• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Siti Khadijah Ra: Sosok Perempuan Pertama Menerima Berita Kewahyuaan Nabi Saw

Khadijah Ra adalah perempuan pertama yang menerima berita kewahyuan Nabi Muhammad Saw. Ia tidak saja beriman, tetapi menjadi pendukung utama misi kenabian ini. Ia teguh, yakin, mantap dengan imannya, dan setia sepenuhnya

Redaksi Redaksi
10/01/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nabi Saw

Nabi Saw

522
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tepat pada tahun 611 M, sebelas tahun sebelum hijrah, ketika Nabi Muhammad Saw berusia 40 tahun, wahyu Islam pertama turun melalui Malaikat Jibril As di Gua Hira, Makkah, sekarang masuk wilayah Saudi Arabia. Wahyu itu berbunyi:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ (1) خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ (2) اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ (3) الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ (4) عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ (5)

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, (3) Yang mengajar (manusia) dengan pena. (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5).

Ayat ini turun kepada Nabi Muhammad Saw yang seorang laki-laki. Secara literal, ayat berbicara menggunakan struktur bahasa laki-laki yang dipakai masyarakat Arab, bukan struktur kalimat perempuan.

Yaitu, kalimat iqra’, bukan iqra’i. Tetapi, Nabi Muhammad Saw. paham bahwa wahyu ini bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk umat manusia.

Baca Juga:

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

Karena itu, orang yang pertama kali diperdengarkan oleh beliau tentang wahyu ini adalah perempuan. Yaitu, Khadijah binti Khuwailid Ra. Istri baginda Nabi Muhammad Saw.

Artinya, perintah “membaca” tidak hanya untuk Nabi Muhammad Saw., tetapi juga untuk umatnya. Tidak hanya untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan.

Jika laki-laki dituntut, dengan ayat ini, untuk membaca ayat-ayat Allah Swt baik yang tertulis dalam wahyu maupun yang tidak tertulis yang ada di hamparan alam semesta, maka seharusnya juga perempuan dituntut hal serupa. Atau, setidaknya, perempuan tidak boleh dihalangi dan dilarang. Sederhana saja.

Sebab, ayat ini turun untuk semua manusia. Laki-laki dan perempuan. Keduanya berhak memperoleh semua ilmu pengetahuan dan berhak mengelilingi segala penjuru dunia agar bisa membaca seluruh tanda alam.

Sebagaimana yang turun wahyu Islam pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw kepada umatnya, laki-laki dan perempuan.

Khadijah Ra

Khadijah Ra adalah perempuan pertama yang menerima berita kewahyuan Nabi Muhammad Saw. Ia tidak saja beriman, tetapi menjadi pendukung utama misi kenabian ini. Ia teguh, yakin, mantap dengan imannya, dan setia sepenuhnya.

Ia adalah yang justru meyakinkan Nabi Muhammad Saw ketika beliau ragu, menenangkan ketika galau, dan melipur ketika sedih. Ia belanjakan seluruh hartanya untuk misi ini. Seluruhnya sampai tanpa sisa.

Bulan-bulan awal kewahyuan, Nabi Muhammad Saw masih bimbang, dan menceritakan kebimbangan ini kepada Khadijah Ra. “Benarkah aku nabi?”,

“Tidakkah yang datang kepadaku itu sama seperti yang datang kepada para peramal itu?”, demikian kegelisahan Nabi Muhammad Saw.

Dengan intuisi perempuan yang teguh dan yakin, Khadijah Ra. berkata kepada Nabi Muhammad Saw:

“Tidak (wahai suamiku), berbahagialah, (engkau tidak usah khawatir). Demi Allah, Dia tidak akan mencelakakanmu sama sekali. Karena engkau selalu berbuat baik dengan keluarga, selalu jujur dalam berbicara, membantu orang yang susah, menanggung orang yang papa, menghormati tamu, dan menolong segala kesulitan orang.” (Shahih Bukhari, no. 5005). *

*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qiraah Mubadalah.

Tags: KewahyuaanMenerimaNabi SawperempuanpertamaSiti Khadijah Rasosok
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Sister in Islam

Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

18 Juni 2025
Kekerasan dalam

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Pemukulan

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tastefully Yours

    Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulasan Crime and Punishment: Kritik terhadap Keangkuhan Intelektual
  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID