• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Membincang Stigma tentang Perempuan Perkasa

Meskipun banyak yang tak setuju jika perempuan adalah makhluk yang juga perkasa, namun dalam kehidupan nyata fakta itu benar adanya.

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
13/12/2024
in Personal
0
Perempuan Perkasa

Perempuan Perkasa

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pagi ini tiba-tiba muncul di benak saya sebuah pertanyaan yang mungkin nyeleneh bagi sebagian orang. Pertanyaan ini tentang kosa kata sederhana “perkasa”.  Iya, aneh bukan? Kenapa tiba-tiba harus memikirkan dan mempertanyakan hal yang bisa jadi sereceh ini?.

Selama ini kata “perkasa” selalu kita sematkan bagi laki-laki. Kenapa ya? Kata ini tidak pernah tersemat pada diri seorang perempuan? Menjadi perempuan perkasa, misalkan.

Beberapa detik rasanya saya seperti orang linglung yang tak paham dengan makna “perkasa”. Akhirnya saya mencoba untuk benar-benar memahaminya. Saya lantas membuka smartphone dan mulai mencarinya melalui browser dengan mengetikan kata “perkasa” dalam KBBI online.

Perkasa memiliki makna: kuat dan tangguh serta berani; gagah berani; kuat dan berkuasa; hebat dan keras. Semua penjelasanya seakan mengarah kepada sifat-sifat yang sering lekat dengan laki-laki atau kita sering menyebutnya dengan maskulin.

Berbanding terbalik dengan perempuan. Perempuan harus terstandar sebagai makhluk yang lemah dan lembut atau feminim. Nah, dari sini kita jadi sedikit paham jika dunia seakan tak setuju jika perempuan dikatakan perkasa.

Perempuan Perkasa dalam Cerita

Meskipun banyak yang tak setuju jika perempuan adalah makhluk yang juga perkasa, namun dalam kehidupan nyata fakta itu benar adanya. Salah satunya cerita dari media IDN Times yang berkisah tentang seorang perempuan dengan profesi sebagai pengemudi ojek online (Ojol) di Jakarta Selatan.

Baca Juga:

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

Perempuan tersebut bernama Nurul Aini. Perempuan yang akrab dengan panggilan Mpok Lulu ini saat ini berusia 45 tahun. Sebenarnya sudah lama ia menggeluti profesi sebagai driver ojek online ini, yakni sejak 2017. Alasan Mpok Lulu bekerja sebagai Ojol tak lain karena ia menjadi satu-satunya tulangpunggung keluarga.

Meskipun terbilang berat, namun Mpok Lulu tetap berusaha menjalaninya dengan penuh rasa syukur. Ia menyadari jika profesi yang ia jalankan sekarang ini adalah profesi yang sebagian besar dilakoni oleh laki-laki. Sedikit sekali perempuan yang beminat menjadi driver Ojol mengingat bekerja di jalanan sangatlah berat untuk perempuan.

Adakah Perempuan Perkasa Lainnya?

Selain Mpok Lulu, ada pula kisah perempuan yang bekerja sebagai kuli dan pernah Penulis ceritakan pada tulisan sebelumnya, yakni dengan judul Siapakah Sopyah Supriyantin, Gadis Kuli yang Menginspirasi?

Sopyah Supriyantin adalah gadis kuli yang sukses menjadi Brand Ambassador (BA) produk kecantikan ternama di Indonesia. Ia pun akhirnya mampu menginspirasi jutaan perempuan di Indonesia.

Tekat dan kesabarannya mampu membawanya menjadi perempuan yang sukses dan menginspirasi. Dulunya, gadis polos ini sempat harus menyamar sebagai laki-laki untuk bekerja sebagai kuli. Dengan penuh ketulusan hati ia rela menjalani kehidupan sebagai kuli demi menafkahi dan menyekolahkan adik-adiknya.

Selain kedua sosok tadi, tentu di luar sana masih banyak perempuan-perempuan perkasa lain yang tak pantang meyerah, kuat dan gigih dalam menghadapi setiap cobaan kehidupan.

Apakah kata “Perkasa” Hanya Pantas untuk Laki-laki Saja?

Jika pertanyaanya demikian, tentu jawabanya akan beragam dan tergantung pada point of view (PoV) masing-masing individu. Jika kita melihat perkasa dalam artian fisik, maka kata “perkasa” seakan hanya pantas untuk laki-laki karena privilege fisik yang jauh lebih kuat dibandingkan perempuan.

KBBI juga tidak memberikan penjelasan, apakah perkasa yang dimaksudkan hanya sebatas kuat secara fisik dan mengabaikan unsur emosional?

Namun, jika emosional menjadi tolak ukur sebuah perkasaan, maka perempuan seperti Bu Nuril dan Sopyah Supriyantin yang matang secara emosional, gigih dan kuat menjalani hidup sampai harus bekerja lapangan akan layak dan juga bisa menyandang perempuan perkasa. []

Tags: GenderidentitasperempuanPerempuan Perkasastigma
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Kehamilan Perempuan

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

18 Juli 2025
eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • eldest daughter syndrome

    Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID