Mubadalah.id – Founder Islami.co, Savic Ali mengatakan bahwa tantangan yang saat ini masih berat di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) adalah memanfaat teknologi.
Savic mengaku sebagian besar warga NU masih berada pada tatanan praktik keagamaan dan akhlak.
“Selama ini, yang masih membentuk generasi (NU) adalah agama dan akhlak,” kata Savic, dalam Kelas Panel: Teknologi dan Media Sosial, dalam Muktamar Pemikiran NU ke-2 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu, 2 Desember 2023.
Oleh sebab itu, Savic meminta sudah saatnya kita semua untuk melek teknologi. Kita tidak perlu khawatir dengan kehadirannya. Atau bahkan sampai memandang teknologi itu sebagai sesuatu yang gelap.
Savic juga mengingatkan, kalau selama ini masih memandang teknologi itu gelap, artinya kita masih terus menerus memagari diri kita.
Jika kita terus menerus memagari diri kita, maka, lanjut Savic, kita tidak cukup baik untuk pertumbuhan di dalam generasi ini.
“Teknologi hadir ke tengah generasi yang memang siap menerima kehadirannya,” jelasnya.
Banyak Nilai dalam Sebuah Game
Selain itu, Savic juga menyampaikan bahwa dengan teknologi semua nilai-nilai yang ada dalam Islam dengan mudah kita sisipkan, misalnya dalam hal ini melalui game.
Banyak game yang sudah dibuat, lanjutnya, memberikan banyak nilai agama dan pengetahuan bagi para penggunanya.
Jadi kita tidak perlu khawatir dengan kehadiran teknologi. Karena di dalam teknologi juga kita dapat banyak sekali nilai (agama) dan pengetahuan.
“Apakah benar bahwa anak itu harus dibekali nilai-nilai agama sehingga dia selama? Seberapa banyak anda bisa membekalinya? Sementara, day-to-day-nya dia berurusan dengan game, yang di dalamnya juga menyusupkan nilai-nilai,” paparnya.
Bahkan melalui game, katanya, banyak sekali pelajaran yang sangat relate dengan di kehidupan sehari-hari.
Misalnya, ia mencontohkan, dalam sebuah game, para pengguna bisa mengetahui akan ada hadiah bagi yang menang dan ada hukuman bagi yang kalah.
Hal seperti ini lah yang sebetulnya ada di dalam kehidupan, kalau kita mau hidup bahagia, maka lakukan lah perbuatan baik (amar makruf). Sehingga sebagai rewardnya ia dapat nilai pahala.
Sedangkan, kalau di dalam kehidupannya penuh dengan keburukan, maka ia akan mendapatkan banyak hukuman.
“Hal-hal seperti inilah yang harus mendapatkan perhatian lebih. Kita nggak pernah berfikir itu, padahal itu lebih powerful,” tukasnya. []