• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nyai Badriyah Fayumi dan Internalisasi Nilai Kesetaraan Gender di Pesantren Mahasina

Pesantren Mahasina tidak menerapkan pembatasan dan pemisahan ruang yang kaku antara santri laki-laki dan perempuan

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
26/12/2022
in Figur
1
Nyai Badriyah Fayumi

Nyai Badriyah Fayumi

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Internalisasi nilai kesetaraan gender melalui pendekatan kurikulum digunakan untuk membentuk pemahaman santri secara teoritis. Namun, pemahaman secara teoritis saja tidak cukup tanpa adanya praktik dalam kehidupan santri. Oleh karena itu, Nyai Badriyah Fayumi selaku pengasuh sekaligus pendiri pesantren Mahasina juga menginternalisasi nilai kesetaraan gender melalui kegiatan santri.

Jumlah antara santri putri dan santri putra relative seimbang kegiatan ekstrakurikulernya pun juga sama. Untuk beberapa kegiatan, santri putra dan putri beliau gabung dalam satu aula, duduk sejajar dengan terbatasi oleh satir (kain).

Dalam berbagai forum inilah, Nyai Badriyah Fayumi memberi contoh secara nyata tentang bagaimana memanusiakan dan menghargai sesama. Cara berinteraksi yang mengedepankan kesopanan dan nilai kemanusiaan inilah yang menjadi nilai utama dari ajaran Islam.

Lantas seperti apa proses internalisasi nilai kesetaraan gender beliau lakukan dalam kegiatan santri? Begini ulasannya.

  1. Melalui Orsam (Organisasi Santri Mahasina)

Orsam adalah Organisasi Santri Mahasina, atau yang kerap kita sebut dengan OSIS di sekolah umum. Santri putra memiliki Orsam sendiri, pun demikian dengan santri putri. Keduanya juga memiliki program yang berbeda, beliau sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing santri. Perbedaan Orsam putra dan putri ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi masing-masing, dengan fokus kegiatan yang sesuai dengan bidangnya.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Urgensi Fikih Haji Perempuan dalam Pandangan Nyai Badriyah Fayumi

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Mekanisme pemilihan kandidat calon ketua Orsam juga dilakukan secara demokratis. Tidak ada intervensi, dan murni diserahkan kepada pilihan santri. Ustadz/dzah berperan sebagai pembimbing yang mengarahkan. Dalam satu kesempatan, tak jarang mengadakan kegiatan bersama antara Orsam putra dan Orsam putri. Keduanya saling berpacu dan berkompetisi untuk menjadi yang terbaik.

  1. Dzikir Ba’da Sholat Subuh dan Maghrib

Salat subuh dan Maghrib mereka laksanakan bersama secara berjamaah antara santri putra dan putri. Pesantren Mahasina tidak menerapkan pembatasan dan pemisahan ruang yang kaku antara santri laki-laki dan perempuan. Proses pendidikan, pembinaan, fasilitas, kurikulum, guru, kesempatan, akses dan partisipasi yang sama bagi santri laki-laki dan perempuan.

Untuk menghindari hal hal yang tidak mereka inginkan (seperti pacaran), santri terus diingatkan oleh Kyai dan Bu Nyai. Bahwa masing-masing orang harus bisa menjaga diri, tidak boleh pacaran, selalu memohon kepada Allah agar terhindar dari akhlak, perilaku dan hawa nafsu yang buruk melalui doa dan dzikir rutin yang cukup panjang setiap ba’da Maghrib dan Subuh.

Dzikir tersebut dipimpin oleh Kiai, santri putra dan santri putri secara bergantian. Santri putri beliau beri kesempatan juga untuk memimpin dzikir. Setelah itu berlanjut dengan penyampaian tausiyah. Baik dari Drs. KH. Abu Bakar Rahziz, M.A., dan Dra. Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc., M.A langsung, dan juga ada sesi khusus untuk santri.

Guru juga difungsikan sebagai pengganti orang tua yang memantau, membimbing dan menjadi tempat konsultasi hal hal yang bersifat akademik dan non akademik, termasuk menjadi tempat curhat. Guru mereka posisikan sebagai mitra belajar santri, sehingga tidak terbentuk relasi kuasa yang mendominasi.

Dalam memimpin diskusi, tidak harus santri laki-laki yang menjadi ketua forum.

  1. Daily Life Santri Mahasina

Pada bulan Ramadhan 2022 lalu, penulis mendapatkan suatu kehormatan untuk berkunjung ke pesantren Mahasina Bekasi. Nyai Badriyah Fayumi menyambut penulis dengan tangan terbuka, di tengah kepadatan aktivitas beliau. Pada kesempatan tersebut, penulis juga bertemu dan berkomunikasi secara langsung dengan perwakilan santri putra dan putri. Mereka adalah perwakilan dari Orsam dan juga ada yang masih berstatus anggota.

Dalam kesempatan tersebut, santri putri menyampaikan rasa syukurnya. Karena memperoleh bimbingan langsung dari Drs. KH. Abu Bakar Rahziz, M.A., dan Dra. Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc., M.A. Padahal banyak orang-orang di luar sana yang harus bersusah payah mendengarkan tausiah atau materi dari beliau. Namun para santri bisa bertemu dan belajar langsung setiap saat dan waktu.

Nilai-nilai kemanusiaan menjadi ciri khas dari materi yang Nyai Badriyah Fayumi sampaikan. Untuk tema-tema dalam teks al-Quran dan hadits yang acapkali dimaknai secara misoginis, beliau sampaikan dalam durasi pertemuan yang lebih panjang. Beliau selalu menyampaikan bahwa jika masih ada yang mendiskriminasi manusia lainnya menggunakan dasar nash agama, maka sudah dipastikan bukan nash nya yang salah, namun tafsirannya yang bias.

Begitu pula dengan santri putra, juga selalu termotivasi untuk memperbaiki kualitas diri. Pada awalnya mereka merasa insecure. Karena ketika mengadakan kegiatan bersama, santri putri biasanya lebih kreatif dan prestasinya lebih baik. Dari sinilah santri putra tidak mau kalah, mereka juga ingin menunjukkan bahwa potensi laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama. Tinggal bagaimana santri bisa memanfaatkan potensi tersebut untuk tebar manfaat bagi masyarakat.

Demikianlah informasi mengenai bagaimana proses internalisasi nilai kesetaraan di pesantren Mahasina Bekasi melalui kegiatan keseharian santri. Semoga praktik baik sebagaimana pesantren Mahasina terapkan, bisa menjadi inspirasi bagi pesantren lain untuk menginternalisasi nilai serupa. []

 

 

Tags: Jaringan KUPINyai Badriyah FayumiPerempuan UlamaPonpes Mahasinaulama perempuan
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID