Mubadalah.id – Isu perempuan tidak henti-hentinya sirna, pasalnya banyak perempuan yang dinilai kaum nomor dua setelah lelaki. Keberadaan mereka dinilai sumber masalah atas terjadinya tindak kejahatan atau kriminal. Dalam laporan kasus oleh Komnas Perempuan tercatat 2500 kasus kekerasan terhadap perempuan dalam rentang waktu Januari-Juli, di Indonesia. Jumlah kasus ini sudah melebihi kasus tahun 2020 yakni 2400 kasus. Keadaan ini mengindikasikan masih banyak yang memandang perempuan sebagai objek bukan subjek.
Sering pula kita menemukan komentar tetangga pada anak muda perempuan, “Jadi perempuan jangan banyak tingkah, mending di rumah aja gak usah kemana-mana,” Penilaian yang menganggap perempuan merupakan sumber masalah. Lalu ada pula yang berkomentar, “Ngapain sekolah tinggi-tinggi, mau jadi apa? Toh akhirnya di dapur juga.”
Beberapa fenomena peristiwa di atas tidak hanya di satu wilayah. Daerah lain juga kemungkinan besar lebih banyak yang memandang tidak jauh berbeda tentang perempuan dan tuntutan kewajibannya. “Toh nanti bakalan di rumah, ngurus anak, dan suami”. Komentar lain pun tak sedikit yanrg datang dari kalangan sesama perempuan.
Melihat fenomena di atas tersebut, seakan woman support woman masih minim di kalangan sesama perempuan. Mengapa demikian? Pertimbangan lainnya bisa melalui faktor iri merasa harus memiliki teman yang senasib (orang yang mementingkan ego), berbeda dengan perempuan yang berwawasan luas, mereka cenderung sangat senang merasa suaranya terwakili. Perempuan yang memiliki wawasan luas, berpikir dinamis cenderung menyadari banyak hal bahwa dirinya juga memiliki kesempatan dan kemampuan tampil di ranah publik, sebagaimana lelaki.
Perempuan Harus Merdeka, Mengapa?
Beberapa waktu lalu ada acara bincang perempuan bertema “Menjadi Perempuan Merdeka,” tanggal 20 Agustus 2021, suatu acara yang membahas tantangan perempuan masa kini dan memahami definisi merdeka bagi diri perempuan. Banyak hal yang diulas, termasuk definisi merdeka bagi perempuan. Pertanyaan menarik muncul dari salah satu audiens, bagaimana cara memerdekakan diri bagi diri perempuan?
Senyatanya tidak hanya perempuan, laki-laki juga harus merdeka, semua diantara kita harus merdeka. Dan tidak ada yang harus diutamakan. Semua kita harus merdeka dari malas, merdeka finansial, merdeka dari bodoh, merdeka dari sifat tercela, dan lainnya. Berdasar catatan kasus kekerasan terhadap perempuan yang terdapat ribuan kasus, menimbulkan tanda tanya besar “apa yang terjadi dengan perempuan? Masih adakah yang menganggap perempuan sebagai objek?”
Menjawab pertanyaan audiens di atas, cara memerdekakan diri dilakukan dengan beberapa upaya; Langkah pertama kita harus mampu membaca diri sendiri, atau mengenalinya. Kedua, tahu kemampuan dan potensi diri dan apa yang kita punya. Ketiga, menyadari bahwa perempuan makhluk yang istimewa, kita memiliki hak yang sama seperti laki-laki. Pengenalan diri yang baik salah satu langkah mensyukuri nikmat Tuhan sebagai perempuan.
Pada hakikatnya perempuan harus merdeka, mengapa? Beberapa alasan; Pertama, merdeka menjadikan manusia bebas berekspresi (hal positif), semisal mengekspresikan ide, gagasan atau berkarir. Kedua, perempuan merupakan calon ibu. Ibnu Qayyim menjelaskan dengan rinci tentang teori pendidikan pranatal yang tentu ada kaitannya dengan perempuan. Ibu berperan utama dalam pendidikan anak. Perempuan juga akan melahirkan generasi, bila kondisi psikis dan kesehatan terganggu, akan berpengaruh terhadap kondisi janin.
Tips Menghadapi Bullying Bagi Perempuan di Ranah Publik
Beberapa orang mungkin pernah merasa mendapat cibiran ketika mengalami kendala dalam mengutarakan pendapat. Sikap bullying atau seakan merendahkan diri orang lain dengan alasan ketidak sempurnaan. Diantara kita mungkin sangat menyadari kekurangan, namun tidak dengan lainnya. maka untuk menghadapi keadaan yang tak menjamin ini support, kita harus menempuh beberapa hal, diantaranya: Pertama, Membangun Percaya diri. Kedua, tetap fokus pada pencapaian diri, Ketiga, mampu mencounter ucapan.
Meng-counter ucapan atau berani membalas bullying merupakan salah satu langkah pertahanan diri supaya tidak diremehkan orang. Dengan kita memperbolehkan umatnya membalas sikap buruk seseorang dengan cara yang sangat hati-hati. Meski membalasnya, orang akan berpikir kita memiliki keberanian bersuara, memperjuangkan hak. Dalam kondisi ini, menyelamatkan diri dari bullying merupakan langkah tepat yang sebaiknya dilakukan sebagai bentuk pembelaan dan penegasan. Menjaga kesehatan psikis termasuk akhlak terpuji.
Perempuan sebagai makhluk yang sering dijadikan objek bullying, atau alasan terjadinya kriminal, harus mampu membela dirinya. Menjadi baik tidak harus diam dan mengalah. Baik berarti manusia memiliki hati dan pikiran yang difungsikan dalam hal positif. Banyak manusia berlomba menjadi baik dihadapan orang lain, namun sedikit yang menjadi baik terhadap dirinya atau peduli pada diri sendiri. Wallahu aa’lam. []