• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Serial Layangan Putus, dan Dampaknya pada Masyarakat

Drama Layangan Putus ini cukup menyedot respons sosial masyarakat. Drama yang cukup relate dengan kondisi keluarga masa kini

Halimatus Sa'dyah Halimatus Sa'dyah
15/02/2022
in Film
0
Belajar Dari Sosok Kinan Dalam Serial “Layangan Putus”

Belajar Dari Sosok Kinan Dalam Serial “Layangan Putus”

242
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Indonesia adalah negara hukum, namun kenyataannya payung hukum sendiri belum mampu mengakomodasi berbagai permasalahan sosial tersebut. Maraknya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga menjadi fenomena yang sering kali terjadi di masyarakat. Fenomena tersebut kemudian diangkat menjadi tayangan serial di We TV dengan judul Layangan Putus. Sebuah serial yang diangkat dari kisah nyata terkait perselingkuhan suami yang meninggalkan istri dan anak-anaknya kemudian menikah lagi.

Drama Layangan Putus ini cukup menyedot respons sosial masyarakat. Drama yang cukup relate dengan kondisi keluarga masa kini. Di mana marak terjadinya perselingkuhan suami yang tertarik pada wanita idaman lain. Alasannya kompleks, ada anggapan dalam diri suami bahwa istrinya tidak menarik lagi, istrinya terlalu minta perhatian, istrinya memiliki perubahan tubuh pasca melahirkan, atau karena sudah bosan dengan suasana di rumah sehingga merasa tertantang untuk memiliki hubungan lain di luar pernikahannya.

Dalam drama layangan putus, seorang Aris sebagai tokoh utama mengkhianati Kinan istrinya, dengan memiliki hubungan pada Lidya. Istrinya yang cantik dan sebelumnya berprofesi dokter kurang cukup untuk memenuhi hawa nafsunya sehingga berselingkuh dengan wanita single yang berprofesi sebagai psikolog.

Dalam serial tersebut menunjukkan bahwa sifat laki-laki apabila sudah mapan secara ekonomi, maka dengan mudahnya berpaling pada wanita lain. Dengan dukungan dari circle pertemanannya bahwa laki-laki sukses boleh memiliki banyak istri alias lebih dari satu.

Kisah ini pasti sudah marak di masyarakat, beberapa waktu lalu dunia media sosial marak dengan kisah seorang anak yang melabrak istri simpanan ayahnya. Begitu pun seorang istri sah yang sedang melabrak wanita simpanan suaminya. Video yang menunjukkan kisah sebuah perselingkuhan dalam pernikahan cukup menyita perhatian masyarakat, yang dengan mudahnya menjadi viral.

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Budaya patriarki menyebabkan laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama di dalam masyarakat, sedangkan perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat, termasuk di dalamnya institusi pernikahan. Sebagaimana Kinan, yang berlatar belakang seorang dokter pun, seperti lemah posisinya di dalam rumah tangga.

Dalam hal keuangan misalnya, suaminya dengan leluasa membelikan rumah dan membiayai hidup wanita simpanannya. Kinan yang cantik dan cerdas dibuat inferior oleh suaminya sendiri, dibuat untuk tidak berdaya dalam membuat keputusan rumah tangga. Kinan berada pada posisi subordinat atau inferior.

Pembatasan-pembatasan peran perempuan oleh budaya patriarki membuat perempuan menjadi terbelenggu dan mendapatkan perlakuan diskriminatif. Misalnya saat dirinya butuh bantuan hukum, meminta temannya untuk menangani perihal kasus rumah tangganya. Suaminya menyerang dengan kalimat-kalimat yang menyudutkan posisi istrinya. Juga temannya ada yang mengatakan dirinya sedang baper karena kehamilannya.

Sosok Aris yang melakukan perselingkuhan, bahkan tidak merasa dirinya sebagai pelaku kekerasan. Menurutnya KDRT itu sebatas kekerasan fisik seperti memukul atau perilaku fisik lainnya. Padahal saat dirinya berselingkuh, itu pun bagian dari kekerasan psikologis, atas dasar pengkhianatan pada ikatan pernikahannya. Saat Aris menggunakan uangnya untuk membelikan rumah pada wanita lain, hal tersebut juga termasuk sebagai kekerasan ekonomi.

Serial ini meski pada akhirnya tayang di televisi, namun belum cukup memberikan pencerahan pada masyarakat. Sebagian orang masih terjebak pada alur film serta kehidupan pribadi kisah penulis asli. Budaya patriarki yang masih menjadi sebuah tatanan masyarakat Indonesia,  juga terlihat dari berbagai scene di tayangan ini. Akibatnya, muncul berbagai masalah sosial yang membelenggu kebebasan perempuan dan melanggar hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh Kinan.

Dalam tayangan serial ini menunjukkan bahwa kekerasan psikologis juga berdampak sama sakitnya seperti kekerasan fisik. Di mana Kinan akhirnya harus kehilangan bayinya yang meninggal dalam kandungan. Dampak dari kekerasan psikologis memang tidak bisa diremehkan. Karena stress dan depresi memengaruhi kondisi pada stamina fisik seseorang, apalagi pada ibu hamil.

Belum banyak yang memahami bahwa dari serial tersebut memberikan pesan bahwa seorang perempuan harus mandiri, untuk tidak mudah mengandalkan orang lain meski itu suaminya. Karena dengan kemandirian seorang perempuan, saat dia menghadapi pengkhianatan pasangan, maka dirinya akan mudah untuk keluar dari hubungan pernikahan toxic tersebut.

Perempuan juga harus berinvestasi pada leher ke atas, alias isi otak. Apa yang harus dilakukan saat kasus serupa menimpa pada dirinya. Misal menghubungi pengacara, melaporkan kasusnya pada UUPA, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak. Memahami penanganan untuk dirinya sendiri, apa langkah yang akan dilakukannya, apakah tetap mempertahankan rumah tangganya, misal masih bisa diselamatkan. Ataukah harus memutuskan untuk berpisah dari pasangannya.

Perempuan juga harus menganggap dirinya berharga, baik dia bekerja di rumah atau memutuskan untuk  menjadi ibu rumah tangga. Berharga bahwa dirinya terlahir menjadi perempuan yang berhak menentukan kehidupannya untuk menjadi bahagia. Memutuskan perceraian memang tidak mudah, apalagi anak akan menjadi korban. Namun saat membesarkan anak dalam sebuah pernikahan yang tidak sehat ketika ayahnya sudah berselingkuh adalah beban psikologis pula pada anak.

Dengan cara bagaimana seorang ibu mampu membahagiakan anaknya jika dirinya tidak bahagia. Maka saat serial ini berakhir dengan keputusan perceraian, hal tersebut memberikan wacana pada wanita-wanita di luar sana untuk berdaya pada dirinya. Membela hak-haknya. Bahwa anak juga bisa tumbuh sehat dan bahagia meskipun ayah dan ibunya sudah berpisah.

Pada akhirnya dalam tayangan tersebut menunjukkan bahwa laki-laki berselingkuh, yang kemudian mendapatkan apa yang diinginkan, yaitu menikahi wanita simpanannya, belum tentu akan berakhir bahagia. Karena sejatinya, dalam setiap membina hubungan akan bertemu dinamika-dinamika dan problematik hidup yang mesti dilalui bersama. Serta memahami bahwa sebuah hubungan yang dibina di atas luka orang lain, maka juga akan menyisakan luka dalam dirinya. []

 

 

Tags: dramaFilmKDRTkeluargaLayangan Putus
Halimatus Sa'dyah

Halimatus Sa'dyah

Penulis adalah  konsultan hukum dan pengurus LPBHNU 2123038506

Terkait Posts

Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID