Mubadalah.id – Kitab Mambaus Sa’adah (Telaga Kebahagiaan untuk Relasi Pernikahan) karya KH. Faqihuddin Abdul Qodir merupakan salah satu kitab kuning yang memiliki landasan Islam dalam membangun relasi yang adil dalam pernikahan. Pasalnya, budaya patriarkhi dalam rumah tangga muslim masih sangat kuat di masyarakat.
Untuk itu, Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah telah membedah Kitab Mambaus Sa’adah diawali dengan pemotongan tumpeng.
Pembahasan perdana kitab itu disampaikan langsung oleh ulama perempuan yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsari Jepara, Nyai Hindun Anisah di kantor PWNU Jateng, Semarang 7 Desember 2018.
Hal itu diungkapkan Koordinator Ngaji Bulanan, Siti Rofiah ketika dihubungi Mubaadalahnews, 8 Desember 2018.
Menurutnya, dipilihnya kitab Mamba’us Sa’adah karena secara konten kitab ini sangat pas dengan visi misi Fatayat. Salah satunya mendorong relasi yang adil di dalam pernikahan sehingga menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah wa maslahah.
“Banyak sekali nilai yang bisa diambil (dari Mambaus Sa’adah), terutama tentang landasan Islam dalam membangun kehidupan rumah tangga,” kata Siti Rofiah, Anggota Sie Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PW Fatayat NU Jateng.
Dia menilai, selama ini orang sering salah memahami kodrat dan peran yang merupakan bentukan masyarakat. Bahkan wacana gender sering disalahartikan sebagai ide yang berasal dari luar.
Selain itu, ada relasi kuasa yang tidak seimbang. Kebanyakan istri dalam posisi inferior dan itu seolah-olah dilegitimasi oleh agama. Pemahaman yang keliru ini kerap merugikan perempuan. Contoh konkretnya adalah terhalang hak perempuan untuk mengembangkan dirinya.
Lebih lanjut lagi, alasan perempuan masih memiliki pemahaman keliru semacam itu, menurutnya karena masih ada lembaga-lembaga sosial yang berkontribusi dalam pelanggengan pemahaman yang bias gender. Seperti keluarga, lembaga pendidikan, bahkan agama (melalui interpretasi teks secara timpang).
“Padahal, sesungguhnya Islam menekankan kesetaraan. Islam menjelaskan laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama, yang membedakan hanya ketakwaannya,” jelasnya.
Melalui bedah kitab Mambaus Sa’adah, kata dia, selain sebagai bagian dari usaha menyemarakkan kembali tradisi NU yang sudah lama lekat dengan kitab kuning juga salah satunya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang relasi adil gender dalam rumah tangga.
“Kehadiran kitab ini memberikan penjelasan tentang landasan keadilan gender yang sumbernya tidak lain tidak bukan adalah Islam itu sendiri,” ucapnya.
Dia menjelaskan, peserta ngaji kitab bulanan ini utamanya adalah kader Fatayat, tetapi juga terbuka untuk umum. Dia pun berharap pengetahuan tentang landasan keadilan dalam membangun rumah tangga itu bisa diterima dan diamalkan.
“Kami percaya, generasi yang berkualitas lahir dari keluarga yg berkualitas. Salah satu indikatornya adalah adanya relasi yang adil dalam kehidupan rumah tangga,” tuturnya. (WIN)