• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Bila Bersepeda Menjadi Gaya Hidup Bagi Semua Kalangan

Beberapa waktu ke belakang, tren bersepeda mulai kembali dilirik banyak orang. Dimulai dari situasi pandemi, banyak orang yang mulai sadar akan manfaat kesehatan dan kepraktisan bersepeda

Efrial Ruliandi Silalahi Efrial Ruliandi Silalahi
24/09/2022
in Pernak-pernik
0
Gaya Hidup

Gaya Hidup

604
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan ini saya awali dengan pertanyaan, apakah kamu percaya bahwa dunia akan menghemat hampir 700 juta metrik ton emisi karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya? Namun dengan catatan, bila kita bersepeda atau berjalan kaki. Tentunya hal ini tidak mustahil terjadi, bila setiap individu mengadopsi gaya hidup orang Belanda yang bersepeda setiap hari dalam melakukan aktivitas di luar rumah.

Seperti kita ketahui, saat ini sektor transportasi menyumbang seperempat dari semua emisi gas rumah kaca terkait bahan bakar, yang memicu pemanasan global. Setengah dari emisi tersebut berasal dari mobil penumpang, dan permintaan transportasi di seluruh dunia perkiraannya akan meningkat tiga kali lipat pada pertengahan abad ini.

Tim peneliti internasional telah mengumpulkan dataset global pertama mengenai kepemilikan dan penggunaan sepeda oleh negara sejak awal 1960-an yang menggunakan pemodelan statistik untuk mengisi kesenjangan informasi. Para ilmuwan menemukan bahwa antara 1962-2015 produksi sepeda global melampaui produksi mobil.

Tiongkok menjadi penyumbang dengan hampir dua pertiga dari sekitar 123 juta sepeda yang terproduksi pada 2015. Studi yang terbit di jurnal Communications Earth and Environment itu menunjukkan bahwa kepemilikan sepeda umumnya lebih tinggi di negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas. Namun tren presentase perjalanan yang dilakukan dengan mobil juga serupa.

Artinya, kepemilikan sepeda yang tinggi tidak serta merta menyebabkan penggunaan sepeda yang tinggi. Gang Liu, penulis utama studi dan professor di Departemen Teknologi Hijau University of Southern Denmark, mengatakan penelitian menunjukkan bahwa sepeda memiliki peran penting di masa depan dalam menurunkan jejak karbon transportasi global.

Baca Juga:

Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

Mengenal Lebih Dekat Kanker Ovarium: Sebagai Salah Satu Sillent Killer pada Wanita

Green Deen: Perspektif Islam tentang Keselarasan antara Lingkungan dan Spiritualitas

Waspada Trend Skincare dalam Gaya Hidup Remaja

Bagaimana Bila Diterapkan?

Pentingnya pengembangan kota berbasis Micromobility dan Non-Motorized Transport (NMT) atau bahasa yang mudah kita mengerti adalah bersepeda dan jalan kaki. Lalu bertambah dengan transportasi publik terintegrasi. NMT merupakan elemen penting untuk mendorong transportasi urban.

Menjadi penting karena menyangkut aspek pokok dalam menciptakan sistem transportasi yang nyaman, aman dan efisien serta terintegrasi antar moda transportasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi tersebut menjadi hal yang sangat penting di masa sekarang.

Pengembangan yang mengandalkan sepeda dan berjalan kaki yang dikombinasikan dengan moda transportasi publik yang terintegrasi. Transportasi menjadi salah satu permasalahan kota yang vital dan perlu teratasi sampai tuntas.

Beberapa waktu ke belakang, tren bersepeda mulai kembali dilirik banyak orang. Dimulai dari situasi pandemi, banyak orang yang mulai sadar akan manfaat kesehatan dan kepraktisan bersepeda. Meskipun sempat mengalami pasang surut karena beberapa faktor, tren bersepeda ini masih bisa dikatakan stabil. Namun, apakah infrastruktur penunjang kegitan bersepeda ini sudah memadai? Jawabannya tentu saja belum,  untuk itu perlunya melakukan studi terkait kebijakan publik dan lain sebagainya.

Mari kita uraikan satu persatu mengapa hal tersebut begitu penting kita terapkan saat ini. Pertama, sepeda dan berjalan kaki menjadi moda transportasi paling efisien di jalan raya. Kedua, gas buang kendaraan menjadi penyumbang utama polusi udara yang ada di dunia. Ketiga, memberi banyak manfaat bagi kesehatan baik fisik maupun mental. Keempat, kultur bersepeda dapat meningkatkan perekonomian kota. Sehingga bersepeda menjadi sebuah tren kegiatan baru di masyarakat.

Apa saja yang menjadi faktor pendorong orang kembali bersepeda? Pemahaman masyarakat mengenai pentingnya menjaga Kesehatan imunitas tubuh dengan bergerak aktif. Selain itu juga untuk menghilangkan rasa jenuh karena rutinitas harian di tempat kerja.

Kemudian terakhir yakni fenomena kecemasan masyarakat yang menggunakan transportasi publik di tengah pandemi covid-19 meskipun telah melakukan vaksinasi namun memiliki potensi terjadinya penularan virus. Uraian tersebut menjadi peluang besar untuk menggeser mobilitas perkotaan menjadi non-motorized transport.

Kota Ramah Sepeda

Alangkah baiknya kita belajar mengenal peristilahan Indeks Bikeability, yakni indeks penilaian kualitas jaringan dan fasilitas pesepeda suatu daerah secara terukur. Copenhagen, Denmark menempati peringkat satu untuk kota paling ramah bersepeda di dunia. Dengan predikat ini, muncul indeks bikeability bernama Copenhagen Indeks. Copenhagen Index merupakan indeks peringkat paling komprehensif dan holistik kota ramah sepeda di dunia.

Berikutnya apa saja yang menjadi Copenhagen Index Parameter? Di antaranya ada streetscape. Yakni infrastruktur seperti jalur sepeda, jumlah persimpangan dan arah jalur. Berikutnya fasilitas penunjang seperti halte transit serta peneduh dan traffic calming. Adanya culture seperti gender split, modal share, indikator safety, image sepeda dan cargo bikes. Ada lagi yang namanya ambition di antaranya ada organisasi, kebijakan, bike share dan urban planning.

Berdasarkan banyak penelitian dengan parameter streetscape dari Copenhagen Index bahwa banyak kota di Indonesia yang belum layak masuk kategori sebagai kota ramah sepeda. Banyak kota yang belum memenuhi standar, selain itu kita memerlukan strategi kolaborasi dan perencanaan matang untuk membentuk kota yang ramah bagi pesepeda dan pejalan kaki. Bila itu terlaksana artinya kota tersebut sudah masuk dalam kriteria Kota Ramah Hak Asasi Manusia.

Apa yang dapat dapat kita lakukan terutama pemerintah daerah? Mungkin dapat kita awali dengan membangun infrastruktur jalan dan fasilitas sepeda yang ideal. Mengeluarkan kebijakan untuk mendorong peningkatan modal share sepeda. Berikutnya dengan mengkampanyekan gerakan bike to work, dan terakhir yakni dengan berkolaborasi dan berdiskusi dengan pengguna expert untuk perencanaan pembangunan berstrategi.

Dalam akhir tulisan ini saya mempunyai harapan besar bila ke depannya, bersepeda tidak membatasi kelas-kelas sosial tertentu. Namun bersepeda untuk semua kalangan tanpa terkecuali dengan misi besar bahwa bersepeda dan berjalan kaki bertujuan untuk mengurangi emisi karbon. Salah satu cara kecil dan langkah konkret kita dalam upaya menyelamatkan bumi yang semakin panas. []

 

Tags: Bersepedagaya hidupJalan KakiLife Styleolahragatransportasi
Efrial Ruliandi Silalahi

Efrial Ruliandi Silalahi

Suka Menonton Film dan Pemburu Buku Gratisan

Terkait Posts

Jilbab dan Hijab

Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

2 Juni 2025
Perempuan Memakai Jilbab

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

2 Juni 2025
Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Jilbab Menurut Ahli Tafsir

2 Juni 2025
Makna Hijab dalam

Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

2 Juni 2025
Hijab

Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

1 Juni 2025
Jilbab

Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

1 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID