Mubadalah.id – August Mellaz, anggota KPU RI bahkan menyebutkan bahwa suara kaum muda mendominasi Pemilu 2024 mendatang. “Berdasarkan data DP4 (Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu) dari pemerintah, proporsi pemilih dengan usia 17-39 tahun adalah 55-60 persen”, ujar August saat menjadi narasumber acara KPU pada Februari 2023 lalu. Bonus demografi menjadikan kaum muda Indonesia akan mendominasi pesta demokrasi mendatang.
Berbicara tentang kaum muda Indonesia, tentu saja hal ini meliputi laki-laki dan perempuan muda di Indonesia. Kita tidak menampik bahwa keterlibatan laki-laki muda untuk Pemilu 2024 sudah banyak kita bahas dan diketahui oleh masyarakat luas. Hal ini tidak terlepas dari stigma masyarakat bahwa politik dan Pemilu adalah ranah laki-laki. Untuk itu, rasanya perlu mengingatkan bahwa ada pentingnya keterlibatan perempuan muda untuk Pemilu 2024.
Pentingnya Keterlibatan Perempuan Muda
Perempuan muda juga mengemban mandat sebagai manusia, sebagaimana laki-laki muda yakni menjadi rahmat bagi semesta dan berperilaku mulia. Untuk itulah seluruh potensi kemanusiaan perempuan muda, akal budi, jiwa dan raganya harus kita kembangkan. Pemilu adalah bagian kecil dari semesta, dan suksesinya akan menjadi rahmat bagi semesta. Pada bagian inilah pentingnya keterlibatan perempuan muda perlu kita gaungkan.
Keterlibatan perempuan muda untuk Pemilu 2024 menjadi harapan baru untuk percepatan terwujudnya salah satu harapan dari demokrasi, yaitu kesetaraan. Dalam hal ini khususnya adalah kesetaraan di hadapan demokrasi dan politik. Untuk itu, perempuan muda perlu “merebut” posisi-posisi strategis yang berkaitan dengan Pemilu 2024. Seperti menjadi bagian dari peserta Pemilu, atau penyelenggara Pemilu, atau dengan menjadi pemilih dalam Pemilu.
Perempuan Muda Sebagai Peserta Pemilu
Di daerahku sejak peluncuran program kartu pra kerja oleh pemerintah pusat, sama sekali belum terasa manfaatnya oleh banyak perempuan di sekitarku. Hal ini karena sistem pendaftaran program pra kerja dilakukan secara daring. Sebuah langkah yang jauh dari pemahaman perempuan di tempatku. Namun, baru-baru ini aku mendengar ada sosok perempuan muda dari daerahku yang akan maju dalam bursa pemilihan anggota dewan pada Pemilu 2024 mendatang.
Dia memulai debutnya dengan membuka ruang fasilitasi pendaftaran program pra kerja dibantu dengan beberapa kawannya yang juga perempuan-perempuan muda. Hal itu ia lakukan sebab selama ini dia melihat ada banyak hal positif dari program pra kerja seperti pembelajaran keterampilan baru dan juga modal usaha. Namun tidak dapat terakses oleh perempuan.
Inilah yang aku maksud dari pentingnya keterlibatan perempuan muda untuk Pemilu 2024. Perempuan muda paham apa yang mereka butuhkan oleh perempuan lainnya, dan dengan energi mudanya dia memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
Perempuan Muda Sebagai Penyelenggara Pemilu
Selain sebagai peserta Pemilu, peluang perempuan muda untuk menyukseskan Pemilu 2024 juga dapat mereka tempuh saat menjadi penyelenggara Pemilu. Aku sempat terkejut saat menyadari bahwa Panitia Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) di daerahku, 70% didominasi oleh perempuan muda. Saat aku bertanya kepada Panitia Penyelenggara Pemilu Kecamatan (PPK) tentang dominasi perempuan muda sebagai Pantarlih, jawabannya lebih membuatku tercengang.
“Perempuan muda ini lebih cermat dan teliti dalam urusan pendataan mbak, mereka juga lebih rajin daripada yang laki-laki. Belum lagi tingkat ketaatan dan loyalitas mereka terhadap pimpinan di atasnya juga tidak dapat diragukan lagi. Jadi, suksesnya tahapan Coklit kali ini sebagian besar karena sumbangsih para perempuan muda”, ujar ketua PPK di daerahku.
Bukankah ini hal luar biasa yang sudah para perempuan muda lakukan? Pemilu 2024 tidak mungkin sukses jika daftar pemilihnya tidak valid. Hasil dari Pemilu pun dimulai dari ketepatan data pemilihnya. Dan menjadi jauh lebih istimewa, ada peran perempuan muda dalam validasi data di lapangan. Inilah mengapa penting adanya keterlibatan perempuan muda untuk Pemilu 2024.
Selain menjadi Pantarlih, peranan penting lainnya sebagai penyelenggara Pemilu juga dilakukan oleh jajaran pengawas Pemilu. Egalitarian dalam jajaran pengawas Pemilu lebih terasa. Hal ini karena tidak ada perbedaan beban kerja yang Bawaslu limpahkan kepada laki-laki pengawas Pemilu dan perempuan.
Sekali lagi, perempuan muda perlu terlibat dalam kerja-kerja penyelenggaraan Pemilu. Untuk itu, meski jajaran penyelenggara di tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan sudah terisi, perempuan-perempuan muda masih dapat terlibat pada penyelenggara di tingkat TPS. Bahkan Kota/Kabupaten jika telah memenuhi syarat.
Perempuan Muda Sebagai Pemilih dalam Pemilu
Penentuan suksesnya Pemilu tidak hanya oleh peserta dan penyelenggara Pemilu saja. Ada hal yang jauh lebih besar dari keduanya, yakni pemilih Pemilu. Dan untuk Pemilu 2024 mendatang jumlah pemilih muda-lah yang akan mendominasi. Ini artinya, perempuan muda adalah bagian dari dominasi pemilih untuk Pemilu 2024.
Harapan besar tentu saja tersemat untuk mereka yang akan mendominasi suara. Seperti tidak golput, waspada akan politisasi SARA, politik identitas, dan politik uang, serta mawas akan maraknya hoaks, misinformasi, dan disinformasi yang bermunculan jelang pesta demokrasi mendatang.
Ini karena perempuan muda dan generasi sebayanya lahir dan tumbuh besar membersamai kemajuan teknologi yang ada. Mereka digadang-gadang sebagai calon pemilih cerdas yang tidak mudah terprovokasi dengan hiruk pikuk dan kisruh yang marak tersebar di media sosial. Mereka juga yang kita percaya mampu mengkonter dan menghalau kebisingan negatif di jagad maya dengan hal-hal yang bersifat positif.
Menjadi wajar jika perempuan muda dan generasinya sebagai pemilih dalam Pemilu 2024 mendatang memegang kendali penting untuk masa depan Indonesia. Dari suara mereka jugalah akan lahir pemimpin bangsa dan pelayan rakyat yang lebih baik. []