• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Siapa Berkata Apa

Untuk Suami, Cermati ‘Sinyal Peringatan’ dari Istri

Napol Napol
23/03/2018
in Siapa Berkata Apa
0
‘sinyal peringatan’

‘sinyal peringatan’

38
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Seperti tulisan minggu kemarin, dari 6.000 perempuan yang telah disurvei, sebagian besar mereka cenderung mudah merasa tidak yakin pada pasangan. Saat perasaan itu datang, perempuan biasanya memberi semacam ‘sinyal peringatan’ kepada suami. Biasanya berupa respon emosional hingga ledakan amarah. Saat istri mengirimkan ‘sinyal peringatan’, suami yang baik harus peka dan bisa mengerti tanda. Lalu apa saja alarm tersebut dan bagaimana suami harusnya menanganinya. Di bawah ini saran baik dari Shaunti dan Jeff Feldhahn For Men Only, A Straightforward Guide to the Inner Lives of Women untuk para suami.

Baca: Shaunti dan Jeff Feldhahn: Memahami Perempuan

  1. Saat konflik, ungkapkan perasaan Anda

Kebanyakan suami diam untuk menenangkan diri atau menjauh dari istrinya saat konflik terjadi. Hal ini tidak baik karena diamnya suami justru membuat istri gusar dan gelisah. Dia semakin butuh diyakinkan. Lalu apa yang harusnya dilakukan.

Ketika suami ingin menyendiri, pertama-tama yakinkan dulu istri: “Aku emosi dan bingung harus bagaimana, aku butuh ruang dan waktu sendiri. Tapi aku ingin kamu tahu, kita baik-baik saja.” Memang tak mudah mengalahkan ego saat emosi, tapi cara ini terbukti efektif.

  1. Saat mood istri jelek, jangan menjauhinya

Saat mood istri kacau karena suatu hal atau setelah berselisih dengan suaminya, suami biasanya akan memperlakukannya seperti yang mereka lakukan pada temannya, yaitu memberinya ruang untuk menenangkan diri (meninggalkannya sendiri). Tapi rupanya, perempuan menginginkan kehadiran suami di sampingnya. Pelukan yang menenangkan mereka.

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Sebagian perempuan memang terlihat sulit didekati saat mood-nya jelek. Aura negatif tampak menyelimuti mereka. Jangankan memeluk, mendekat saja rasanya sulit. Namun, salah seorang perempuan dalam penelitian Shaunti menjelaskan, “kami tidak merasa mengintimidasi atau jadi ‘berduri’ saat ngambek, tapi mungkin kami terlihat seperti itu. Kalau saja dia (pasangan) mau mendekat bukannya menjauh, kalau saja dia mau menarik napas panjang lalu memelukku dan tidak mundur, dia akan lihat duri-duri itu meluluh karenanya.”

  1. Saat istri ingin berdiskusi soal perkawinan, dengarkan sebaik mungkin

Langkah ini lebih mengintimidasi, tapi penting sekali. Jika istri butuh berdiskusi soal hubungan, cobalah menganggap diskusi itu sebagai sebuah pemecahan masalah bersama, bukan sebagai suatu sikap ‘menyerang’.

“Saat aku menceritakan padanya tentang hal yang meresahkan dalam hubungan kami, aku hanya mencoba membagi perasaanku sehingga kami bisa mendiskusikannya,” kata seorang perempuan, dalam survei.

“Tapi dia menganggap itu sebagai kritik, dan kemudian aku merasa bersalah karena sudah membahas hal itu. Aku berharap dia bisa paham bahwa penting bagiku membicarakan hal-hal semacam itu, dan mengerti bahwa aku bukan semata-mata sedang mengkritik dia,” lanjutnya.

Fakta ini membuat Jeff paham bahwa “ketika sebagian besar perempuan mengungkit suatu masalah, mereka tidak sedang berpikir bahwa kita telah gagal. Kita perlu melawan kecenderungan kita dalam menganggap apa yang dia katakan sebagai kritik.”

  1. Saat dia semakin kacau dan ingin kita menjauh, jangan berhenti meyakinkan

Terakhir, yang paling membingungkan dan bahkan menjengkelkan kita: pentingnya meyakinkan kembali dan menunjukkan cinta kepada istri bahkan di saat ia begitu sulit didekati, kritis, melawan, atau mendorong kita pergi.  Seperti yang mungkin suami kira, ini tanda utama dari pertanyaan “apakah kamu benar-benar mencintaiku?”

Mungkin nampaknya gila. Tapi rupanya bagi banyak parempuan, semakin mereka merasa tidak dicintai, semakin mungkin dia mendorong pasangannya pergi, atau membuat pasangannya semakin sulit mencintainya. Dia berharap suami/pasangannya akan membuktikan bahwa dia benar mencintainya dengan tidak pergi dan meyakinkan cintanya kembali.

Jadi ketika istri sedang kacau, dan mungkin marah kepada sumi, lalu suami mendekatinya, dia akan mendorong suami pergi, meskipun kedekatan adalah yang paling diinginkannya. Tapi jika Anda mau menyampingkan dulu rasa harga diri dan mencoba lagi, mau mengambil resiko menggenggam tangannya dan berkata seperti, “Jangan pergi. Aku ingin tahu apa yang salah,” itu akan meruntuhkan pertahanannya. Bagi istri, itu berarti: tidak peduli bagaimana pun yang ia rasakan saat itu, suami benar-benar mencintai istrinya.

  1. Tetap ‘mengejar’ setelah menikah

Ini langkah yang berharga untuk suami yang ingin menunjukkan kepada istrinya bahwa dia tetap akan jadi perempuan pilihan hatinya: ‘pengejaran’.

Meyakinkannya kembali dapat menyembuhkan ketidakyakinannya. ‘Pengejaran’ mencegah munculnya banyak ketidakyakinan. ‘Pengejaran’ adalah aksi-aksi yang suami lakukan ketika dulu dia ingin memenangkan hati pasangan. Dengan tetap melakukan aksi-aksi itu, suami menjadi pasangan yang hebat di mata istri.

Laki-laki pada umumnya berpikir bahwa ‘pengejaran’ hanya cocok dilakukan saat masa pacaran atau pedekate, bukan setelah menikah. Tapi ingat, bagi perempuan, tidak pernah ada momen ajaib di mana mereka merasa secara permanen dan sepenuhnya dicintai.

Jadi, apakah dulu yang suami lakukan pada saat mengejar pasangan, apakah dengan menulis puisi romantis? Mengajak nonton di bioskop? Jalan-jalan ke tempat-tempat indah? Mengirimi bunga, memberikannya coklat? Apapun itu, lakukan lagi ‘pengejaran’ tersebut mulai hari ini dan seterusnya! []

Tags: keluargaperempuanRelasi suami-isterisuami
Napol

Napol

Terkait Posts

Sosok Nyai Hj. Hindun Anisah; Sosok Ulama Perempuan

Sosok Nyai Hj. Hindun Anisah; Sosok Ulama Perempuan

30 Desember 2022
Visi Gus Dur tentang Islam, Demokrasi, dan HAM

Visi Gus Dur tentang Islam, Demokrasi, dan HAM

24 Desember 2022
Kunci Sukses Berbisnis Bersama Pasangan

Kunci Sukses Berbisnis Bersama Pasangan

27 Oktober 2022
Hakikat Pernikahan Menurut Islam

Hakikat Pernikahan Menurut Islam Bukan Soal Kepemilikan

27 Oktober 2022
Menjamak Shalat Saat Resepsi Pernikahan

Bolehkah Menjamak Shalat Saat Resepsi Pernikahan?

21 Oktober 2022
Adab Menggelar Resepsi Pernikahan

Niat dan Adab Menggelar Resepsi Pernikahan Menurut Islam

21 Oktober 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID