Mubadalah.id – Dalam sebagian pandangan keagamanan menyebutkan bahwa shalat terbaik bagi perempuan itu di rumah, bukan di masjid. Bahkan kata mereka, semakin terpencil dan terkucil tempat shalat perempuan semakin baik.
Pandangan seperti ini akhirnya menyebar dan dipahami oleh sebagian masyarakat sebagai bagian dari perintah agama.
Hal inilah yang perlu kita pertanyakan, apakah shalat di masjid itu baik bagi setiap orang?. Tidakkah ada Hadis sahih yang mengatakan, shalat jemaah di masjid itu pahalanya lebih besar?. Tidakkah perempuan disapa oleh teks Hadis ini? Apa makna semua teks Hadis ini bagi perempuan?.
Jika jawabannya ya, perempuan masuk dan disapa, sebenarnya dialog bisa selesai, tinggal penguatan-penguatan saja.
Namun, biasanya ada yang mengajukan pengecualian bagi perempuan karena khawatir menimbulkan fitnah atau pesona yang bisa menggiurkan jemaah laki-laki.
Nah, di sini, kita kembali pada penjelasan konsep fitnah yang seharusnya resiprokal. Ini penting agar kita bisa memandang laki-laki dan perempuan sebagai sesama manusia yang menjadi subjek utuh kehidupan.
Bahkan keduanya adalah hamba Allah Swt yang menjadi khalifah-Nya mengemban mandat mewujudkan kemaslahatan di muka bumi, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
Menjawab Alasan Fitnah Perempuan
Sudah sebelumnya kita jelaskan bahwa konsep fitnah dalam al-Qur’an bersifat resiprokal atau timbal balik.
Kehidupan ini semuanya merupakan fitnah, dan masing-masing kita adalah fitnah bagi yang lain.
Tidak hanya perempuan kepada laki-laki, tetapi juga laki-laki kepada perempuan atau kepada laki-laki, atau perempuan kepada perempuan.
Apalagi dengan bantuan gawai, setiap orang bisa menjadi fitnah bagi yang lain, dan terpesona oleh orang lain tanpa harus pergi ke masjid.
Zalim kalau kita selalu menyudutkan perempuan saja sebagai fitnah terhadap laki-laki, padahal ayat al-Qur’an mengatakan semua orang bisa menjadi fitnah.
Dalam metode mubadalah, teks yang berbicara tentang fitnah seharusnya kita pahami sebagai peringatan bersama, laki-laki dan perempuan, untuk sama-sama menjaga diri agar terus menjadi insan yang berakhlak mulia.
Termasuk harus kita jauhkan dari segala dosa dan kejahatan pada orang lain, serta selalu berkomitmen menjadi manusia yang dapat memberikan kebaikan semaksimal mungkin kepada orang lain, keluarga, masyarakat, dunia, dan alam semesta. []