Mubadalah.id – Setiap hari kita mendengar, melihat, menyaksikan dan merasakan atau mengalami adanya kata-kata yang melukai hati. Ia berembus melalui ruang-ruang maya yang liar dan penuh misteri lalu menyelinap ke dalam jantung. Lalu kita terluka dan melakukan reaksi secara berbeda-beda.
Ada yang membalas luka itu dengan cara yang sama atau lebih. Ada yang menahan luka itu dan membiarkan air mata mengalir di pipinya. Ada yang menyimpan saja luka itu bersemayam dalam palung jiwanya.
Dan aku teringat akan kata-kata bijak bestari: “Kata-katamu tak hilang. Ia akan kembali kepadamu suatu saat, cepat atau lambat”.
Guru Maulana Rumi, Syeikh Syams Tabrizi, dalam “Qawa’id al-Isyq al-Arba’un”, 40 Kaidah Cinta, menyampaikan kata-kata indah:
انَّ الْكَوْنَ كَائِنٌ وَاحِدٌ وَيَرْتَبِطُ كُلُّ شَيئٍ. وَكُلُّ شَخْصٍ بِشَبْكَةٍ خَفِيَّةٍ مِنَ القَصَصِ.وسَوآءٌ اَدْرَكْنَا ذَلك اَمْ لمْ نُدْرِك فَإِنَّنَا نُشَارِكُ جَمِيعاً فِى حَدِيثٌ صَامِتٍ. لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ وَكُنْ رَحِيمًا وَلَا تَكُنْ نَمَّامًا، حَتَّى لَوْ كَانَتْ كَلِمَاتُكَ بَرِيئَةَ، لِأَنَّ الكَلِمَاتِ الَّتِي تَنْبَعِثُ مِنْ أَفْوَاهِنَا لَا تَتَلَاشَى بَلْ تَظِلُّ فِي الفَضَاءِ اللَّا نِهَائِي إِلَى مَا لَانِهَايَةَ، وَسَتَعُودُ إِلَينَا فِي الوَقْتِ المُنَاسِبِ. إِنَّ مُعَانَاةَ إِنْسَانٍ وَاحِدٍ تُؤْذِينَا جَمِيعًا وَبَهْجَةَ إِنْسَانٍ وَاحِدٍ تَجْعَلُنَا جَمِيعًا نَبْتَسِمُ.
“Alam semesta adalah satu. Segala yang ada di dalamnya dan semua orang saling berhubungan satu sama lain melalui jaringan jalinan kisah-kisah yang tak terlihat. Menyadari atau tidak, kita semua selalu berada dalam komunikasi diam. Jangan melukai diri sendiri dan jangan pula menyakiti orang lain. Jadilah penyayang. Jangan mengadu-domba. Bahkan meski kata-kata yang kau sampaikan tampak tak bersalah. Kata-kata yang lepas dari mulut kita tidak akan hilang dibawa angin. Ia tersimpan dalam ruang yang tak terbatas, dan ia akan kembali kepada kita pada saat yang tepat. Menyakiti hati satu orang akan menyakiti hati semua orang. Kegembiraan satu orang membuat semua orang tersenyum bahagia”.