• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Al-Khansa, Perempuan Penyair Terbaik Masa Rasulullah

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
02/07/2019
in Aktual
0
Al Khansa

Al Khansa

217
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.i – Di antara kita mungkin belum banyak yang mengenal Al-Khansa. Ia merupakan penyair perempuan pada masa Nabi SAW. Al-Khansa yang bernama lengkap Tumadlir binti ‘Amru bin al-Harth bin al-Syarid bin ‘Ushiyyah al-Sulaimiyah berasal dari Bani Sulaim. Di antara sajak yang pernah ditulis Al-Khansa adalah syair-syair elegi berikut:

(Air mata) kutumpahkan, maka malam kulalui tanpa pejam

Seakan mataku bercelak kebutaan

Aku akan menangisimu, dengan ratapan tiada henti

Hingga bintang-bintang malam tak lagi dapat menerangi pejalan kaki

Baca Juga:

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Bukan Sekadar Pigura di Istana: Sejarah Kesaktian Para Prameswari (Ratu) Kesultanan Yogyakarta

Arumpone (Raja) Perempuan dalam Sejarah Kerajaan Bone, Sulawesi Selatan

Ia kemudian oleh bangsa Arab diberi julukan Al-Khansa, yang konon berarti berhidung pendek dengan pucuk hidung menjulang. Penyair perempuan ini lahir di Najd, sebuah kota di wilayah tengah Arab Saudi pada 575 Masehi. Ia berasal dari keluarga kaya pada zaman itu.

Sejarah sastra Arab mencatat Al-Khansa sebagai penyair perempuan paling berpotensi di bidang sastra baik sebelum maupun sesudah zamannya. Bahkan Rasulullah menyampaikan secara langsung kekaguman dan mengakui kepandaiannya dalam bersyair, saat Al Khansa menemui beliau untuk mengikrarkan dirinya masuk agama Islam.

Pada masa Jahiliyah, peran penyair perempuan umumnya hanya menggubah syair-syair ratapan kesedihan untuk orang yang telah meninggal, kemudian menampilkannya dalam kompetisi publik sebagai perwakilan kabilah atau suku tertentu. Penyair perempuan ini berhasil memenangkan kompetisi tersebut dengan sajak-sajak eleginya tentang dua saudaranya yang gugur dalam perang suku, yakni Shakr dan Muawiyah.

Pemilihan diksi dan gaya tuturnya luar biasa. Penyair perempuan ini dapat menggabungkan kata-kata secara alami, menarik, dan indah. Dalam tiap baitnya seakan ada jiwa yang hidup di dalamnya. Ia tak lagi menggunakan rajaz atau saj yang biasa dipakai dalam puisi-puisi bergenre ritsa, ia menggubah puisinya dalam bentuk matra dan rima.

Melalui karya-karyanya, Al-Khansa berhasil menjadikan syair-syair ritsa (syair ratapan yang digunakan oleh orang bangsa Arab Jahiliyah untuk merefleksikan kesedihan yang mendalam atas kemalangan yang menimpa mereka baik peperangan maupun kematian) ke tingkat qaridl (jenis puisi yang dipandang oleh bangsa Arab pada masa itu berstatus tinggi). Syair beraliran ritsa telah lama dikenal  dalam sejarah kesusastraan Arab masa Jahiliyah, yang jika dalam kesusastraan Indonesia lebih dikenal sebagai elegi.

Sosok Al-Khansa sebagai penyair perempuan bergenre ritsa (elegi) tampak jelas dari mayoritas syair-syairnya yang ditujukan untuk mengenang kedua saudaranya yang mati di medan perang, yakni Muawiyah yang merupakan saudara laki-laki kandung dan Shakr yang merupakan saudara laki-laki se-Ayah.

Setelah Shakr mati terbunuh dalam perang Kulab, Al Khansa menghabiskan waktunya di samping pusara saudaranya tersebut. Di sanalah saja-sajak eleginya tersebut lahir dan diciptakan.

Penggalan sajaknya yang paling masyhur adalah sebagai berikut:

Wahai mata, mengapa engkau tidak menangis dengan linangan air mata yang deras, sedang waktu ini menjadi nelangsa dan sungguh amat nelangsa.

Wahai mata, menangislah dengan air mata yang sangat deras bak permata yang berkilauan pada kalung.

Wahai mata, mengalirlah dan janganlah membeku, bukankah kau sedang menangisi seorang seorang Shakr yang amat dermawan.

Tangisilah saudaramu atas nama para yatim dan janda.

Dan tangisilah saudaramu jika suatu saat nanti kamu bertetangga dengan orang lain.

Pada penggalan sajak di atas terlihat betapa kepedihan dan rasa sakit akan kehilangan saudara-saudara yang dicintainya begitu mendalam. Kata begitu terbatas sedang manusia dengan ide, pemikiran, dan perasaannya sangat kompleks.

Bait terakhir sajak tersebut menggambarkan kegelisahan Al Khansa terhadap nasib anak dan istri Shakr yang menjadi yatim dan janda sepeninggalnya Shakr yang terbunuh di medan perang.

Saat Al Khansa mendengar kematian keempat puteranya, Yazid, Muawiyah, ‘Amr, dan Amrah terbunuh dalam perang Qadisiyyah di masa Khalifah Umar bin Khattab, dengan keimanannya Al Khansa melepas dan menerima kematian keempat puteranya dengan penuh keridaan. Tak seperti kebanyakan perempuan yang meluapkan kesedihan dengan mengoyak pakaian dan menyakiti dirinya sendiri.

Sejak saat itu, tema dan isi sajak-sajak elegi yang telah membawanya ke puncak populeritas berubah. Berbeda dengan kesedihan dan ratapannya di masa lalu ketika kehilangan saudara-saudaranya.

Tak berlebihan jika Al Khansa sangat dikagumi dan dihormati oleh sastrawan Arab lainnya, salah satunya Nabighah Al Dhubyani, seorang penyair kontemporer Arab mengatakan bahwa Al Khansa seorang perempuan penyair terbaik.[]

Tags: Al-KhansaSejarah Perempuan
Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID