Mubadalah – Bhineka tunggal ika merupakan mencerminkan toleransi yang bukan hanya sekadar ilusi. Indonesia adalah negara yang beragam, baik suku, agama, ras, budaya serta bahasa. Keberagaman tersebut semakin mencerminkan Indonesia sebagai bangsa yang kaya dan bangsa yang besar.
Indonesia adalah negara yang kaya dalam segala hal. Indah dalam segala hal. Semoga kekayaan serta keindahan bukan hanya gambaran apalagi bayangan. Bangsa Indonesia tidak diwujudkan kaya, namun terwujud sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam. Indonesia terwujud Indah dengan berbagai perbedaan.
Seperti yang kita ketahui Indonesia menjadi satu bentuk negara yang menjunjung tinggi persatuan dalam segala perbedaan. Indonesia ada karena keberagaman.
Perbedaan bukan Sumber Konflik
Perbedaan adalah sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya. Perlu kita ketahui bahwa dalam setiap perbedaan, tersimpan begitu banyak Rahmat Tuhan yang wajib kita syukuri. Dengan adanya perbedaan. Kita bisa saling melengkapi dalam setiap kekurangan. Setiap manusia tidak ada yang sempurna. Maka, butuh perbedaan untuk saling melengkapi satu sama lain.
Menurut Faqihudin Abdul Kodir dalam bukunya yang berjudul “Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama”. Beliau mengatakan bahwasanya Nabi Muhammad menutup misi islam dengan pernyataan yang nyaring dan jelas. “bahwa perbedaan agama bukan penghalang untuk bertemu, saling mengenal, saling menolong, dan saling kerja sama untuk kebaikan dan keadilan” (2022:38)
Selama ini, kita sering mendengar pernyataan mengenai perbedaan adalah sumber konflik dan menjadi awal mula timbulnya perpecahan. Namun sebenarnya hal itu tidak akan terjadi jika dalam setiap hal dalam kehidupan kita selalu menjunjung tinggi toleransi.
Menyelami Toleransi
Toleransi merupakan satu hal yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu bangsa. Sehingga perlu kita bangun terus dalam kehidupan bernegara.
Lebih lanjut Faqihudin Abdul Kodir (2022:38) menuturkan “Berbagai teladan Nabi Saw inilah yang menjadi inspirasi tentang relasi mubadalah, atau kesalingan dan kerjasama, antara muslim dan non-muslim pada masa kontemporer kita sekarang ini”.
Ketika kita sudah saling menerima perbedaan. Maka, akan timbul rasa persatuan dan kesatuan yang utuh sehingga Integrasi suatu negara akan terbangun dengan Indah tanpa adanya konflik atas dasar perbedaan.
Temu Kebangsaan Orang Muda Membangun Toleransi secara Nyata
Sebagai gambaran, kita bisa menilik pada kegiatan “Temu Kebangsaan Orang Muda” yang dilaksanakan di Bogor pada Juli kemarin. Pertemuan orang-orang muda lintas agama di Indonesia.
Komunitas yang memprakarsai kegiatan ini antara lain ialah Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI). Jaringan Gusdurian, Komkep KWI (Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia). BPR PGI (Biro Pemuda & Remaja Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia), DPN PERADAH.
Anak muda dari berbagai agama serta kepercayaan berkumpul dalam satu forum untuk menyatukan tujuan dan mengaplikasikan suatu hal yang luar biasa yang sering kita sebut Toleransi. Dalam kegiatan tersebut sangat terlihat jelas keberagaman Indonesia secara nyata.
Selain pertemuan lintas agama, peserta Temu Kebangsaan Orang Muda 2023 juga menyusun beberapa poin deklarasi untuk menciptakan perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Melansir pernyataan Aru Lego Triono. Jelang Pilpres 2024 Temu Kebangsaan Orang Muda Suarakan Demokrasi. Bahwasanya terdapat empat poin deklarasi yang di sampaikan yaitu: Pertama, menggunakan hak suara dalam pemilu 2024. Kedua, mengimplementasikan nilai kemanusiaan dalam kehidupan.
Ketiga, mendorong terpenuhinya kebebasan beragama dan berkeyakinan melalui kampanye atau advokasi di media sosial. Keempat, mendukung kesiapan orang muda yang inklusif dan berdaya saing secara professional.
Dari kegiatan Temu Kebangsaan Orang Muda, kita bisa melihat gambaran keberagaman Indonesia secara nyata. Bhineka Tunggal Ika bukan hanya sekedar kata, dan toleransi bukan hanya sekedar ilusi.
Toleransi sebagai Bentuk Penerapan Nilai-Nilai Pancasila
Berbicara toleransi berarti kita juga berbicara tentang Pancasila. Jika kita mengaplikasikan sikap toleransi dalam kehidupan. Maka kita sebenarnya sudah menerapkan nilai-nilai Pancasila. Terutama sila kedua yakni “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Sebagai warga negara. Kita di wajibkan untuk tidak membeda-bedakan sesama manusia. Dengan menjunjung tinggi kemanusiaan. Sehingga jika hati nurani kita berjalan, maka dalam diri kita terdapat kemanusiaan.
Setiap agama melarang setiap umatnya untuk berbuat zalim bagi sesamanya. Jika kita melihat pada perspektif mubadalah, prinsip kasih sayang dan anugerah menjadi pondasi utama dalam kehidupan. Sehingga setiap agama pasti memerintahkan umatnya untuk saling menyayangi sesama manusia sebagai bentuk dari ibadah paling mudah.
Di mana setiap agama juga memerintahkan untuk tidak mendiskriminasi dalam segala bentuk perbedaan, terutama perbedaan keyakinan. Maka hal ini berkesinambungan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Merujuk pada penjelasan Faqihudin Abdul Kodir (2022:18) bahwa “Semua orang, beragama apapun, adalah manusia. Dan bagian dari kehidupan yang menjadi target prinsip rahmah islam tersebut, rahmatan lil’alamin.”
Hal ini selaras dengan pernyataan Gus Dur yang sering kita lihat di berbagai media yaitu “Tidak penting apa pun Agama atau Sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”.
Toleransi selalu mengajarkan kita untuk terus memiliki sifat kemanusiaan agar selalu tercipta perdamaian dalam Persatuan Indonesia. Sehingga dalam setiap langkah juga akan selalu menghadirkan musyawarah untuk mufakat dalam setiap perbedaan pendapat dan perbedaan-perbedaan yang lainya. Dari sana kita akan melihat terciptanya Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Seperti yang kita ketahui bahwasanya Pancasila selain dasar negara. Pancasila juga memiliki fungsi sebagai pedoman hidup bangsa. Dalam setiap sila Pancasila terkandung nilai yang sangat relevan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. []