Mubadalah.id – Ada kisah menarik pada masa Nabi Muhammad Saw, di mana para perempuan yang menolak para laki-laki yang suka memukul istri.
Kisah ini juga dirujuk oleh Imam Syafi’i untuk memilih pandangan tidak memukul istri sebagaimana teladan Nabi Saw.
Seperti tercatat oleh Imam Abu Dawud (Sunan Abi Dawid, no. 2148), ada banyak perempuan yang datang mengadu ke keluarga Rasulullah Saw tentang perilaku para laki-laki yang masih suka memukul perempuan.
Lalu Nabi Saw mendeklarasikan dengan tegas bahwa “Mereka yang suka memukul perempuan itu bukan orang-orang baik dan bukan orang-orang pilihan.”
Apakah para perempuan yang mengadu itu Nabi Saw anggap sebagai orang-orang yang membuka aib suami mereka?.
Apakah Nabi Saw menasihati para perempuan untuk bersabar dan menerima perilaku suami mereka, sebagai tuntutan dari karakter istri salihah?.
Atau justru Nabi Saw mendengar dan mendukung para perempuan, serta berusaha menghapuskan perilaku-perilaku memukul?
Teks-teks Hadis, sebagaimana di tulisan ini, dengan jelas menyatakan bahwa pemukulan bukan bagian dari ajaran Islam, juga bukan dari teladan Nabi Saw.
Menceritakan seseorang yang memukul perempuan, dengan maksud mencari cara agar tidak lagi terjadi, bukan bagian menceritakan aib yang terlarang.
Namun, bagian dari amar makruf dan nahi mungkar. Gerakan untuk menguatkan daya dorong (amar makruf) kita semua untuk selalu berbuat baik. Sekaligus daya tahan (nahi mungkar) kita semua agar tidak terjerumus pada tindakan-tindakan buruk dan zalim.
Pemukulan istri adalah bagian dari perilaku buruk, yang tidak sesuai dengan akhlak karimah yang diajarkan Nabi Muhammad Saw dan tidak sejalan dengan visi Islam rahmat li al ‘alamin.
Adalah tugas kita semua untuk menyadarkan umat. Baik yang awam maupun yang alim, untuk kembali pada akhlak kenabian yang jelas menolak pemukulan maupun segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Perempuan (Bukan) Makhluk Domestik.