• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengenal Ibu Susuan Nabi Muhammad Saw Halimah As Sa’diyah

Halimah As Sa’diyah menjadi bukti utama betapa berkahnya kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang termuat dalam cerita kitab-kitab klasik

Halimatus Sa'diyah Halimatus Sa'diyah
10/07/2023
in Hikmah
0
Ibu Susuan Nabi Muhammad

Ibu Susuan Nabi Muhammad

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kehidupan Nabi Muhammad SAW terpenuhi dengan segala kebaikan dan keberkahan. Salah satunya kisah dari ibu susuan Nabi Muhammad SAW, yakni Halimah As Sa’diyah. Ia menjadi bukti utama betapa berkahnya kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam cerita kitab-kitab klasik.

Ada penjelasan dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, Muhammad bin Ishaq mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah disusui oleh Halimah As Sa’diyah binti Abu Dzu`aib Abdullah bin Al-Harits bin Syijnah bin Jabir bin Rizam bin Nashirah bin Sa’ad bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin ‘Ikrimah bin Hafshah bin Qays bin Ghilan bin Mudharr.

Suaminya sendiri bernama Al-Harits bin Abdul ‘Uzza bin Rifa’ah bin Mallan bin Nashirah bin Sa’ad bin Bakr bin Hawazin. Sedangkan saudara-saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah bin Al-Harits, Anisah binti Al-Harits, Hudzafah binti Al-Harits atau yang biasa kita kenal dengan nama Asy-Syaima`. Tersebutkan pula bahwa merekalah yang ikut merawat dan menjaga Nabi Muhammad SAW ketika beliau tinggal di kampung Bani Sa’ad.

Halimah Mencari Bayi yang Bisa Ia Susui

Lanjut Ibnu Ishaq juga menceritakan, suatu ketika Halimah bersama sepuluh wanita lainnya dari Bani Sa’ad datang ke Makkah mencari bayi-bayi yang hendak mereka susui. Kemudian mendapatkan upah untuk pertahanan hidup. Mereka datang di tahun paceklik, dan Halimah datang bersama bayinya dengan mengendarai keledai betina serta unta betina yang sudah tidak mengeluarkan air susu setetes pun.

Dalam perjalanannya, mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak di malam hari karena anak-anak mereka menangis kelaparan. Sementara air susunya dan air susu unta betinanya tidak cukup untuk mengganjal perut anak-anaknya. Namun mereka terus menerus berharap akan segera turun hujan dan mendapatkan kelapangan.

Keesokan harinya, Halimah dan rombongannya menuju Makkah dengan keledai dan unta betinanya yang sudah lemas dan tidak berdaya. Sesampainya di Makkah, setiap kali mendapati para wanita, mereka ditawari untuk menyusui baginda Nabi, mereka menolak karena mengetahui bahwa Nabi adalah seorang anak yatim yang mereka takutkan sama sekali tidak mampu membayar upah susunya.

Baca Juga:

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

Padahal mereka mengharapkan bisa mendapatkan imbalan dari ayah bayi yang disusui. Hingga pada suatu waktu, hanya Halimah saja yang belum mendapatkan bayi untuk disusui, dan hanya tersisa bayi Aminah (Ibunda Nabi Muhammada SAW).

Kemudian Halimah berkata kepada suaminya, “Demi Allah, aku tidak suka untuk kembali ke kampung sementara aku tidak mendapatkan bayi susuan. Dan sungguh, aku akan mengambil bayi yatim tersebut (baginda Nabi SAW) untuk aku susui.” Suaminya menjawab, “Ambillah bayi itu, bisa jadi ia adalah anak yang membawa berkah dari Allah.”

Bayi yang Penuh Berkah

Kemudian berangkatlah Halimah ke rumah Aminah, dan mengambil bayi Baginda Nabi untuk ia susui karena tidak mendapatkan bayi lainnya. Setelah menggendong bayi tersebut dan memangkunya, Halimah pun mulai menyusuinya hingga kebutuhan dan asupan susu untuk baginda Nabi terpenuhi. Demikian pula dengan bayi Halimah sendiri yang disusui hingga tidak kehausan lagi.

Satu hal yang membuat Halimah terkejut, air susunya yang sebelumnya tidak cukup untuk menyusui bayinya sendiri hingga kenyang, namun saat ini bahkan bisa untuk mengenyangkan dua bayi. Selain itu ajaibnya unta betina miliknya yang awalnya tidak mengeluarkan air susu setetespun, sekarang menjadi penuh. Hingga bisa ia perah dan diminum oleh para rombongan sampai kenyang. Dari keadaan ini, mereka pun jadi bisa bermalam dengan tidur nyenyak.

