada tindakan seksisme, khususnya kepada perempuan. Jika melihat kenapa akhirnya seksisme ini terjadi, mungkin karena sudah terbiasanya lingkungan sekitar mengadopsi paham bahwa perempuan itu manusia kelas dua dan secara fisik harus terlihat sempurna di mata mereka.

Paham itu pun pada akhirnya berpengaruh terhadap bagaimana masyarakat memandang perempuan dalam pertandingan olahraga. Secara tidak langsung, tindakan seksisme yang dilontarkan itu memberi kesan kalau perempuan itu secara postur harus sempurna seolah bisa menutupi kesalahan yang ia lakukan di lapangan.

Standar kecantikan dan kesempurnaan perempuan ini pun bahkan dibicarakan dalam dunia olahraga yang sangat menjunjung tinggi sportivitas. Tidakkah akan merasa lebih baik kalau dalam dunia olahraga ini lebih membicarakan prestasi dibandingkan kecantikan?

Bahkan bukan atlet perempuan dari Indonesia saja yang menerima tindakan seksis. Ada juga salah satu atlet bulutangkis perempuan yang berasal dari Australia yang sering dibicarakan karena kecantikannya, bukan prestasinya. Atlet ini terhitung sering sekali menerima tindakan seksis, baik dari individu maupun media yang memberitakannya.

Baru-baru ini beredar sebuah artikel yang memberitakan atlet tersebut dengan judul yang sangat seksis, seperti Wow Pebulutangkis Asal Australia Pamer Foto Seksi Tampak Bokong, Pose Seksi Bidadari Bulutangkis Australia di Atas Ranjang Bikin Ngilu, dan Bikin Ngilu, Aksi Latihan Bidadari Bulutangkis Australia Pakai Bra.

Apakah judul-judul artikel di atas pantas untuk ditulis dan diposting di media? Menurut saya judul-judul itu tidak berhubungan dengan proses atlet tersebut berlatih di lapangan. Artikelnya juga tidak membicarakan profesi dia sebagai atlet bulutangkis ataupun peringkat dan prestasinya. Selalu yang di highlight itu adalah bagian-bagian yang mengarah pada objek seksual.

Belum lagi pembicaraan secara individu para pecinta bulutangkis di WhatsApp Group (WAG) yang juga lebih menanggapi sisi fisik dibandingkan pertandingan yang berlangsung saat itu. Saya sendiri menjadi salah satu penghuni WAG tersebut. Saya melihat mereka lebih sering membicarakan kalau atlet asal Australia itu sangat cantik. Mereka bilang, kalau atlet itu lagi tanding bikin betah nontonnya dibandingkan atlet perempuan yang lain.

Bagi saya, apa yang mereka bicarakan di WAG mengarah pada seksisme yang berujung objektifikasi seksual. Mereka membandingkan kecantikan antar perempuan, dan mereka juga mengobjektifikasi dengan bilang bikin betah kalau nonton pertandingan atlet tersebut.

Saya sendiri melihat ketidakadilan dari dua atlet yang saya ceritakan di atas. Atlet perempuan pertama yang mendapat body shaming karena gagal masuk ke semifinal olimpiade, padahal dia telah menyumbang medali emas di pertandingan yang lain, juga dia adalah peringkat empat dunia.

Sedangkan atlet perempuan yang kedua dipuji-puji karena dia memiliki paras yang cantik, kemudian dimaklumi ketika melakukan kesalahan atau kalah saat bertanding. Betapa pemandangan ini sangat kontra dengan nilai sportivitas dalam olahraga.

Dibalik bagaimana kedua atlet perempuan ini mendapat perlakuan seksis, saya kira pandangan umum terhadap perempuan sebagai objek seksual ini masih sangat menyebar luas di lingkungan sekitar kita. Dan kenapa hal seperti ini masih dianggap sebagai hal yang biasa saja dan sangat wajar?

Ini menandakan perjuangan kita yang concern dengan isu perempuan perlu bersuara lebih lantang lagi. Suara ini perlu didengar hingga nilai-nilai sportivitas dalam dunia olahraga benar-benar diimplementasikan, bukan sekedar memaklumi yang kalah dan memberikan selamat kepada yang menang, tapi juga memahami bahwa perempuan juga bagian dari makhluk Tuhan yang perlu diapresiasi prestasinya, khususnya dalam dunia olahraga. []

 

Tags: AtletGenderkeadilanKesetaraanolahragaOlimpiade Tokyo 2020perempuanseksismeSportivitas
Mela Rusnika

Mela Rusnika

Bekerja sebagai Media Officer di Peace Generation. Lulusan Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Part time sebagai penulis. Tertarik pada project management, digital marketing, isu keadilan dan kesetaraan gender, women empowerment, dialog lintas iman untuk pemuda, dan perdamaian.

Terkait Posts

Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID