• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Takwa dan Kasih Sayang: Membangun Relasi yang Adil Sesama Manusia

Melalui unsur kemanusiaan, Tuhan takdirkan mana yang laki-laki dan perempuan hingga tersebar ke seluruh penjuru muka bumi

Ahmad Murtaza MZ Ahmad Murtaza MZ
11/12/2023
in Personal
0
Relasi Manusia

Relasi Manusia

736
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sembari mencari-cari data untuk penelitian dalam kitab tafsir, penulis menemukan sebuah penjelasan menarik tentang relasi antar manusia. Penjelasan ini berasal dari tafsir HAMKA dalam tafsir Al-Azhar ketika menjelaskan surah al-Nisā’ [4]: 1 berikut ini,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Artinya: “Hai sekalian manusia! bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu diri dan dari padanya dijadikan-Nya isterinya . Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Mungkin bagi sebagian orang ketika membaca ayat ini pikirannya tertuju langsung pada perdebatan mengenai penciptaan Hawa dari Adam. Perdebatan tersebut juga HAMKA jelaskan, namun esensi yang ingin ia sampaikan olehnya bukan persoalan tersebut. Mari kita simak bersama penjelasan HAMKA berikut.

Penjelasan Buya Hamka

HAMKA memulai penjelasannya dengan fokus pada redaksi “Hai sekalian manusia! bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu diri”. Menurut HAMKA ayat ini sebagai bentuk seruan kepada manusia tanpa melihat asal, negara dan warna kulit. Di mana ayat ini merupakan bentuk penegasan akan dua hal, yaitu ketakwaan kepada Allah dan manusia di mana pun ia bertempat tinggal mereka satu. Intinya, Allah adalah satu dan kemanusiaan juga satu.

Baca Juga:

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

Kritik tanpa Kesalingan: Ketika Patriarki Jadi Senjata Sepihak

Mengajarkan Anak tentang Kesalingan Melalui Film Jumbo

Kemudian HAMKA melanjutkan penafsirannya pada bagian yang sering kita perdebatkan. Yaitu “dan dari padanya dijadikan-Nya istrinya” yang artinya adalah dari diri yang satu itu jugalah ditimbulkan pasangannya, istrinya.

Sebagaimana beberapa kitab tafsir lainnya, ketika menjelaskan maksud dari potongan ayat tersebut memiliki berbagai ragam pandangan, begitu pula HAMKA. Pandangan yang mungkin sering tersebutkan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, dan tulang rusuk yang diambil adalah bagian kiri paling bawah.

Namun HAMKA tidak setuju dengan pandangan-pandangan yang sudah ada. Ia menjelaskan bahwa arti kata “diri yang satu” memiliki arit Adam dan istri atua jodoh yang dijadikan dari padanya itu adalah Hawa. Tidak menjelaskan tentang masalah tulang rusuk.

Di posisi lain ia pun menjelaskan bahwa mengenai masalah ini, tidak hanya ada satu pendapat yang menjadi acuan yang mutlak. Sebab bagi HAMKA tidak ada dalam Al-Qur’an yang menjelaskan dengan tegas dan hadis yang menjadi landasan boleh dipahami secara berbeda.

Maka ia pun menyimpulkan ragam pendapat yang sudah ada selama ini merupakan bagian dari bentuk ijtihad yang ada dalam Islam. Maka segala bentuk ijtihad selagi tidak keluar dari ruang lingkup yang sudah ada maka tidak dapat kita hukumi keluar dari ajaran Islam.

Memelihara Ketakwaan

Kemudian ia melanjutkan penjelasan pada bagian “Dia telah menjadikan kamu dari satu diri”. Maksudnya adalah seluruh manusia yang ada baik laki-laki dan perempuan di mana pun berasal dan memiliki warna kulit yang berbeda. Namun semuanya adalah diri yang satu.

Maksud dari ayat ini menurut HAMKA adalah bahwa manusia sama-sama berakal dan menyukai kebaikan dan tidak suka dengan perkara keburukan. Kemudian dari diri yang satu ini terbagi menjadi dua dan dijadikan sebagai jodohnya. Sehingga dari hasil pernikahan laki-laki dan perempuan akan melahirkan keturunan sebagaimana penjelasan pada bagian ayat “Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”

Dalam pada itu, Ia menjelaskan bahwa perkembangan manusia di dunia yang pada mulanya berasal dari yang satu dan yang satu itu adalah kemanusiaan. Melalui unsur kemanusiaan ini Tuhan takdirkan mana yang laki-laki dan perempuan, hingga tersebar ke seluruh penjuru muka bumi.

Setelah tersebarnya manusia namun ada suatu hal yang perlu kita jaga, dan senantiasa kita pelihara yaitu ketakwaan. Sebagaimana penjelasan dalam bagian akhir dari ayat ini adalah “Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan”.

Berkenaan dengan ayat ini, HAMKA memulai dengan menjelaskan tentang manusia yang selalu menyebut-nyebut Tuhan. Juga Tuhan selalu menjadi buah pertanyaan antar satu sama lain. Hal ini berdasarkan perkembangan dari akal dan kehidupan bermasyarakat. Maka melalui ayat ini sebagai penjelas bahwa Tuhan jangan hanya sekadar menjadi buah pertanyaan melainkan ditanamkan di dalam jiwa rasa takwa kepada-Nya.

Tali Keturunan Manusia

Hal lain yang menjadi fokusnya adalah kata al-Arham yang merupakan jamak dari kata rahim yang artinya kasih-sayang. Kata tersebut berkaitan dengan keluarga yang berhubungan darah. Melalui kata tersebut, menurut HAMKA sebagai pengingat Tuhan kepada manusia untuk sadar akan kesatuan tali keturunan manusia.

Melalui ayat ini jika kita renungi kembali oleh HAMKA sebagai bentuk perikemanusiaan dalam ajaran Islam. Di mana jika manusia datang dari satu keturunan telah bertakwa kepada Allah maka keamanan jiwa akan timbul dengan sendirinya.

Pada bagian terakhir dalam ayat ini yaitu “sesungguhnya Allah pengawas atas kamu.” Kita pahami sebagai bentuk keadilan. Di mana perbedaan warna kulit, iklim, tempat tinggal tidak menjadi bentuk perbedaan. Sebab semuanya berasal dari yang satu yaitu sama-sama manusia yang dipertemukan oleh akal budi. Dan yang menjadi pengawasnya adalah Allah.

Di akhir penjelasannya, HAMKA menyimpulkan bahwa yang menjadi perenungan dalam ayat ini. Pertama adalah percaya dan takwa kepada Allah menjadi dasar yang pertama. Kemudian dalam ketakwaan kepada Tuhan kita bina silaturahmi antara sesama manusia. Karena pada hakikatnya kita ini sejak semua adalah dari jenis yang satu. []

Tags: Buya HamkaKesalinganMerebut TafisirRelasi ManusiaTafsir Adil Gender
Ahmad Murtaza MZ

Ahmad Murtaza MZ

Pecinta V60, masih belajar untuk merangkai kata. Mahasiswa program magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Laki-laki tidak bercerita

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

13 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pemukulan

    Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version