Salah satu wanita yang ikut rombongan sempat berkata, “Wahai Halimah, sungguh kau telah mendapatkan seorang bayi yang penuh berkah. Tidakkah kau tahu, sebelumnya kita tidak pernah merasakan tidur nyenyak di malam hari. Karena kita dan bayi-bayi kita kelaparan. Allah senantiasa memberikan kebaikan yang lebih kepada kita.”

Kemudian Halimah dan rombongannya kembali ke kampung mereka. Keledai yang ia tunggangi berjalan dengan cepat tidak seperti jalan keledai pada umumnya. Sehingga ia pun tidak terkejar oleh rombongannya dan sampai ke kampungnya terlebih dahulu.

Pengasuhan hingga Dua Tahun

Sesampainya di kampung Bani Sa’ad, kampung yang tandus dan gersang, ia pun menggembalakan kambing-kambingnya yang mana sebelumnya kambing-kambing tersebut kembali dalam keadaan belum kenyang. Namun setelah mereka membawa baginda Nabi, kambing-kambing tersebut kembali dalam keadaan sudah kenyang dan penuh dengan air susu.

Pada saat yang bersamaan kambing milik orang lain tidak dapat mereka perah susunya setetes pun. Hingga orang-orang pun berkata, “Gembalakanlah kambing kalian bersama kambing milik Halimah.”

Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada Halimah dan keluarganya hingga Baginda Nabi menginjak usia dua tahun. Beliau tumbuh tidak seperti anak-anak lainnya. Lalu tibalah saatnya Halimah menyerahkan kembali Nabi SAW kepada ibunya. Namun Halimah merasa berat hati menyerahkan baginda Nabi, dan ia pun masih berkeinginan untuk terus merawatnya.

Halimah berkata kepada Aminah, “Biarkanlah kami membawa kembali anak kami ini, karena kami khawatir sekarang di Makkah sedang merebak wabah penyakit.” Permintaan ini pun Aminah setujui, sehingga Halimah bisa membawa Baginda Nabi kembali ke kampungnya dan tinggal bersamanya selama dua atau tiga bulan.

Kembali ke Makkah

Suatu ketika, pada saat Nabi sedang bersama saudara sepersusuannya di belakang rumah. Tiba-tiba saudaranya pulang dengan ketakutan dan berkata, “Saudaraku dari Quraisy (Nabi Muhammad SAW) didatangi dua lelaki berpakaian putih, lalu mereka membaringkannya dan membelah dadanya.”

Mendengar kabar tersebut, Halimah dan suaminya keluar ketakutan dan mendatangi baginda Nabi. Lalu beliau dipeluk oleh ayahnya (suami Halimah) bertanya, “Bagaimana keadaanmu, wahai anakku?”

Nabi pun menjawab, “Aku telah didatangi dua lelaki berpakaian putih, lalu mereka membaringkanku dan membelah dadaku, lalu mereka mengeluarkan sesuatu dari dalamnya dan membuangnya. Kemudian mereka mengembalikan dadaku yang terbelah seperti keadaan sebelumnya.”

Menyimak cerita itu, Al-Harits pun khawatir dengan keselamatan baginda Nabi. Maka ia pun segera membawa Nabi kembali ke Makkah untuk ia serahkan kepada keluarganya sebelum sesuatu yang tidak mereka inginkan terjadi.

Setelah sampai di rumah Aminah, Halimah pun menceritakan apa yang telah terjadi pada putranya. Aminah pun berkata: “Apakah kalian mengkhawatirkan setan akan mencelakai anakku? Tidak, demi Allah, tidak ada satu jalan pun bagi setan untuk mencelakai anakku.”

Kemudian Aminah menceritakan, bahwa selama ia mengandung baginda Nabi, ia sama sekali tidak merasakan kesusahan ataupun kesulitan layaknya perempuan yang sedang mengandung. Ia berkata, “Suatu hari saat mengandung, aku bermimpi seolah-olah keluar cahaya dari perutku yang menyinari istana-istana di Syam.

Kemudian pada saat melahirkannya terjadi sesuatu yang tidak pernah bayi-bayi lainnya alami. Ia bersandar pada kedua tangannya seraya mengangkat kepalanya ke arah langit.” Demikian kisah Halimah As-Sa’diyah wanita beruntung yang mendapat kesempatan untuk menyusui Baginda Nabi Muhammad SAW. []

Tags: Halimah As SadiyahIbu Susuan Nabi Muhammad SAWislamsejarah
Halimatus Sa'diyah

Halimatus Sa'diyah

Penyuluh Agama Islam Kota Surabaya santri PP. Darul Hafidhin Surabaya. Citizen Journalism kontributor media klik.mu dan pwmu.co. Kepoin saya di @hlimatusadiyah

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID