• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Berfatwa dengan Merujuk pada Pengalaman Perempuan

Inilah kisah cerai tebus pertama dalam Islam, yang dalam fiqh disebut sebagai khulu' Kisah lengkap ini adalah rangkuman dari berbagai versi Hadits yang dicatat Imam Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bari.

Redaksi Redaksi
11/06/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
pengalaman perempuan

pengalaman perempuan

688
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagaimana dicatat Imam Bukhari dalam Shahih-nya (Hadits nomor 5330), juga kitab-kitab Hadits lain, ada keputusan Nabi SAW yang begitu empatik dan suportif terhadap pengalaman perempuan.

Di antaranya adalah mengenai seorang perempuan bernama Habibah bint Sahl Ra. Dia adalah istri seorang sahabat terpandang, tokoh panutan, dan orator ulung penduduk Madinah, Tsabit bin Qays bin Syammas al-Anshari al-Khazraji Ra.

Dalam sebuah riwayat Hadits disebutkan, bahwa Habibah tiba-tiba datang ke rumah Rasulullah SAW. Saat Nabi SAW membuka pintu rumah, dijumpai ada seorang perempuan. “Siapa ini?” kata Nabi SAW. “Habibah bint Sahl,” jawab sang perempuan.

“Ada keperluan apakah gerangan?,” tanya Nabi SAW.

“Aku istri Tsabit bin Qays ra, ya Rasul, aku tidak sanggup lagi menjadi istri dia. Sekalipun akhlak dia baik dan ibadah dia juga bagus, tetapi aku tidak sanggup serumah dengannya.”

Baca Juga:

Merebut Kembali Martabat Perempuan

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

“Maumu apa?” tanya Nabi SAW. “Aku tidak menyalahkannya, tetapi aku sendiri yang ingin bercerai darinya, karena tidak sanggup hidup bersama. Khawatir malah aku berperangai buruk kepadanya,” jawab Habibah tegas.

Lalu, Nabi SAW memanggil suaminya, Tsabit bin Qays ra, dan menyarankannya untuk menceraikan istrinya tersebut. Perceraian pun terjadi dengan tebusan sebidang tanah yang awalnya diterima Habibah sebagai mahar, kemudian dikembalikan kepada Tsabit.

Kisah Fatwa Perempuan

Inilah kisah cerai tebus pertama dalam Islam, yang dalam fiqh disebut sebagai khulu’ Kisah lengkap ini adalah rangkuman dari berbagai versi Hadits yang dicatat Imam Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bari.

Dua teks riwayat dari kitab-kitab Hadits utama kiranya perlu kita turunkan di sini. Sisanya, pembaca bisa merujuk sendiri pada berbagai kitab Hadits.

Kaya Dari Ibn Abbas ra, berkata: Ada seorang perempuan, istri dari Tsabit bin Qays, datang menemui Rasulullah SAW, dan berkata, “Wahai Rasul, saya tidak mencela agama maupun akhlak Tsabit (suamiku). Tetapi saya tidak kuat (hidup bersama)-nya.”

Nabi SAW (menerimanya) dan bertanya, “Maukah kamu kembalikan kebun (yang dulu Tsabit berikan kepadamu)?” Sang perempuan menjawab, “Ya, mau.” (Shahih Bukhari, Hadits nomor 5330).

Hadist lain menyebutkan:

Dari ‘Amrah bint Abdurrahman, dia memperoleh cerita langsung dari Habibah bint Sahl al-Anshari ra : Saat itu, Habibah adalah istri dari Tsabit bin Qays bin Syammas ra.

Suatu hari, di saat masih pagi gelap, Rasulullah SAW keluar rumah untuk shalat Subuh dan mendapati Habibah berada di pintu rumah Nabi SAW.

“Ada apa?” tanya Rasul. “Saya tidak ingin lagi bersama Tsabit bin Qays,” jawab Habibah tentang suaminya itu.

Lalu suaminya, Tsabit bin Qays, juga datang. Nabi SAW berkata kepadanya, “Ini Habibah, istrimu, menginginkan sesuatu (berpisah darimu).”

Habibah menambahkan, “Wahai Rasul, semua yang dia berikan padaku masih aku simpan (dan bisa aku berikan lagi kepadanya, asal aku bisa pisah).” Lalu Rasulullah SAW berkata kepada Tsabit, “Ya sudah, kamu terima saja harta(mu) yang ada pada istrimu itu.”

Maka Tsabit menerima harta itu, Habibah pun (menjadi cerai) dan pindah ke rumah keluarganya. (Muwaththa’ li Malik, Hadits nomor 1187).

Dalam kisah ini jelas sekali Nabi SAW mendengar dan merujuk pada apa yang perempuan alami dan rasakan dalam kehidupan pernikahannya.

Karena prinsip pernikahan itu untuk mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ketika seorang perempuan menemukan sebaliknya, Nabi SAW memutuskan hukum yang merujuk pada pengalaman perempuan yang nyata itu. Inilah contoh fatwa yang merujuk dan percaya pada pengalaman seorang perempuan. []

Tags: BerfatwaMerujukPengalamanperempuanulama perempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Tafsir Keadilan Gender

Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

13 Juli 2025
Perempuan

Merebut Kembali Martabat Perempuan

13 Juli 2025
Narkoba

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

12 Juli 2025
Ayat sebagai

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

12 Juli 2025
Hak Perempuan

Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

12 Juli 2025
Setara

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

12 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mas Pelayaran

    Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merebut Kembali Martabat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kidung Reksabumi; Sebuah Ajakan Umat Beragama untuk Saling Jaga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir
  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID