Rabu, 20 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Hari Kemerdekaan

    Hari Kemerdekaan dan Problem Beragama Kita Hari Ini

    Soimah

    Dear Bude Soimah, Tolong Perlakukan Pasangan Anak Laki-lakimu Sebagaimana Manusia Seutuhnya

    Inklusi Sosial

    Inklusi Sosial Penyandang Disabilitas

    Arti Kemerdekaan

    Arti Kemerdekaan bagi Perempuan

    Dhawuh

    Di Bawah Bayang-bayang Dhawuh Kiai: Bagian Dua

    Di Mana Ruang Aman Perempuan

    Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan: Di Mana Ruang Aman Perempuan dan Anak?

    Upacara Bendera

    Kesalingan dalam Perayaan; Membaca Upacara Bendera dan Pesta Rakyat di Istana

    Arti Kemerdekaan

    Memugar Kembali Arti Kemerdekaan

    Janji Kemerdekaan

    Dari Pati untuk Indonesia: Mengingatkan Kembali Janji Kemerdekaan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Anak Kritis

    Membiasakan Anak Kritis dan Menghargai Perbedaan Sejak Dini

    Tidak Membedakan Anak

    Orangtua Bijak, Tidak Membedakan Anak karena Jenis Kelaminnya

    Kesetaraan Gender

    Pola Pendidikan Anak Berbasis Kesetaraan Gender

    Peran Orangtua Mendidik Anak

    Peran Orangtua dalam Mendidik Anak menurut Pandangan Islam

    Orangtua Mendidik Anak

    Peran Orangtua dalam Mendidik Anak untuk Generasi Berkualitas

    Hakikat Merdeka

    Kemuliaan Manusia dan Hakikat Merdeka dalam Surah Al-Isra Ayat 70

    Pendidikan Anak

    Hak Anak atas Pendidikan

    Reproduksi

    Pentingnya Edukasi Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Laki-Laki dan Perempuan

    Perubahan

    Mengenal Perubahan Emosi dan Seksualitas pada Remaja

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Hari Kemerdekaan

    Hari Kemerdekaan dan Problem Beragama Kita Hari Ini

    Soimah

    Dear Bude Soimah, Tolong Perlakukan Pasangan Anak Laki-lakimu Sebagaimana Manusia Seutuhnya

    Inklusi Sosial

    Inklusi Sosial Penyandang Disabilitas

    Arti Kemerdekaan

    Arti Kemerdekaan bagi Perempuan

    Dhawuh

    Di Bawah Bayang-bayang Dhawuh Kiai: Bagian Dua

    Di Mana Ruang Aman Perempuan

    Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan: Di Mana Ruang Aman Perempuan dan Anak?

    Upacara Bendera

    Kesalingan dalam Perayaan; Membaca Upacara Bendera dan Pesta Rakyat di Istana

    Arti Kemerdekaan

    Memugar Kembali Arti Kemerdekaan

    Janji Kemerdekaan

    Dari Pati untuk Indonesia: Mengingatkan Kembali Janji Kemerdekaan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Anak Kritis

    Membiasakan Anak Kritis dan Menghargai Perbedaan Sejak Dini

    Tidak Membedakan Anak

    Orangtua Bijak, Tidak Membedakan Anak karena Jenis Kelaminnya

    Kesetaraan Gender

    Pola Pendidikan Anak Berbasis Kesetaraan Gender

    Peran Orangtua Mendidik Anak

    Peran Orangtua dalam Mendidik Anak menurut Pandangan Islam

    Orangtua Mendidik Anak

    Peran Orangtua dalam Mendidik Anak untuk Generasi Berkualitas

    Hakikat Merdeka

    Kemuliaan Manusia dan Hakikat Merdeka dalam Surah Al-Isra Ayat 70

    Pendidikan Anak

    Hak Anak atas Pendidikan

    Reproduksi

    Pentingnya Edukasi Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Laki-Laki dan Perempuan

    Perubahan

    Mengenal Perubahan Emosi dan Seksualitas pada Remaja

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Upaya-upaya Konkret untuk Mengatasi Ekstremisme Beragama

Dalam konteks Indonesia, ini merupakan ladang yang subur bagi merebaknya paham ekstremisme, tidak lain karena keberagaman yang dimilikinya

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
19 Agustus 2022
in Pernak-pernik
0
Ekstremisme Beragama

Ekstremisme Beragama

329
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada hari Kamis, 11 Agustus 2022 (19.00-21.00 WIB), Universitas Muslim Indonesia Makasar dan Institut Leimena mengadakan seminar Internasional dengan tajuk “Literasi Keagamaan Lintas Budaya untuk Mengatasi ekstremisme Beragama: Menjawab Pesan Kairo” secara daring.

Menjadi pembicara kunci seminar, Ambasador Lutfi Rauf (Duta Besar Indonesia untuk Mesir) mengatakan bahwa isu ektremisme merupakan isu yang dekat dengan kita semua. Menurutnya, belum ada definisi yang tepat untuk dapat menggambarkan apa itu ekstremisme.

Kendati demikian, beliau menggunakan definisi milik Unesco yang intinya menggambarkan bahwa kita sedang menghadapi sesuatu yang tidak kasat mata. Karena menyangkut alam pemikiran manusia, lebih tepatnya ideologi yang memberikan dampak pada tindakan, sehingga sulit kita deteksi secara akurat.

Berdasarkan pengamatannya, sebelum 2020, ekstremisme beragama ini merupakan isu global dan menjadi pekerjaan bersama bangsa-bangsa di dunia. Hingga akhirnya, datanglah pandemi yang mengalihkan isu ini. Akan tetapi, saat dunia sedang sibuk bangun jatuh bangun karena pandemi, aktor-aktor ekstremisme justru tidak berhenti bekerja.

Pandemi dan Ekstremisme Beragama

Kondisi pandemi aktor-aktor tersebut gunakan untuk menyebar paham-paham mereka bahkan melalui ruang privat, yakni melalui dunia digital. Hingga dapat kita katakan, bahwa platform digital dan platform daring selama pandemi inilah yang menjadi ancaman untuk kita semua saat ini. siapapun itu, sangat mudah untuk mengakses dan membagikan hal-hal propaganda.

Sesuai pengalamannya, dulu sangat jarang gerakan ektsremisme yang bergerak secara individu. Namun yang menjadi tantangannya sekarang, gerakan ini bahkan telah berubah menjadi gerakan individu. Ibu-ibu rela melakukan bom bunuh diri dengan anaknya. Ini adalah tantangan dan ancaman bagi kita semua. Jumlah tersangka terorisme Indonesia meningkat tiap tahunnya, yakni hampir 60% per tahun 2021.

Oleh karena itu, ancaman terorisme ini sangat nyata, mereka cenderung mengeskploitasi ajaran agama, dan hal-hal yang berbau rasisme. Dalam konteks Indonesia, ini merupakan ladang yang subur bagi merebaknya paham ekstremisme, tidak lain karena keberagaman yang dimilikinya. Beliau juga mengungkap fakta bahwa Mesir juga tengah menghadapi ancaman nyata disebabkan ekstremisme, Mesir juga menggunakan pendekatan yang sama dengan Indonesia dalam menangani hal ini.

Upaya Pencegahan Esktremisme Beragama

Salah satu dari usaha pencegahan tersebut yakni dengan mengadakan seminar pada 7-9 Juni 2022, yang juga dihadiri oleh delegasi dari Indonesia. Kemudian isi dari seminar tersebut disebut dengan “Pesan Kairo” yang menjadi bahan brainstroming dalam acara ini.

H. Muh. Hattah Fattah (Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Promosi Universitas Muslim Indonesia / UMI Makasar) juga mengungkap hal serupa. Bagi beliau, acara di Mesir merupakan rangkaian acara yang memberikan paham bahwa ekstremisme itu tumbuh di banyak agama dan di banyak Negara, sehingga ini menjadi tugas kita bersama.

Perkembangan paham radikal ini terus berkembang dengan berbagai bentuk. Oleh karena itu kita perlu melakukan banyak kajian dan mengoneksikan seluruh kerjasama yang mungkin kita lakukan dan kita miliki. Dengan harapan membicarakan tindak lanjut untuk berkolaborasi bersama guna mencegah berkembangnya Paham radikalisme ini.

Pendidikan Menjadi Kunci

Sektor pendidikan merupakan sektor yang sangat penting. Oleh karena itu sektor ini dapat menjadi wahana yang potensial untuk kita susupi. Sehingga kita wajib menjaga sektor ini dari ancaman radikalisme dan ekstremisme. Di UMI sendiri, nilai-nilai moderasi beragama ini sedang mereka implementasikan dalam kurikulum pendidikan dan berbagai kerjasama yang terjalin.

Dengan tegas beliau berkata bahwa kita semua harus bekerjasama untuk membangun persamaan konsepsi dan persepsi untuk mencegah tindakan ekstremisme. Adanya platform digital juga menjadi wahana empuk bagi mereka. Oleh karena itu kita harus mengadopsi upaya yang dilakukan oleh Universitas Al-Azhar yang mempelajari konten-konten yang beraroma radikal, dan dengan aktif kita (sebagaimana Al-Azhar) dapat memberikan fatwa atas konten-konten yang berbau radikal tersebut.

Ini bisa kita adopsi dalam pengembangan digitalisasi dengan dan menjadi startegi penting dalam realisasi pencegahan radikalisme. Memberikan paham moderasi harus dimulai sejak usia dini, sehingga anak-anak bangsa lebih dini juga memahami adanya paham toleransi, moderasi. Maka saat ada yang mulai menyusupi dengan Paham intoleran, mereka dapat memahami dan menangkalnya. Dengan demikian, mereka dapat memahami konsistensi Islam yang rahmatan lil alamin.

Intervensi Materi Keislaman di Lembaga Pendidikan

Sebagai pembicara selanjutnya, Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi (Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia) mengutip dua qaul ulama yang berkaitan dengan tindakan ekstremisme: Muhammad ibnu Sirrin, yang menekankan agar para pencari ilmu agama hendaknya mencari ilmu tersebut dari mereka yang kompeten; Abdullah bin Mubarok yang mengatakan bahwa rantai keilmuan adalah bagian dari agama, dan pentingnya rantai keilmuan tersebut dalam validasi keilmuan yang bersangkutan.

Kedua tokoh ini dapat berkata demikian karena mereka berdua melihat kehancuran yang bermula dari benih-benih destruktif yang ada di tengah-tengah masyarakat Islam saat itu. Dan hal ini adalah bagian dari ekstremisme beragama karena kesalahpahaman. TGB juga mengungkapkan bahwasanya Ibnu Sirrin saat kecil sudah mendengar kisah tentang perang Siffin, dan kisah inilah yang kerap menjadi embrio terjadinya perpecahan.

Kemudian, TGB kembali berkata bahwa, sejak awal para ulama melihat adanya kesalahpahaman terhadap agama merupakan salah satu faktor yang signifikan dalam menimbulkan ekstremisme beragama, yang berpengaruh pada segala sendi kehidupan dan mengakibatkan perang berkepanjangan dalam masayarakat beragama.

Radikalitas dan ekstreminitas adalah term yang otentik, bukan jualan kaum Barat, jangankan ekstrem, al-ghulluw atau melampaui batas itu saja sudah terlarang. Melawan radikalitas, ekstreminitas, dan hal-hal yang menuju kepadanya adalah sesungguhnya kita sedang menjalankan amanat Allah dan Rasul-Nya.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

TGB kemudian memberikan insight tentang apa tang harus kita lakukan. Pertama, Intervensi dalam pendidikan. Materi-materi keislaman yang kita ajarkan dalam semua jenjang pendidikan harus kita sisir dengan benar. Karena ini adalah basis wajah-wajah bangsa 10 bahkan 20 tahun kedepannya. Kita harus memastikan materi-materi keagamaan yang kita asupkan kepada anak didik tidak mengandung paham intoleransi dan ekstremisme.

Kedua, Para guru yang mengajar, kita harus berani dan memiliki pemahaman yang moderat. Ketiga, khususnya tentang akidah, hari ini kita bicara akidah maka harusnya selalu mengaitkan dengan akhlak. Bagaimana nilai-nilai akidah kita wujudkan dalam akhlak/interaksi sosial. Akidah tidak selalu norma, melainkan tentang akhlak. Akidah yang selalu berbentuk norma jadi mudah menyalahkah orang lain.

Keempat, memperbanyak dan menghadirkan dalam materi pendidikan kita, maupun narasi keagamann kita hal-hal yang terkait dengan kebudayaan agama. Ya, Islam tidak hanya agama, tetapi juga budaya. Jika kita menghadirkan Islam yang berwarna-warni dengan budaya yang beragam, maka ia akan menghadirkan kenyamanan bersama dan adanya keseimbangan dalam beragama dan bermasyarakat.

Teladan dari Nabi Ibrahim

Sepaham dengan TGB, Dr. Alwi Shihab (Senior Fellow, Institut Leimena) juga menegaskan bahwa fokus training ini adalah untuk memberikan gambaran bagaimana seharusnya muslim berinteraksi dengan pihak lain. Ini untuk mengantisipasi paham ektremisme yang tejadi di luar lingkungan kita, dan juga yang berada dalam sekitar dan diri kita.

Pandangan kita terhadap keberadaan agama lain adalah penting, seperti contoh, apa pandangan umat muslim Indonesia saat melihat kaum Yahudi? 90% menjawab mereka (Yahudi) adalah musuh. Menurut beliau, kita tidak bisa menggeneralisir, karena ada dari mereka yang zionis, dan ada juga yang tidak zionis.

Selengkapnya, Dr. Alwi memberikan resep untuk kita dapat berhubungan baik dengan pihak lain dengan cara yang dianjurkan (dengan mengutip teori Chris Seiple), yakni dengan memiliki tiga kompetensi. Dalam lingkup ahlul kitab, kita ambil contoh Ibrahim as yang menjadi tokoh sentral bagi tiga agama. Ini bisa mendekatkan tiga agama kepada satu sumber, sehingga terdapat simpati yang dapat kita terima, dan bahkan Alquran menekankan hal itu.

Ibrahim adalah hal yang baik/tokoh yang menjadi teladan kita semua, dan tersebutkan bahwa Ibrahim bukan Yahudi atau Nasrani, melainkan dia adalah nabi hanifan yang pasrah kepada Allah semata. Ada banyak hal dalam Alquran yang dapat menjadi inspirasi untuk kita berinteraksi baik dengan agama yang berbeda. Syariah kita berbeda-beda, namun agama kita satu. Agama tetap satu, yakni Islam/pasrah, namun syariat yang diberikan berbeda antar kelompoknya.

Yang menarik dari pernyataan Dr. Alwi Shihab, menurut beliau, perbedaan aliran, agama, akidah maupun ajaran itu tidak apa-apa. Yang perlu kita waspadai adalah ajaran akidah yang mengandung dan mengajarkan nilai-nilai/unsur-unsur perpecahan yang dapat memberikan pengaruh buruk dalam interaksi sosial.

Membangun Narasi yang Efektif

Sebagai pembicara terakhir, Muhammad Suaib Tahir (Staf Ahli Satgas Bidang Pencegahan, perlindungan dan Deradikalisasi badan nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia, mengungkap bahwa hambatan utama dalam BNPT adalah narasi. Narasi yang kaum ekstremis gaungkan ternyata lebih efektif daripada yang kita/BNPT bangun.

Mereka ini sedikit tapi aktif di media sosial, sedangkan pihak yang  moderat jumlahnya banyak namun tidak aktif (masih minimnya narasi-narasi alternatif yang moderatif di media sosial). Oleh karena itu BNPT sangat berterimakasih dan membanggakan kepada instansi-instansi yang dapat berkolaborasi untuk menyebarkan narasi alternatif di berbagai media, khususnya media sosial dan pendidikan.

Akhirnya, kaum radikal dan ekstrim tidak selalu teroris, tetapi kaum teroris sudah pasti radikal dan esktrem. Akan tetapi yang pasti, kelompok-kelompok ini (ekstremis, radikalis, dan teroris) telah melakukan distorsi terhadap nilai-nilai luhur agama. []

Tags: ekstremismeKeberagamaanModerasi BeragamaPerdamaiantoleransi
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Kemerdekaan
Publik

Kemerdekaan dan Iman Katolik: Merawat Persaudaraan dalam Kebhinekaan

18 Agustus 2025
Ibadah Anak Diserang
Publik

Ketika Ibadah Anak Diserang: Di Mana Rasa Aman untuk Minoritas?

31 Juli 2025
Penghayat Kepercayaan
Publik

Tantangan Menghadapi Diskriminasi Terhadap Penganut Penghayat Kepercayaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

19 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama
Publik

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Film Animasi
Film

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Dokumen Abu Dhabi
Publik

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Soimah

    Dear Bude Soimah, Tolong Perlakukan Pasangan Anak Laki-lakimu Sebagaimana Manusia Seutuhnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inklusi Sosial Penyandang Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Orangtua Bijak, Tidak Membedakan Anak karena Jenis Kelaminnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membiasakan Anak Kritis dan Menghargai Perbedaan Sejak Dini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Bawah Bayang-bayang Dhawuh Kiai: Bagian Dua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hari Kemerdekaan dan Problem Beragama Kita Hari Ini
  • Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian
  • Dear Bude Soimah, Tolong Perlakukan Pasangan Anak Laki-lakimu Sebagaimana Manusia Seutuhnya
  • Membiasakan Anak Kritis dan Menghargai Perbedaan Sejak Dini
  • Inklusi Sosial Penyandang Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID