• Login
  • Register
Rabu, 30 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Women Writer’s Conference Tak Halangi Peserta Bawa Balita

Sari Narulita Sari Narulita
16/12/2019
in Publik
0
women, writer's
25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sebanyak 50 perempuan terpilih untuk mengikuti Women Writers Conference (WWC) yang diselenggarakan Fahmina Institute dan Mubaadalahnews dengan sokongan Kementeriaan Agama Republik Indonesia pada 11-14 Desember 2019 di Hotel Sapadia, Cirebon. Tulisan para penulis perempuan yang datang dari berbagai Penjuru nusantara tersebut berhasil menyisihkan ratusan tulisan calon peserta lain sebagai syarat mengikuti konferensi penulis perempuan tahun 2019.

Namun durasi waktu selama 4 hari tersebut membuat ragu beberapa peserta yang memiliki balita untuk mengikuti event yang baru pertama kali digelar di Kota Udang ini. Mereka tidak bisa meninggalkan anak balitanya yang sedang masa menyusui. Untunglah kegelisahan para peserta ibu balita ini dengan sigap direspon pihak penyelenggara. Mereka memastikan bahwa selama kegiatan berlangsung, anak balita yang dibawa akan diasuh oleh Tim Panitia. Respon panitia ini sekaligus untuk memastikan mereka untuk tak perlu mencari daycare sebagai jalan keluarnya.

Kesigapan panitia dalam menangkap kegelisahan para ibu balita terutama yang masih menyusui menunjukan satu realitas baru bahwa kehadiran anak balita dalam sebuah event penting tak menjadi penghalang. Hal ini berbanding terbalik dengan pandangan umum yang bercokol kuat dimana kehadiran para balita kerap menjadi persoalan besar karena dianggap akan membuat situasi tidak kondusif.

Selama ini kehadiran ibu menyusui, dikhawatirkan tidak fokus selama mengikuti acara berlangsung. Sehingga bilamana datang kesempatan untuk menghadiri berbagai aktivitas penting yang tak jarang secara eksklusif ditawarkan, dengan berat hati para ibu itu harus lewatkan.

Bahkan ada juga yang menganggap bahwa saking pentingnya aktivitas menyusui ini hingga membentuk pola pikir untuk menghentikan semua aktivitas di luar rumah tanpa mau mencari jalan keluar bersama. Karena itu, penyelenggaraan WWC yang ramah anak ini patut diapresiasi karena keberpihakannya terhadap anak dan ibunya sekaligus. Para peserta yang masih memberikan ASI eksklusif masih tetap bisa mendapatkan hak akses pengetahuan meskipun direpotkan dengan masa-masa menyusui.

Baca Juga:

Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

Langkah Panitia WWC di sisi lain juga menunjukkan bahwa sebuah kegiatan besar sekalipun, jika memiliki keberpihakan terhadap perempuan dan anak, akan dengan mudah menghadirkan situasi yang ramah perempuan dan anak, tanpa khawatir kehilangan esensi dan tujuan sebuah kegiatan. Sebab dari sisi kuota kehadiran peserta tetap terpenuhi sehingga acara yang diproyeksikan sejak awal tetap bisa terlaksana.

Gerakan ramah anak, selain itu, yang mengemuka selama ini baru sebatas penyediaan fasilitas yang berkaitan secara fisik bagunan semata, seperti Sekolah ramah anak, Masjid ramah anak, Rumah Sakit ramah anak, Ruang tunggu, Mall, Kantor dan berbagai tempat lainnya. Tempat-tempat yang menyediakan ruang bermain bagi anak serta ruang laktasi bagi ibu yang menyusui atau sekadar ingin memerah ASI. Sedangkan dukungan moril berupa perhatian dan bantuan penuh orang-orang terdekat di lokasi acara untuk tetap memastikan kegiatan tetap bisa berjalan baik, masih sangat langka.

Sebagaimana kita tahu bahwa ASI mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat bagi tumbuhkembang anak. Sehingga nyaris tidak ada ibu yang mau melewatkan kesempatan emas bagi putra-putrinya. Keputusan untuk memberikan ASI eksklusif ini semestinya patut dihormati dengan menunjukkan tindakan nyata berupa memberi dukungan penuh. Sehingga, hak ibu menyusui untuk beraktivitas apapun di ranah publik tetap bisa dilakukan dengan baik. Menyusui bukan penghalang bagi perempuan melakukan kegiatan sebagaimana biasa mereka lakukan.[]

Sari Narulita

Sari Narulita

Staff Program Alimat Jakarta

Terkait Posts

Lintas Iman

Ajaran tentang Cinta Lingkungan dalam Lintas Iman

30 Juli 2025
Politik inklusif

Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 

29 Juli 2025
Melawan Lupa

Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

29 Juli 2025
Sekolah Rakyat

Ketika Sekolah Rakyat Menggusur SLB: Potret Pendidikan Inklusi yang Semu

28 Juli 2025
Fenomena Rojali

Fenomena Rojali, Sebuah Privilege Kaum Bawah

28 Juli 2025
Ruang Publik

Disabilitas Netra dan Ironi Aksesibilitas Ruang Publik

26 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjaga Bumi

    Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ajaran tentang Cinta Lingkungan dalam Lintas Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual
  • Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?
  • Pernikahan sebagai Kontrak Kesepakatan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID