Mubadalah.id – Dalam penciptaan manusia, memang secara implisit tidak ada ayat yang menyatakan hal ini dalam al-Qur’an. Namun kesamaan esensi (nafs wahidah) ditegaskan dalam al-Qur’an tentang penciptaan manusia (QS. al-Nisa (4): 1).
Memang beberapa ulama menafsirkan ayat ini dengan penjelasan bahwa Adam a.s. diciptakan terlebih dahulu, lalu Hawa diciptakan darinya. Beberapa menyatakan dari tulang rusuknya.
Namun, penjelasan tafsir ini sama sekali tidak eksplisit dalam ayat tersebut. Secara implisit juga bermasalah.
Jika kita baca secara saksama, yang ia anggap sebagai Adam, oleh para penafsir ini justru kata yang ia gunakan dalam bentuk muannats, yaitu nafs wahidah. Sementara kata yang mereka artikan sebagai Hawa malah bentuknya laki-laki, yaitu zaujuha (pasangan dari perempuan).
Mungkin, seperti yang Penulis bahas cukup panjang dalam buku Qiraah Mubadalah. Lebih tepat jika ayat ini tidak kita tafsirkan dengan Adam maupun Hawa.
Kita biarkan ayat ini berbicara mengenai kesatuan asal-usul penciptaan manusia dari esensi yang sama (nafs wahidah) yang berpasangan, dalam penciptaan laki-laki (rijal) dan perempuan (nisa).
Al-Qur’an menyatakan:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا – ١
“Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Tuhan kalian, yang telah menciptakan kalian dari esensi yang satu. Kemudian menciptakan dari jenis yang sama (esensi yang satu tersebut) pasangannya. Lalu dari keduanya, Dia mengembang-biakkan para laki-laki dan perempuan dengan banyak.”
“Bertakwalah kepada Allah, yang dengan menggunakan nama-Nya, kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah itu selalu mengawasi kalian.” (QS. al-Nisa (4): 1). []