Mubadalah.id – Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi pedoman bagi umat Islam. Termasuk di dalamnya bagi laki-laki dan perempuan. (Baca juga: Layanan Hotline Pengaduan; Jihad Perempuan Melawan Kekerasan)
Ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu al-Qur’an, Nabi Saw juga hidup bersama para sahabat laki-laki dan perempuan.
Maka, setiap wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT, tentu untuk disampaikan kepada para sahabat serta pengikutnya, baik laki-laki ataupun perempuan.
Termasuk saat seorang perempuan, bernama Khaulah bint Tsa’labah Ra mengadu kepada Allah Swt, atas kezaliman yang sangat menyengsarakan perempuan dirinya atas perilaku suaminya.
Khaulah Ra sedih, menangis, merasa dicampakkan, dan mengadu kepada Allah Swt. Dan Allah Swt mendengar suaranya dan menurunkan satu surat penuh, untuk Khaulah, dengan nama “Al-Mujadilah”, atau perempuan penggugat.
Allah Swt mendukung Khaulah dan menghukum suaminya, dan memaksanya kembali rujuk kepada sang istri atau melepaskannya berpisah.
Sementara itu, ada ayat-ayat lain, yang turun karena permintaan Umm Salamah Ra, Nusaibah bint Kaab Ra, dan Asma Ra. Ada banyak preseden pada masa Nabi Saw, di mana para perempuan bersuara. Dan suara mereka didengar Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw.
Mendengar suara perempuan, harapan mereka, pengalaman hidup, kegelisahan, perubahan kebaikan hidup mereka, adalah tindakan spiritual, diawali Allah Swt, dilakukan Nabi Saw, dan adalah Islami dan Syar’i.
Mungkin bisa dikatakan, dari inspirasi surat al-Mujadilah itu, suara perempuan adalah suara Tuhan. Memperjuangkan hak-hak hidup mereka, untuk menjadi lebih baik, adalah aktivitas ketuhanan, keagamaan, di samping sosial kemasyarakatan. (Rul)