• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Mubadalah di Bumi Rafflesia

Mengapa memilih Sumatera, atau Bengkulu? Sebab selama ini jaringan KUPI atau ulama perempuan masih Jawa Sentris

Zahra Amin Zahra Amin
02/03/2024
in Pernak-pernik
0
Mubadalah di Bumi Rafflesia

Mubadalah di Bumi Rafflesia

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Banyak yang bertanya, kenapa memilih lokasi di kota berjuluk Bumi Rafflesia Bengkulu. Atau kata lain, mengapa Mubadalah Goes to Community kali ini bertempat di kampus UIN Fatmawati Soekarno Bengkulu, yang kami gelar pada Kamis hingga Jum’at, 29 Februari sampai dengan 1 Maret 2024.

Ketika awal tahun, saya diberitahu suhu Mubadalah Kiai Faqih Abdul Kodir bakal ada penambahan dua titik kegiatan, dan salah satunya boleh di luar pulau Jawa, dengan catatan bisa bekerjasama untuk sharing anggaran. Lalu kami menawarkan terlebih dahulu pada Ketua PSGA UIN Bengkulu. Ini untuk menjawab, mengapa kegiatan Mubadalah Goes to Community tidak kami gelar di kampus-kampus lain.

Pak Ahmad Syarifin sebagai ketua PSGA sudah kami kenal dengan baik, pernah mengikuti kegiatan PAR bersama Fahmina bertahun yang lampau. Lalu di tahun 2022 sebelum kegiatan KUPI II juga pernah mengundang redaksi Mubadalah.id sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan yang pernah mereka gelar.

Saat itu Mubadalah.id duduk bersama Komnas Perempuan. Bagi kami, hal itu menjadi satu kepercayaan sendiri terhadap media kami yang masih terus berupaya mensejajarkan diri dengan media alternatif Islam Populer lainnya.

Jaringan KUPI masih Jawa Sentris

Tawaran yang kami berikan disambut baik oleh pihak kampus. Dalam waktu satu bulan kami bekerjasama mempersiapkannya. Oh iya alasan lain mengapa memilih Sumatera, sebab selama ini jaringan KUPI atau ulama perempuan masih Jawa Sentris.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Kami masih kesulitan untuk mencari narasumber ulama perempuan, terutama yang memahami trilogi Fatwa KUPI. (Mubadalah, Keadilan Hakiki dan Konsep Makruf). Sehingga kami merasa penting untuk terus mensosialisasikan, dan mendesiminasi-kan pandangan keagamaan KUPI I dan II.

Bahkan untuk materi penguatan perspektif kami mengajak serta maha guru kami semua, Buya KH Husein Muhammad, yang karena alasan kesehatan istri beliau Umi Hj Lilik Nihayah harus ikut serta mendampingi.

Teman-teman bisa melihat bagaimana kesungguhan kami untuk menyebarluaskan nilai-nilai KUPI ini di bumi Rafflesia. Saya dan teman-teman redaksi tentu tidak berani untuk menyampaikan materi ini, karena membutuhkan legitimasi dan otoritas keilmuan sebagai ulama perempuan.

Kami cukup di ranah kepenulisan popular dan literasi media sosial. Untuk penguatan perspektif trilogi KUPI kami akan selalu melibatkan ulama perempuan sebagai narasumber. Ke depan, saya berharap Pengkaderan Ulama Perempuan (PUP) Rahima atau Dawrah Kader Ulama Perempuan (DKUP) Fahmina bisa merambah hingga ke luar pulau Jawa, sehingga perjalanan penyebaran gagasan dan nilai-nilai KUPI ini akan lebih massif lagi.

Nyala Lilin Mubadalah untuk Komunitas

Dalam kesempatan pemaparan Buya Husein, ada banyak hal yang saya catat. Tetapi satu kalimat yang saya garisbawahi ketika beliau menyampaikan closing statement;

“Jika lilin telah kau nyalakan, jangan berhenti memandanginya saja,

bawalah ia ke tempat lain yang membutuhkan cahaya.”

Dan ya, kami akan terus membawa nyala lilin ke manapun langkah kaki kami akan berpijak. Mengikuti jejak para maha guru kami. Meski secara pribadi, saya frustasi dengan kondisi negeri ini dengan tingkah polah para pemimpinnya, tapi harap itu tak boleh mati.

Tentu saja saya hanya sedang ngedem-ngedem, terlebih ketika membaca postingan salah satu kawan Timur saya Kak Dicky Senda dari Lakoat Kujawas NTT, yang menuliskan tentang makna komunitas.

“Nilai dan prinsip berkomunitas itu saling berbagi, kerja kolaborasi, dan solidaritas. Kalau dapat pengalaman, bagi ke yang lain yang belum dapat kesempatan. Yang dibukakan pintunya, membukakan pintu bagi kawan yang lain. Sonde ada yang tertinggal di belakang. Tapi kalau dapat kesempatan hanya digunakan untuk diri dan kepentingan sendiri, ya bukan berkomunitas namanya.”

Maka sudah benar jika kami menggunakan terma Mubadalah Goes to Community, bukan kampus, pesantren atau sekolah. Karena kami ingin menjangkau lebih banyak komunitas lain untuk bersedia berbagi pengalaman dan pengetahuan, kerja kolaborasi dan solidaritas.

Apresiasi dan Terimakasih

Terimakasih untuk seluruh tim redaksi Mubadalah.id yang sudah membersamai moment perjalanan Mubadalah goes to Community di Bengkulu. Bang Dul Vevi Alfi Fitri Nur’azizah Fachrul Misbahudin dan Mumu Musthofa. Ini menjadi momentum healing juga bagi kita semua, sebelum masuk momentum bulan puasa, yang sudah disambut dengan agenda berikutnya, “Jagongan Ramadan Mubadalah 2024”.

Yaitu mengaji bersama Ulama Perempuan dan Komunitas Pesantren untuk mengkaji kesehatan mental berbasis kitab “Mashalihul Abdan wal Anfus” karya Abu Zaid Al Balkhi. Selain itu juga berbagi pengalaman praktik baik pengelolaan sampah di pondok pesantren.

Terakhir, terimakasih juga kami sampaikan pada segenap civitas akademika UIN Fatmawati Soekarno Bengkulu Warek III Prof. Dr. Hj Fatimah Yunus, Direktur LP2M Prof. Dr. Suherman, Ketua PSGA Pak Syarifin dan seluruh dosen, serta mahasiswa peserta pelatihan Mubadalah Goes to Community. Sebagaimana amanat Buya Husein Muhammad, semoga kegiatan-kegiatan serupa tidak hanya berhenti di bumi Rafflesia, dan bisa terus berkelanjutan. Aamiin. []

Tags: Jaringan KUPILiterasi Media SosialMubadalah Goes to CommunityMubadalah.idTrilogi Fatwa KUPIUIN Fatmawati Soekarno Bengkuluulama perempuan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID