Kamis, 2 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    kerja domestik

    Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik

    Fiqhul Bina'

    Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren

    Ekosistem mangrove

    Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    Pipiet Senja

    Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

    Rumah Tinggal

    Mencari Rumah Tinggal bagi Keluarga Sakinah

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik Laki-Laki dan Perempuan Sama-Sama Ibadah

    Difabel Grahita

    Fikih Inklusif : Meneguhkan Hak Ekonomi Dan Sosial Difabel Grahita

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik dalam Perspektif Mubadalah

    Kehilangan Mama

    Apa Rasanya Kehilangan Mama?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

    Akhlak Luhur Nabi

    Meneladani Akhlak Luhur Nabi Muhammad Saw

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    kerja domestik

    Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik

    Fiqhul Bina'

    Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren

    Ekosistem mangrove

    Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    Pipiet Senja

    Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

    Rumah Tinggal

    Mencari Rumah Tinggal bagi Keluarga Sakinah

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik Laki-Laki dan Perempuan Sama-Sama Ibadah

    Difabel Grahita

    Fikih Inklusif : Meneguhkan Hak Ekonomi Dan Sosial Difabel Grahita

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik dalam Perspektif Mubadalah

    Kehilangan Mama

    Apa Rasanya Kehilangan Mama?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

    Akhlak Luhur Nabi

    Meneladani Akhlak Luhur Nabi Muhammad Saw

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pasca UU TPKS Disahkan, Selanjutnya Apa? Perspektif Jaringan Ulama Perempuan Jawa Timur

Dalam perspektif ulama perempuan, tentu hadirnya UU TPKS sebagai regulasi menjadi angin segar perjuangan panjang selama ini

Nuril Qomariyah Nuril Qomariyah
30 November 2022
in Publik
0
UU TPKS Disahkan

UU TPKS Disahkan

116
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Selasa 12 April 2022, menjadi moment bersejarah dalam perjalanan panjang perjuangan perempuan, khususnya para korban dan penyintas kekerasan seksual. Setelah tanpa henti bertahun-tahun diperjuangkan melalui gerak bersama dan mendapat dukungan dari banyak pihak, akhirnya UU TPKS disahkan DPR RI.

Tentu hal ini menjadi kebahagian tersendiri bagi kita semua, terlebih bagi mereka yang membutuhkan perlindungan dari payung hukum ini. Namun, apakah setelah UU TPKS disahkan apakah perjuangan telah selesai? Tentu tidak, masih ada banyak tugas lainnya yang menanti di depan sana.

Sebenarnya apa saja yang harus dilakukan setelah UU TPKS disahkan ini? Jika melihat jauh kebelakang,antara memperjuangkan suatu regulasi untuk disahkan dan proses implementasinya adalah dua hal yang sama-sama memiliki tantangan tersendiri. Apalagi jika dalam alur hingga UU TPKS disahkan tersebut, memiliki banyak polemik dan pro-kontra di masyarakat.

Dalam perspektif ulama perempuan, tentu hadirnya UU TPKS sebagai regulasi menjadi angin segar perjuangan panjang selama ini. Hal ini terlihat dari bagaimana antuasisme dan upaya-upaya yang terus beliau-beliau lakukan, khususnya sebagai steakholder di daerah masing-masing.

Pada kesempatan ini penulis menuliskan pandangan dari ulama perempuan yang berada di Jawa Timur dengan latar belakang dan konsen yang berbeda-beda, mulai dari akademisi, ahli hukum, lembaga pemerintahan, aktivis akar rumput, hingga konselor sekaligus pendamping korban.

Dalam pandangan Prof. Mufidah Ch, selaku akdemisi dari Kota Malang dan sudah lama berkecimpung di isu ini, hadirnya payung hukum yang sudah disahkan menjawab kebutuhan-kebutuhan, bukan hanya kebutuhan perempuan, akan tetapi kebutuhan kesejahteraan, keadilan, keharmonisan, dan capaian pembangunan. Jadi jangan dipahami aturan yang ada sebagai hanya sebagai bentuk pembelaan terhadap perempuan saja. Bukan seperti itu, justru anggapan tersebut sangat simpel dan menyederhanakan masalah.

Menurut Prof Mufidah, yang benar adalah semuanya ini merupakan konteks untuk membangun kehidupan yang lebih baik kedepannya, untuk semuanya tidak hanya untuk perempuan saja. Karena ini persoalannya lebih kental pada isu perempuan, maka pasal-pasalnya harus benar-benar melindungi perempuan, karena ada warga masyarakat yang namanya perempuan ini yang belum sepenuhnya memperoleh perlindungan  dari negara, maka payung hukum ini sangat diperlukan.

