Mubadalah.id – Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa kekaguman itu terletak pada eksistensi (pribadi) Nabi Muhammad Saw yang memesona dari seluruh aspeknya yang didambakan oleh dunia kemanusiaan. Bahkan sepanjang sejarah, di mana pun dan kapan pun.
Para Ulama, sejarawan, dan cendekiawan muslim yang disebutkan di atas menggambarkan pribadi Nabi Muhammad Saw dengan indah:
Bila ada orang meninggal dunia, dia mengiring jenazahnya. Jika ada orang yang sakit dia menengoknya, meski berada di tempat yang jauh. Nabi Saw sering duduk dalam posisi yang sama bersama-sama orang-orang fakir.
Nabi mengambilkan untuk mereka makanan dengan tangannya sendiri. Ia senang menemui temantemannya untuk sekadar silaturahim. Ia menghormati orang-orang yang berbudi pekerti luhur, dan tetap berbuat baik kepada orang yang tidak baik (Ahl al-Syarr).
Nabi Muhammad Saw suka mengunjungi kerabat dekatnya tanpa melebihkan mereka dari orang-orang yang lain. Ia tidak pernah bertindak kasar kepada siapa pun dan memaafkan orang yang meminta maaf.
Nabi Saw adalah orang yang banyak senyum, kadang-kadang tertawa, tetapi tidak berlebihan. Seperti yang lain, ia juga suka bercanda, tetapi tak pernah berbohong.
Beliau tidak mengenakan pakaian melebihi pakaian pembantunya, ia tidak pernah mencaci siapa pun. Ia tidak pernah merendahkan dan memukul perempuan, istri dan pembantunya.
Bila ada orang yang mencaci-maki orang lain, Nabi mengatakan: “Tolong tinggalkan cara seperti itu.”
Bila ada orang berbicara dengan suara tinggi, ia menahan diri dan sabar. Apabila datang kepada hamba-sahayanya, laki-laki atau perempuan, dia mengajaknya berdiri dan membantu keperluannya.
Tidak Pernah Membalas Keburukan
Nabi tidak pernah membalas keburukan orang lain dengan keburukan serupa, melainkan memaafkannya dan mengulurkan tangannya.
Jika bertemu orang, beliau mengucapkan salam, ucapan damai, lebih dahulu. Bila bertemu temannya, ia mengawali mengulurkan tangannya.
Nabi selalu berzikir (mengingat Allah) baik ketika berdiri maupun ketika duduk. Jika ada orang yang duduk menunggunya ketika sedang shalat, beliau mempersingkat shalatnya lalu menemuinya sambil mengatakan: apakah ada yang bisa aku bantu?
Ketika mendengar cucunya menangis, Nabi Saw menyegerakan shalatnya, lalu menemui dan menggendongnya. Ketika Nabi Saw masuk dalam suatu majelis, beliau duduk di tempat mana saja yang kosong yang nabi lihat pertama kali.*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi.