Kenapa kita harus mengenal diri untuk memahami makna atau hakikat hidup ini?
Mubadalah.id – Ada hadits yang berbunyi, “Man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu”. Yang artinya, “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya”. Dari sini jelas tersirat bahwa sebelum mengenal Tuhan, kita harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Tapi, untuk apa?
Mungkin poinnya adalah, jika kita sendiri tidak yakin pada pengetahuan tentang diri kita, bagaimana kita bisa yakin akan sesuatu hal lain di luar diri kita? Bagaimana juga kita bisa yakin akan suatu hal yang lebih besar dari diri kita? Segala sesuatu memang harus berawal dankitta mulai dari diri sendiri, bukan?
In fact, memang ada keadaan di mana seseorang lupa akan keberadaannya. Kita bisa saja kehilangan apa yang biasa kita sebut dengan “kesadaran tentang kenyataan diri sendiri” (sense of their own reality). Kalau saya mungkin menyebutnya dengan sebutan “krisis identitas”. Walaupun gak sepenuhnya tepat, tapi itu yang saya pahami.
Keadaan ini sebenarnya tidak bertahan lama, perasaan seperti itu akan hilang, kemudian muncul kembali. Datang dan pergi. Rasanya juga seperti samar-samar, tidak jelas. Agak susah ya menjelaskannya, tapi begitulah kira-kira. Its weird, but it happened sometimes.
Tapi ternyata, bukan berarti kita yang aneh loh. Itu sebenarnya wajar dan manusiawi kok. J.S. Mill dalam Autobiography-nya mengatakan bahwa seorang filosof mencapai tahap ini pada usia dua puluhan.[1] Mereka menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, logika bahasa dan pandangan hidup kita bisa menjadi kabur, seperti bayangan di air yang beriak.
Krisis Identitas
Mirip-mirip dengan fenomena “krisis identitas”, kan? Keadaan yang rata-rata dialami oleh orang-orang di usia 20 hingga 30-an. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Dari manakah aku?”, “Mengapa aku harus menjadi ‘aku’?”, “Apa yang harus aku lakukan?” menyerbu pikiran, mencari jawaban yang tak kunjung terjawab.
Namun, di balik kerumitan dan ketidakpastian, terdapat sebuah pencarian yang mendalam. Pencarian untuk memahami diri sendiri, untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Dan mungkin, di sinilah kita menemukan titik temu dengan para filosof, dalam perjalanan mencari makna di balik keberadaan kita.
Dalam perjalanan ini, mungkin ada suatu tahap dalam hidup manusia yang membawanya untuk mendapat sebuah panggilan. Yakni untuk menafsirkan dan memaknai hidup serta mencari tujuan di dalamnya. Saya akan menyebut itu anugerah, sebab sepertinya tidak semua orang dapat. Atau semua orang dapat, tapi tidak semua orang notice itu. Bayangkan saja, kira-kira sudah berapa momen yang kita lewatkan?
Jadi, selalu ingat bahwa semua hal dalam hidup ini pasti dan harus kita mulai dari diri kita sendiri. Maka, mengenal diri adalah awal untuk menyingkap dan memahami hakikat segala sesuatu. Apalagi terkait hidup ini, yang mencakup berbagai aspek di dalamnya. Oleh karena itu, tidak ada sebuah hidup yang sejati tanpa adanya pengetahuan tentang diri yang sesungguhnya.
Kenali Dirimu
Socrates mengatakan, “kenalilah dirimu” dalam hampir setiap pembahasannya mengenai eksistensi hidup manusia. Lao Tzu pun memaparkan, “Barang siapa yang mengenal orang lain, dia orang bijaksana. Barang siapa mengenal dirinya sendiri, dia akan tercerahkan”.
Ternyata, manusia memang harus sering bertanya pada dirinya. Ia harus tahu kekuatan dirinya. Ada kutipan menarik di dalam buku Rahasia Kekuatan Pribadi, milik Ibrahim Elfiky. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya terdapat 7 kekuatan pribadi dalam diri kita, yaitu:
“Kekuatan kesadaran, kekuatan tujuan, kekuatan keyakinan, kekuatan cinta, kekuatan energi positif, kekuatan konsentrasi, dan kekuatan keputusan. Kita harus tahu posisi kita, serta kelebihan dan kekurangan yang kita miliki”.[2]
Pentingnya mengenal diri, membantu kita menemukan kebijaksanaan berharga yang menggambarkan bahwa kehidupan yang sejati dan berarti tidak dapat tercapai tanpa pemahaman yang mendalam tentang siapa kita sebenarnya. Bahwa esensi dari pengetahuan diri-lah yang membawa makna dan keberlanjutan dalam perjalanan hidup.
Pengetahuan akan diri akan membuka pintu menuju pertumbuhan dalam diri kita. Dengan menyelidiki nilai-nilai, kepercayaan, dan hasrat yang membimbing kita. Maka kita dapat membentuk arah hidup yang sesuai dengan hakikat kita. Ini adalah kunci untuk menemukan kepuasan dan makna dalam setiap langkah yang kita ambil.
Memahami Diri Sendiri
Kita juga mendapati kemampuan untuk mengelola emosi dan menghadapi tantangan dengan lebih kuat. Dengan memahami diri, kita pun akan mengetahui kekuatan dan kelemahan kita, serta memahami cara kita merespon dan menghadapi berbagai situasi dengan penuh kesadaran. Hal ini membuka pintu untuk membangun ketangguhan mental dan emosional yang membentuk karakter.
Selain itu, ini juga merupakan dasar untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Dalam memahami preferensi, toleransi, dan cara kita berinteraksi dengan dunia, kita dapat membentuk ikatan yang lebih dalam dan bermakna dengan sesama. Ini menciptakan landasan yang kuat untuk hubungan yang saling mendukung. Sebab kita sudah berhasil memahami diri, jadi kita pun bisa lebih mudah memahami yang lain.
Dan, nyatanya, perjalanan pengetahuan tentang diri adalah perjalanan sepanjang hidup. Terus menerus merenung dan menyelidiki diri sendiri memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan perubahan dalam diri kita dan dunia di sekitar kita. Dengan demikian, kita dapat terus mengadaptasi tujuan, nilai, dan orientasi hidup kita.
Oleh karena itu, jadikan dirimu sebagai orang yang paling sering kamu ajak mengobrol, dan yang paling mengetahui segala hal tentang dirimu, ya harus kamu!
Jika kamu sudah mengetahui nilai dari dirimu sendiri, percaya deh, berbagai anggapan dan opini orang lain tentang dirimu akan menjadi tidak penting lagi. Itu semua akan nampak seperti debu yang tak berarti. Karena kamu sudah selesai dengan dirimu. Kini kamu telah menemukan kedamaian dari dalam dan memutuskan untuk tidak lagi terjebak pada hal lain di luar diri dan kendalimu. []
[1] Britton, Karl, Filsafat Kehidupan: Dekonstruksi atas Makna Kehidupan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2002)
[2] Elfiky, Ibrahim, Personal Power: Membuktikan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi untuk Hidup Lebih Berhasil, Lebih Lebih Bermutu, Lebih Memuaskan, (Jakarta: Zaman, 2011)