“Aku akan memenuhi semua kebutuhan hidupmu dan anak-anak nanti. Untuk itu, kamu tidak perlu lagi bekerja di luar rumah. Tugasmu mengurus rumah dan anak-anak.”
Mubadalah.id – Janji itu disampaikan seorang laki-laki kepada calon istrinya. Meski agak berat syarat itu akhirnya ia terima. Mereka menikah, pekerjaan di bidang layanan pelanggan di sebuah Bank BUMN yang menyenangkan itu rela ia tinggalkan.
Awalnya, hidupnya terasa aneh. Biasanya, setiap pukul 5.00 pagi ia sudah aktif bergegas untuk berangkat kerja. Pakaian bagus dengan wangi parfum selalu mengawali kehidupan paginya. Kini berganti dengan dengan aktivitas di dapur untuk seduhan teh atau kopi.
Ada satu hal yang efek kehilangannya sangat terasa, yaitu hilangnya kemerdekaan untuk menggunakan uang secara mandiri. Jika sebelumnya ia bisa menggunakan uang dari jerih payahnya, sekarang hanya menerima jatah dari suami.
Sebagai istri, ia menyimpan tanya tentang berapa sesungguhnya penghasilan suami yang belum sepenuhnya terbuka. Namun ia memilih untuk menundanya. Toh selama ini suami selalu menepati janji untuk memberikan uang bulanan sesuai jumlah dan waktu secara tepat.
Ragam Pola
Cerita di atas menggambarkan salah satu pola dalam pengelolaan uang di dalam rumah tangga. Salah satunya pola yang memilih agar istri tidak lagi bekerja atau memiliki usaha di luar rumah. Ia harus beralih menjadi perempuan yang bekerja di dalam rumah untuk melayani suami dan anak-anak.
Sebagai gantinya, suami akan memberi uang yang jumlah dan waktuya mereka sepakati bersama. Pola seperti ini biasannya berlaku bagi pasangan yang sumber pemasukan uangnya hanya dari satu pintu. Umumnya berasal dari suami saja.
Ada pola lain yang berbeda. Pasangan suami-istri bersikap terbuka dan sepakat untuk menyerahkan pengelolaan urusan uang kepada istri. Berapapun jumlah pendapatan yang diterima, istri akan mencatat dan mengelolanya. Jika suami membutuhkan uang, cukup meminta dari istri.
Meskipun demikian, istri tidak bebas sesuka hatinnya. Jika ada keperluan untuk membeli barang, jasa, investasi, modal usaha, harus ada pemufakatan bersama terlebih dahulu. Musyawarah menjadi prinsip dalam setiap prosesnya.
Selain ke dua pola di atas, ada model lain yang biasanya berlaku bagi pasangan yang baik suami ataupun istri sama-sama bekerja atau menghasilkan uang dari usahanya sendiri. Suami atau istri bisa mengelola penghasilannya sendiri.
Kemerdekaan Menentukan Pilihan
Namun demikian, pasangan ini sepakat harus mengalokasikan dana dari penghasilan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga bersama. Seperti; kebutuhan uang untuk membayar cicilan rumah, mobil, motor, biaya sekolah anak, biaya rutin untuk listrik, air, dapur, gaji pekerja, bantuan sosial, hingga tabungan masa depan. Prinsip kesetaraan untuk bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, menjadi nilai yang dianut dan dijalankan secara bersama.
Banyak ragam pilihan teori dalam mengelola uang di dalam urusan rumah tangga selain yang tertulis di atas. Di antara pilihan tersebut, manakah yang paling ideal? Pertanyaan ini tidak akan mampu penulis jawab. Karena setiap pasangan itu unik. Mereka memiliki agenda serta cita-cita sendiri yang mungkin ada sedikit kesamaan, namun tidak pernah bisa seragam.
Hemat saya, tidak ada pola yang paling baik, ideal, pasti cocok dan berlaku bagi semua pasangan. Setiap pasangan bisa menentukan pilihan ataupun membuat pola baru yang sama sekali berbeda dengan pilihan di atas.
Pola yang berlaku baik bagi satu pasangan, belum tentu berlaku sama bagi pasangan lain. Kemerdekaan untuk menentukan pilihan ada pada setiap pasangan. Namun ada prinsip dan nilai yang berlaku secara umum. Seperti; kejujuran, keterbukaan dan akuntabilitas.
Penutup
”Uang memang memang bukan satu-satunya jawaban, tetapi itu membuat perbedaan” kata Barack Obama.
Ada juga yang berpandangan bahwa dalam suatu negara ”pengendali kekuasaan sebenarnya ada pada mereka yang mengelola uang”.
Dalam kehidupan nyata, pesona uang memang luar biasa wujud dan dampaknya. Namun, kita memiliki kemerdekaan untuk memperlakukan uang sesuai dengan kepentingan dan proporsinya. Apakah uang itu akan menjadi bagian yang sangat penting, atau hanya sekedar menjadi faktor penunjang.
Apakah ia akan menjadi pondasi dasar yang mengokohkan tiang sebagai penyangga atap rumah, atau hanya sekadar ornamen yang menghiasi performa rumah. Kita merdeka untuk memilihnya.
Membangun rumah tangga, ibarat suami dan istri yang sedang mendayung perahu, lengkap dengan beban yang ada di dalamnya, menuju pulau impian. Terpaan angin kencang bisa menghempasnya. Hujan lebat bisa membuat tubuh membeku kedinginan.
Sengatan matahari pun bisa membuat tubuh panas terbakar. Kita tidak pernah mampu mengendalikan setiap kejadian yang terlalu sesuai kehendak. Pastinya, uang bukan satu-satunya jawaban untuk setiap persoalan yang menimpa. []