• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

A Cup Of A Tea: You Are A Fighter

Wanda Roxanne Wanda Roxanne
07/05/2020
in Sastra
0
Gita, Savitri

(foto koleksi penulis)

43
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“You’re a fighter. You are awesome. You are 100% that bitch. Don’t let other people say otherwise.”

–Gita Savitri Devi

A Cup of Tea adalah buku kedua Gita Savitri Devi yang kedua, terbit Maret 2020. Seperti buku pertama Gita, Rentang Kisah, A Cup of Tea adalah kumpulan cerita tentang kehidupan Gita. Buku ini seperti catatan perjalanan beserta pelajaran yang didapatkan Gita saat traveling ke berbagai negara.

Buku 163 halaman ini hanya butuh waktu beberapa jam untuk saya selesaikan. Bahasa yang digunakan ringan dan apa adanya. Disertai foto-foto berwarna Gita ketika travelling dan setiap bab tulisan dipisahkan oleh ilustrasi berwarna yang artsy.

Dalam buku ini juga disertai My Dream List yang juga jadi topik yang Gita angkat, yaitu untuk berani bermimpi setinggi-tingginya dan seindah-indahnya. Selain itu, dalam buku ini juga diceritakan tentang perpisahan, perjalanan mengubah diri, kehidupan setelah pernikahan hingga kebahagiaan yang Gita cari. Gita juga menceritakan tentang mental health issue yang dialaminya, yaitu cyber bullying.

Baca Juga:

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

“Kita nggak butuh pisau untuk membunuh seseorang. Kata-kata yang ditujukan ke gue itu tentu bikin gue down. Semuanya ingin gue hilangkan dari ingatan, tapi nggak pernah berhasil.”

Gita pernah mengalami cyber bullying selama beberapa hari yang membuatnya sangat down hingga dia memutuskan untuk pergi ke psikolog, self-healing dan curhat pada orang terdekatnya. Tapi trauma itu masih ada bahkan sampai sekarang. Cyber bullying ini sering kita temui dan mungkin kita juga pernah jadi korbannya.

Selain hal yang tidak menyenangkan, ada beberapa bagian yang menggembirakan. Bagian ini membuat saya jadi berkaca pada diri sendiri. Salah satunya adalah bab “Pursuit of Happiness”.

“We are so afraid of being too honest with our own feeling because vulnerability is often seen as weakness. But the fact is, it’s not. It’s a birthplace of joy.” (hal 104)

Vulnerability is a birthplace of joy. Kalimat ini benar-benar powerfull menurut saya. Bahwa kita sebagai manusia sangat manusiawi untuk memiliki kerentanan pada hal-hal tertentu. Bahwa lumrah menjadi manusia yang mengalami kesedihan, kekecewaan dan duka lara. Semua emosi negatif ini yang membawa kita pada kebahagiaan. Bukankah bahagia paling membahagiakan adalah setelah sakit yang paling menyakitkan?

Seringkali kita mencari kebahagiaan dalam diri orang lain, atau pada benda, atau pada pengalaman. Ternyata kebahagiaan itu tidak dicari, tapi dibuat atau diciptakan. Bahwa kebahagiaan itu saat kita merasa cukup, tidak membandingkan diri dengan orang lain dan merasa damai. Bukan karena faktor eksternal, tapi karena faktor internal.

“It’s a state of well-being when you feel at peace. You may not have everything, but you feel enough.” (hal 105)

Seperti kata Jordan Peterson, “compare yourself with who you were yesterday, not with someone else today. Kita tidak bisa tidak membandingkan hidup dengan orang lain terutama melalui media sosial. Tapi, jika fokus kita adalah membandingkan diri kita yang kemarin dan hari ini, mungkin kita tidak akan memiliki energi untuk membandingkan diri dengan yang lain.

Sebenarnya masih masih banyak topik yang seru untuk dibicarakan dan tentu saja reflektif. Buku ini memberitahu kita bahwa sebagai manusia, kita bisa tetap bahagia meski memiliki trauma. Buku ini adalah teman yang baik untuk melakukan petualangan ke dalam diri, terutama di saat-saat krisis. Yang mengingatkan kita, bahwa kita adalah pejuang meski memiliki luka. []

Wanda Roxanne

Wanda Roxanne

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Kapan Menikah

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

29 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

15 Juni 2025
Abah dan Azizah

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

8 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

1 Juni 2025
Menjadi Perempuan

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

25 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID