Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu saya mendapatkan kesempatan menjadi narasumber mentor dalam kegiatan Bimbingan Teknis Literasi Digital Penyuluh Agama Islam. Pelaksana kegiatan tersebut adalah Direktorat Penerangan Agama Islam, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam.
Lagi-lagi kesempatan emas seperti ini saya dapat dari Mubadalah.id. Mbak Zahra Amin selaku Pemred Mubadalah.id menghubungi saya dan memberikan sekilas tentang gambaran acara.
Karena memang belum ada agenda kemana-mana. Alias ya hari-hari hanya rebahan, saya yang pemula dalam hal tulis-menulis mengiyakan dengan niat sharing ilmu saja. Walaupun waktu pelaksanaan acara mepet sekali sehingga saya benar-benar tidak ada persiapan apapun.
Setelah mengetahui acara yang sesungguhnya dan datang ke TKP, lha kok saya ini merasa seperti nguyahi lautan. Bisa-bisanya orang baru mentas malah menjadi mentor lebih dari 70 Penyuluh Agama Islam se Indonesia yang notabene ilmunya se-dalam Palung Mariana. Tetapi pengalaman selama mengikuti kegiatan menjadi sangat menarik, karena ada beberapa hal baru yang saya temukan karena mengiyakan kesempatan ini.
Bertemu dengan Para Editor Hingga Mas Agus Magelangan
Pengalaman pertama yang menarik tentu karena acara ini adalah bimbingan teknis literasi digital. Tujuannya agar para penyuluh agama Islam dapat menuliskan pengalaman mereka selama di lapangan menjadi sebuah artikel populer di media keislaman. Maka saya pun bertemu dengan banyak editor media yang selama ini hanya bersapa di balik surel.
Mulai dari penulis perempuan yang saya kenal seperti Mbak Zahra Amin Pemred Mubadalah.id, Mbak Muallifah dari Neswa.id, Mbak Muyassaroh Hafidzoh penulis novel Hilda yang pernah mengisi acara literasi di komunitas yang saya kelola, Ibuku Content Creator.
Masih ada pula Mas Autad editor Alif.id, Mas Ubaidillah Fatawi Kepala Sekolah Bumi Cendikia Senior High School Yogyakarta, Mas Sarjoko dari Jaringan Gusdurian, Mas Alvin Choironi Pimred Islami.co, Mas Dedik Priyanto Sindikasi Media Keislaman, Anwar Kurniawan rekan satu almamater dengan saya sewaktu mondok di Yogyakarta hingga Mas Agus Mulyadi atau terkenal sebagai Agus Magelangan. Yaitu seorang Digital Creator yang pernah menjadi bagian dari Mojok.co.
Belajar Peta Lanskap Media Keislaman Hingga Storytelling
Pengalaman menarik lainnya adalah alih-alih menjadi mentor, saat tidak menjalani jobdesk sebagai narasumber mentor, saya justru menyimak materi yang para narasumber sajikan. Yakni dengan duduk bersama 8 Penyuluh Agama Islam yang setiap minggu bisa dengan mudahnya keluar masuk lapas. Ya apalagi kalau bukan karena untuk memberikan siraman rohani.
Saya awalnya kaget mendengar Pak Isma’il salah satu penyuluh agama meminta doa dan dukungan ia akhiri dengan kalimat, “Hari ini saya masuk penjara”. Ternyata aktivitas pekerjaan para Penyuluh Agama Islam ini sangat bisa kita jadikan cerita yang menarik, dan kita kemas menjadi sebuah artikel populer dengan gaya storytelling.
Bahkan saya sendiri tidak habis pikir dengan keahlian para Penyuluh Agama Islam. Saat pertama kali melaksanakan tugas kelompok, kelompok yang saya dampingi hanya menuliskan 4 poin dari materi yang telah Mas Alvin sampaikan.
Saya kira perwakilan dari kelompok kami hanya presentasi ala kadar dari 4 poin tersebut mengingat kami adalah kelompok paling akhir yang presentasi dan poin yang kami tulis pun serupa dengan kelompok lainnya.
Namun ternyata 4 poin tersebut terjabarkan menjadi 3 menit oleh Pak Fauzi dan Pak Almi. Artinya para Penyuluh Agama Islam memiliki bakat “bercerita” atau telah terbiasa menyampaikan cerita melalui lisan. Pelatihan literasi digital ini saya kira sangat tepat bagi para penyuluh untuk mengasah kemampuan lisan menjadi sebuah tulisan.
AI, Sebuah Hambatan atau Kawan?
Ketika fasilitator bertanya tentang tantangan menulis, salah satu tantangan yang kelompok Bakpia tulis – kelompok yang saya dampingi – adalah kehadiran AI atau Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan).
Banyak orang mengkhawatirkan beragam hal karena adanya AI ini termasuk terjun bebasnya trafik sebuah artikel di situs online. Karena saat ini orang banyak bertanya melalui AI daripada Google sebagai perusahaan mesin pencari.
Tetapi melalui pelatihan Literasi Digital ini, para Penyuluh Agama Islam kita himbau untuk berteman daripada menjadikan AI sebagai hambatan. Alasan paling mudahnya, melalui AI, para Penyuluh Agama Islam dapat menemukan ide menulis secara cepat. Terutama jika sewaktu-waktu mengalami writer’s block atau kesulitan dalam menulis.
Akhir kata, ketiga pengalaman ini tentu tidak akan saya dapat jika saya tidak menulis khususnya menulis di Mubadalah.id. Menulislah, karena ia akan membawamu ketempat dan kesempatan yang tidak terduga, seperti yang saya alami hari ini. []