Mulai dari UU perlindungan anak, UU PKDRT, UU PTPPO, UU pornografi, dan yang terakhir UU TPKS, Prof Mufidah merasa masih perlu untuk diperjuangkan pengesahan terhadap RUU KKG yang juga menjadi perdebatan di masyarakat, karena RUU KKG ini menunjukkan capaian pembangunan secara global. Sengotot apapun yang dilakukan secara kultural oleh kita-kita semua melalui pendidikan, dakwah, kemudian pesan-pesan keagamaan yang luar biasa dilakukan.

Jika tidak ada payung hukum yang sifatnya top-down melalui pemerintah yang memberikan ruang tersendiri untuk bagaimana indikator-indikator kesetaraan gender, indikator pembangunan gender, yang sudah menjadi aturan internasional, menjadi wajah dari pemeirntah Indonesia dihadapan masyarakat dunia maka UU KKG harus ada.

Namun politik hukum yang sering kali kemudian menjadi hambatan, karena UU ditetapkan melalui proses politik. Yang menjadi permasalahan saat ini, apakah politik yang sudah ada berperspektif gender atau masih bias gender. Persoalan ini berkelindan dengan apakah partisipasi perempuan dalam menentukan kebijakan, yang hingga saat ini jumlah perempuannya lebih kecil bahkan tidak mencapai 30% dibandingkan laki-laki, sehingga perjuangan yang sama tentu harus terus dilalui untuk kemudian mencapai apa yang diharapakan oleh seluruh umat manusia yakni keadilan, kesetaraan, kesejahteraan bagi kemanusiaan.

Jika dilihat dari perspektif hukum Anisatul Hamidah, M.Si. yang akrab disapa Ibu Anis menyampaikan bahwa, ketika RUU sudah disahkan tentunya sudah menjadi regulasi dan undang-undang yang berlaku bagi seluruh warga Indonesia, maka tugas selanjutnya khususnya Pemerintah Daerah itu mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan kepada masyarakat. Yang kedua kita juga perlu untuk menyusun langkah-langkah sesuai dengan SOP yang ada di dalam regulasi tersebut.

Sebagai bagian dari lembaga pemerintahan yakni di Dinas Sosial P3AKB, yang mengampu terkait tupoksi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, memang sangat diperlukan untuk terus lakukan sosialisasi, kemudian juga bagaimana langkah-langkah ketika terjadi kekerasan kita ikutin regulasinya. Dan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bahwa undang-undang itu akhirnya ditetapkan oleh pemerintah dengan melalui perjuangan yang luar biasa.

Sebagai bagian dari Jaringan KUPI yang juga menjadi Ketua LKKNU Kabupaten Bondowoso, Ibu Anis juga menyampaikan bahwa disahkannya UU TPKS ini merupakan suatu kemajuan yang luar biasa. Jadi isu-isu tentang kekerasan seksual sering kali yang menjadi korbannya adalah perempuan selama ini para ulama perempuan sudah membahas itu, tetapi sering kali terkendala ketika undang-undangnya tidak jelas. Dengan ditetapkannya undang-undang ini para ulama perempuan memiliki amunisi, memiliki suatu kekuatan dan modal bahwa apa yang beliau-beliau sampaikan tidak sekedar hanya wacana agama saja.

Tidak sebatas tafsir agama yang harus disebarkan oleh ulama kepada masyarakat, tetapi sudah menjadi ketetapan undang-undang. Jika selama ini dari ulama perempuan sebatas hanya seruan moral, sebatas dakwah, sebatas mengedukasi tetapi amunisi dari undang-undang belum ada. Sekarang karena Undang-Undang TPKS sudah disahkan, selanjutnya ulama perempuan menguatkan apa yang dulu sudah diedukasikan kepada masyarakat, bahwa tindakan atau perilaku kekerasan seksual yang dilakukan sudah diatur dan memiliki sanksi yang jelas.

Selain penguatan substansi dari lembaga Pemerintah, Bu Nyai Farha Ciciek yang merupakan penggerak kemanusiaan di Tanoker Jember, memberikan pandangan dengan melihat situasi kontroversi dan banyak hoax yang membuat suasana belum kondusif di kalangan masyarakat terkait undang-undang ini, sehingga perlu dilakukan pendekatan khusus untuk sosialisasi.

Terutama dengan kalangan agama,  sampai di Grassroots dengan memberikan pencerahan agar wawasan mereka terkait substansi dari undang-undang TPKS lebih terbuka. Selain kepada tokoh agama, anak muda juga penting menjadi subjek target sosialisasi. Karena mereka juga memilik kemungkinan  bersinggungan dengan kekerasan seksual baik sebagai korban maupun pelaku.

Kegiatan yang dapat dilakukan pun beragam, khususnya untuk mensosialisasikan maksud baik dari hadirnya undang-undang ini, mulai dari Sosialisasi massif di jejaring majelis ta’lim, khutbah Jum’at juga bisa, lebih formal lagi dapat dilakukan melalui Pendidikan politik, hukum dengan perspektif kritis. Karena melek hukum bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan lintas generasi itu penting bgt. Karena tidak dapat kita pungkiri korban adalah perempuan lintas usia, mulai dari anak-anak bahkan lansia sekalipun tidak menutup kemungkinan dapat menjadi korban kekerasan seksual.

Sejalan dengan ini, Umi Khorirotin Nasichah yang akrab disapa Mbak Oyik Konselor sekaligus pendamping dari KOPPATARA Malang, juga menyampaikan bagaimana perlakuan berbeda yang diterima oleh korban perempuan dewasa saat proses penyidikan. Sehingga hal utama yang harus dilakukan adalah memastikan UPPA POLRES Kab/Kota melaksanakan dan menggunakan UU TPKS menjadi salah satu dasar dalam proses penanganan korban dan pelaku. Sehingga sosialisasi ke aparat penegak hukum sangat penting agar kasus hukum yang berdasar UU TPKS dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita semua harapkan. Sosialisasi di sini dapat berupa pelatihan, workshop ataupun stakeholder meeting.

Sebagai pendamping menurut Mbak Oyik, harus terus semangat khusunya jika selama ini dalam penanganan kasus perempuan dewasa yang mengalami kekerasan seksual, namun tidak bisa diproses hukum. Jadi pengawalan kasus kekerasan seksual untuk perempuan harus maksimal. Setiap ada UU baru memang tidak mudah langsung diterapkan butuh waktu dan proses untuk penyesuaian seperti halnya UU lainnya.

Jadi di awal sangat diperlukan ada edukasi terkait substansi dari UU TPKS ini agar paham bagaimana melakukan apa. Karena tidak dapat dipungkiri dalam penanganan kasus anak penyidik memberikan respon yang bagus dan prosesnya mudah, karena sudah ada SPPA jadi sidang dan keputusan yang diberikan berbasis kepentingan terbaik anak.

Berbeda dengan ketika yang mengalami kasus adalah perempuan dewasa, selama ini laporannya kebanyakan ditolak karena tidak ada dasar hukumnya, dianggap perempuan dewasa sudah bisa menolak dan melawan, dan sekarang dasar hukum yang dibutuhkan ini sudah diakomodir di UU TPKS.

***

Jadi, tugas kita hari ini masih sangat panjang. Ketok Palu UU TPKS disahkan bukanlah akhir dari perjuangan untuk terus #gerakbersama akan tetapi ini merupakan gerbang awal dari proses panjang selanjutnya yakni implementasi hukum atau regulasi hingga ke tingkatan daerah dan juga dipahami oleh seluruh elemen masyarakat. Mulai dari lingkup akademisi, pemerintahan, hingga seluruh masyarakat sipil. Tentu, peran-peran lintas sektor sangat diperlukan dalam mencapai pemerataan pemahaman dan implementasi ini kedepannya. []

Tags: Jaringan KUPIJawa TimurKekerasan seksualPendampingan Korbanulama perempuanUU TPKS
Nuril Qomariyah

Nuril Qomariyah

Alumni WWC Mubadalah 2019. Saat ini beraktifitas di bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso. Menulis untuk kebermanfaatan dan keabadian

Terkait Posts

UIN Satu
Personal

Asa yang Menyatu di Kampus UIN Satu

28 September 2025
Zaynab binti al-Kamal
Figur

Zaynab binti al-Kamal: Bukti Perempuan Memiliki Otoritas Keilmuan

25 September 2025
Nyai Sinta Nuriyah
Aktual

Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

25 September 2025
Cahaya Kepemimpinan Perempuan
Hikmah

Lima Cahaya Kepemimpinan Perempuan dalam Maulid Nabi

9 September 2025
Ulama Perempuan KUPI
Aktual

Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

4 September 2025
Ulama Perempuan KUPI yang
Aktual

Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

4 September 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Difabel Grahita

    Fikih Inklusif : Meneguhkan Hak Ekonomi Dan Sosial Difabel Grahita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kerja Domestik Laki-Laki dan Perempuan Sama-Sama Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik
  • Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren
  • Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik
  • Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku
  • Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID