Mubadalah.id – Islam adalah salah satu agama yang tidak melihat haid sebagai kutukan, melainkan sebagai fitrah biologis yang menandakan kesempurnaan ciptaan Allah.
Bahkan, dalam pandangan Islam, haid adalah bagian dari sunnatullah yang menunjukkan kasih sayang Tuhan dalam sistem reproduksi perempuan. Tidak ada alasan bahwa perempuan yang sedang haid lebih rendah, lebih kotor, atau lebih berbahaya.
Lebih dari itu, pendekatan Islam terhadap haid sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan penuh empati. Ia mengajarkan bahwa perempuan tidak boleh didiskriminasi hanya karena kodrat biologisnya.
Nabi Muhammad SAW sendiri mencontohkan interaksi penuh kasih dengan istrinya yang sedang menstruasi. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, menyebutkan bahwa beliau tetap bersandar di pangkuan Aisyah RA ketika ia haid. Bahkan menyisir rambutnya dan makan bersama tanpa rasa jijik atau takut.
Menurut Nyai Hj. Badriyah Fayumi dalam tulisannya di Kupipedia.id sikap ini adalah revolusi sosial dan spiritual di tengah budaya patriarki yang masih menstigma tubuh perempuan.
Sayangnya, hingga kini masih ada sebagian umat Islam yang salah memahami ayat tersebut dan kembali mempraktikkan sikap diskriminatif terhadap perempuan haid.
Ada yang menganggap mereka tidak layak menyentuh mushaf, tidak boleh hadir di majelis ilmu. Bahkan tidak pantas berada di masjid.
Padahal larangan-larangan tersebut tidak pernah tercatat dalam al-Qur’an maupun Rasulullah SAW dalam konteks umum. Ini menunjukkan bahwa budaya patriarkal masih menjadi pemahaman sebagian masyarakat yang menafsirkan teks tanpa memahami konteks pembebasan yang telah Islam bawa.







































