Mubadalah.id – Seri Nabiyyurrahmah#3 Visi kasih sayang Islam dan praktik-praktik kebaikan serta perdamaian haruslah bersifat inklusif, mencakup seluruh manusia, bahkan alam semesta. Penegasan ini, berkali-kali dinyatakan Nabi Saw dalam berbagai kesempatan.
Dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari ra, suatu ketika Rasulullah Saw berkata kepada para Sahabat di sekitar: “Kalian tidak akan menjadi orang-orang yang beriman, kecuali jika kalian saling mencintati satu sama lain, maukah aku tunjukkan sesuatu yang membuat kalian bisa saling mencintai?
“Mau dong”, kata para Sahabat.
“Tebarkan salam (perdamaian) di antara kalian, maka kalian akan mudah untuk saling mencintai. Demi Allah yang menguasai diriku, kalian tidak akan masuk surga kecuali jika kalian saling menyayangi satu sama lain”, tegas Nabi Saw.
“Ya Rasul, kami kan sudah saling menyayangi di antara kami”, kata para Sahabat.
“Bukan kasih sayang di antara kalian saja, tetapi kasih sayang yang umum dan inklusif”, Nabi Saw mengingatkan (Mustadrak al-Hakim, no. hadits: 7310).
Dalam hadits Jarir bin Abdullah ra, Nabi Saw bersabda: “Allah Swt tidak akan menyayangi mereka yang tidak menyayangi semua umat manusia” (Sahih Bukhari, no. hadits: 7465). Teks hadits ini menggunakan kata “manusia” untuk menegaskan semua umat manusia, bukan sekelompok tertentu saja.
Teks hadits lain malah menggunakan kata “semua penduduk bumi”. Kata Nabi Saw: “Mereka yang pengasih dan penyayang, akan dikasihi Allah Yang Maha Pengasih. Sayangilah semua penduduk bumi, niscaya kalian akan disayangi penduduk langit” (Sunan Abu Dawud, no. hadits: 4943). Penduduk bumi tentu saja bukan hanya manusia, tetapi seluruh kehidupan di muka bumi.
Suatu saat, ketika Aisyah ra membalas sindiran kasar dari tamu-tamu Yahudi yang mampir ke rumah Rasulullah Saw, dia justru diingatkan: “Nggak usah begitu”, kata Rasul. “Mereka kan yang memulai”, timpal Aisyah ra. “Ya, aku tahu, tetapi Allah Swt mencintai kelembutan dalam segala hal”, kata Nabi Saw (Sahih Bukhari, hadits no.: 6093).
Dalam hadits Abdullah bin Mughaffal ra, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintati kelembutan, serta menganugerahkan (kepada seseorang) karena kelembutan (yang dilakukannya) sesuatu yang tidak dianugerahkan (kepadanya) karena kekerasan (yang dilakukannya)”. (Sunan Abu Dawud, no. hadits: 4809).
Dalam hadits Abu Hurairah ra, Nabi Saw mengisahkan tentang seorang laki-laki yang melihat anjing kehausan di sebuah Padang Pasir, lalu masuk ke dalam sumur mengambil air untuk dirinya dan anjing tersebut. Kata Nabi Saw: “Allah Swt bersyukur kepada orang tersebut, atas budi baiknya pada anjing, dan mengampuni dosa-dosanya”.
“Emang kita dapat pahala ya, dari tindakan kita kepada binatang?, kata para Sahabat.
“(Tindakan baik kita) pada setiap kehidupan, tentu ada pahalanya”, tegas Nabi Muhammad Saw. (Sahih Bukhari, no. hadits: 6077).
Teks-teks hadits di atas, adalah penegasan nyata tentang kerahmatan dalam perspektif Islam yang bersifat umum dan inklusif, menyasar semua orang, bahkan semua kehidupan. Semakin besar sasaran kasih sayang kita, semakin besar pahala dan apresisasi Allah Swt kepada kita. Demikianlah Islam ajaran Rasulullah Saw. Wallaahu al-musta’aan.