Apakah kamu mengikuti perkembangan berita heboh karena seorang publik figur melakukan hal yang kurang baik di media sosial? Baru-baru ini, Zara Adhisty yang merupakan mantan personil JKT 48 mendapatkan sanksi moral oleh khalayak masyarakat karena tindakannya yang membagikan video di cerita Instagram miliknya.
Pengguna internet yang mengikuti perkembangan tersebut menganggap perlakuan Zara kurang pantas untuk ditampilkan. Terlebih lagi, sosok Zara adalah pemeran dalam film edukasi tentang pendidikan seks di usia remaja. Berita video tersebut bahkan trending di Twitter.
Dalam opini ini, penulis hanya ingin menggambarkan bagaimana psikologi memandang pola perkembangan dan pertumbuhan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Bukan menghakimi, membela ataupun bermaksud mencela. Paling tidak, kita mulai memahami bagaimana perubahan yang terus terjadi pada hidup manusia.
Dilansir pada laman Wikipedia, Zara Adhisty lahir pada tanggal 21 Juni 2003. Zara baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-17 tahun dua bulan yang lalu. Menurut Hurlock (1980) masa remaja berlangsung pada umur 13-18 tahun, ini terhitung remaja awal pada kisaran 13 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir kisaran 16-18 tahun secara hukum dinyatakan sah sebagai orang dewasa. Artinya, secara pengelompokkan psikologi perkembangan, Zara masih tergolong remaja pada periode akhir.
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa tersebut diiringi dengan pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Fisik, emosi, religiusitas, masa pencarian identitas, sosial, kepribadian bahkan seks.
Remaja dalam memandang kehidupan dan harapannya ke depan tidak ubahnya seperti ia melihat dirinya dalam kaca merah jambu. Ia akan mempersepsikan apa yang ia inginkan, orang lain harus mengikuti seperti apa dirinya. Terlebih dalam persoalan harapan dan cita-cita, ia akan tidak realistis. Dan remaja akan marah dan emosi yang tidak terkendali jika orang lain tidak mendukung apa yang ia inginkan. Semakin tidak didukung, cita-citanya akan semakin tidak realitis.
Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya yang berjudul Development Psychology; A life-Span Approach, Fifth Edition (1980) salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai oleh kalangan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat tentang dirinya dan kemudian membentuk pribadi dan perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa didorong, diawasi seperti mereka pada masa anak-anak. Remaja sudah diberikan kemampuan kognitif untuk memilah perilaku dan tanggung jawabnya atas tindakan yang ia ambil.
Remaja mengganti moral khusus yang ia dapatkan dari orangtua dan orang terdekat pada masa anak-anak menjadi moral sosial yang dihadapkan dengan perilaku sesuai dengan keinginan masyarakat. Masa ini memang cukup sulit untuk membuat kode moral yang sesuai dengan moral khusus dan moral sosial. Tidak sedikit remaja yang gagal melakukannya, bahkan tidak diterima secara sosial. Maka timbullah cibiran, cemooh, dikucilkan, dihakimi bahkan tindak bullying.
Moral khusus yang didapatkan oleh remaja yang ia dapatkan semasa anak-anak adalah seperti ketika ia melihat satu sisi gunung yang menjulang tinggi. Seakan apa yang ia lihat, gunung adalah biru. Ia belum mengetahui jika gunung mempunyai warna hijau, ada jurang, ada rumah dan masih banyak lagi. Masa peralihan inilah yang akan membawa kognisi baru dalam pola pikir remaja melihat realitas kehidupan sosial masyarakat.
Apa yang terjadi pada Zara, psikologi perkembangan mempunyai tugas penting pula dalam membentuk minat dan perilaku seks pada remaja. Zara adalah satu dari sekian banyak remaja yang mulai melakukan hubungan dengan lawan jenis yang tepat dan mulai memainkan peran seksnya.
Pada masa remaja, dorongan-dorongan dan keingintahuan tentang seks membuat remaja akan berusaha dalam mencari informasi mengenai seks. Orang tua bisa menjadi salah satu faktor membawa minat tersebut selain informasi di sekolah, perguruan tinggi, perbincangan dengan teman-teman dan buku-buku yang membahas masturbasi, bercumbu bahkan bersenggama.
Dalam pola berpacaran pada masa remaja, berkencan dengan pasangan sangat berperan penting karena mereka akan merasa jatuh cinta dan merencanakan untuk menikah di kemudian hari. Banyak remaja yang bermaksud menikah cepat karena memandang berdua dengan pasangan adalah percobaan dan usaha mereka untuk mendapatkan teman hidup.
Pola-pola keintiman seksual dalam berkencan dan berpacaran oleh Hurlock dimulai ketika mereka sudah berani mencium pasangan, bercumbu ringan, bercumbu berat hingga bersenggama. Perubahan yang paling menonjol pada remaja pada generasi masa lalu, mereka akan terkejut jika ketahuan bercumbu, ia merasa bersalah dan malu yang cukup berat. Sekarang keadaan tersebut berbeda, hubungan seks dan bercumbu dianggap “benar” jika yang terlibat dalam tindakan tersebut saling mencintai dan terikat.
Penjelasan di atas merupakan secuil gambaran remaja beralih dalam perilaku moralnya di khalayak masyarakat. Akan sangat sulit jika sesuatu yang sudah dianggap benar sesuai dengan “kaca merah jambunya”. Zara mungkin salah satu dari sekian banyak remaja yang gagal dalam mengubah perilaku moral khusus untuk Indonesia yang dianggap bangsa yang religius dan selalu mengkaitkan tindakan dengan hal-hal agama. Jadi tidak heran, dengan posisinya sebagai publik figur dan pernah memerankan remaja film edukasi seks remaja malah melakukan tindakan di media sosial yang tidak seharusnya. []