Mubaadalahnews.com,- Petaka pernikahan dini kembali terjadi. Seorang gadis remaja tewas diduga akibat dianiaya oleh suaminya di Indramayu, Jawa Barat. Korban Y yang baru berusia 17 tahun, meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indramayu akibat mengalami luka di beberapa bagian kepala dan sekujur tubuhnya. Hasil pemeriksaan post-mortem atas penganiayaan itu belum keluar.
Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Indramayu menyatakan akan terus memantau kasus tersebut.
“Kami akan terus memantau perkembangan kasus tersebut yang sedang ditangani kepolisian,” kata Sekretaris KPI Indramayu Yuyun Khoerunisa, dikutip dari kompas.com, Sabtu (24/11/2018).
Dalam pernyataan sikap yang kami terima dari KPI wilayah Jawa Barat dijelaskan, Y menikah dengan D pada 2016. Saat itu, usia keduanya masih di bawah batas minimal yang ditetapkan oleh Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Y saat itu berumur 15 tahun dan D berumur 16 tahun.
Pihak keluarga kemudian mengajukan permohonan dispensasi perkawinan ke Pengadilan Agama Indramayu, dengan alasan keduanya sudah pacaran dan dikuatirkan akan melakukan zinah jika tidak segera dikawinkan.
Sejak usia 7 bulan, Y tinggal dengan neneknya, karena ayah Y sudah meninggal dunia dan ibunya bekerja sebagai buruh migran. Majelis Hakim mengabulkan permohonan dispensasi tersebut.
Kini, 2 tahun setelah perkawinan, Y meninggal dengan luka-luka di sekujur tubuh dan kepalanya. Selama perkawinan, Y kerap mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Setelah 5 bulan menikah, Y hamil dan melahirkan secara caesar pada usia kandungan 7 bulan. Anaknya Y lahir premature dan hanya bertahan setenga bulan sebelum akhirnya meninggal dunia. Y sering pulang ke rumah neneknya dan mengadukan kekerasan fisik yang dilakukan suaminya.
Pada Jumat, 21 September 2018, pukul 14.17 WIB, neneknya mendapat kabar dari keluarganya yang berada di luar negeri bahwa Y jatuh dari di toilet.
Neneknya juga dapat kabar juga keponakan dan tetangga bahwa D menggunggah foto Y yang sedang tidak sadar dan kepalanya berdarah.
Kemudian nenek Y langsung berangkat ke rumah mertua Y, tapi Y sudah dibawa ke RSUD Indramayu. Sesampainya di RSUD Indramayu, Y sudah tidak sadarkan diri di ruang IGD. Ada luka di pelipis dan darah di kepalanya. Kemudian Y dibawa ke ICU, tapi pada jam 20.00 Y meninggal dunia.
Perkawainan anak dan kekerasan
Angka dispensasi perkawinan anak di Pengadilan Indramayu tercatat sebanyak 354 pada tahun 2016 dan 287 pada 2017. Mayoritas alasan yang diajukan adalah akibat kehamilan yang tidak diinginkan dan kekhawatiran keluarga terhadap anaknya yang sudah berpacaran.
Padahal dalam perkawinan anak, perempuan rentan menjadi pihak yang mengalami kekerasan.
Apalagi jika usia anak perempuan berada di bawah suami, memiliki pendidikan rendah, serta minim pengetahuan tentang hubungan yang setara antara laki-laki dan perempuan.
KPI wilayah Jawa Barat (2017) menemukan anak perempuan mengalami eksploitasi fisik maupun ekonomi. Setelah perkawinan, anak perempuan bekerja mengurus keluarga suami ataupun anak-anak suami dari perkawinannya terdahulu, membantu di sawah atau ladang, ataupun bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan anak bukanlah jalan keluar dari masalah anak yang ditakutkan orang tuanya melakukan zinah.
Pemberian dispensasi perkawinan oleh Pengadilan Agama justru mendorong anak perempuan ke dalam posisi yang rentan dan terlemahkan. Dalam kasus Y, dispensasi perkawinan telah membawanya ke dalam kekerasan dalam rumah tangga.
Demikian penjelasna petaka pernikahan dini yang menyebabkan seorang istri tewas dianiaya suaminya. Semoga bermanfaat. []