Mubadalah.id – Tepat sekitar pukul 00.00 WIB (Kamis, 5/8/2021) rombongan terakhir tim Indonesia yang berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 akhirnya sampai juga di Bandara Soekarno Hatta. Tim atlet tersebut bukan hanya terdiri dari cabang olahraga badminton saja tapi juga dari weightlifting hingga atletik.
Selain dua peraih medali perunggu, Anthony Sinisuka Ginting (bulu tangkis tunggal putra) dan Rahmat Erwin Abdullah (angkat besi nomor 73 kg putra), kloter kontingen Indonesia itu juga membawa pulang pasangan ganda putri peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Pun demikian dengan dua atlet atletik lain, Lalu Muhammad Zohri (lari 100 meter putra) dan Alvin Tehupeiory (lari 100 meter putri), serta lifter Nurul Akmal yang turun di kelas +87kg putri.
Yang menyesakkan ketika diadakan acara penyambutan oleh jajaran Kementerian Olahraga, termasuk Menpora Zainudin Amali terdapat tindakan tak menyenangkan yang dialami oleh lifter asal Aceh, Nurul Akmal. Persisnya, ketika ia maju mengambil karangan bunga, tiba-tiba celetukan kencang dengan nada mengejek menjurus padanya, “yang paling kurus!”
Sontak teriakan keras yang mewarnai kejadian yang disiarkan secara langsung oleh akun Instagram resmi dari tim olimpiade nasioanal itu pun memancing kecaman dari banyak warganet. Body shaming (mempermakukan orang lain terkait bentuk tubuhnya) yang ia lontarkan bukan saja merusak suasana kegembiraan para olahragawan yang baru saja datang, tapi juga terdengar sangat menyebalkan di saat Nurul Akmal jauh lebih membutuhkan dukungan serta apresiasi usai berlaga di Tokyo.
Sebagai catatan, lifter perempuan kelahiran Banda Aceh tersebut menyelesaikan turnamen dengan total angkatan 256 kg dengan 115 kg di snatch dan 141 kg di clean & jerk. Hasil tadi menempatkan Amel, begitu ia akrab disapa, di posisi kelima. Pencapaian yang luar biasa, mengingat sebelumnya ia hanya sempat menjajal kejuaraan angkat besi regional dan dunia, dan ini kali pertama ia turut serta dalam gelaran sekelas olimpiade dengan lawan-lawan yang kompetitif.
Alih-alih, turut bahagia dengan apa yang ia capai, seorang oknum yang hadir di bandara dini hari tadi justru melontarkan ejekan tak mengenakkan. Tak ayal banyak yang melihat siaran live tadi pagi pun menyayangkan tindakan tersebut, bahkan meminta pelaku untuk dikenakan sanksi, entah itu denda atau sanksi sosial.
Saya menilai kekesalan warganet bisa dipahami, sebab isu body shaming sejauh ini kerap disepelekan. Di masyarakat kita sendiri, hingga kini bully-an soal berat badan masih dianggap suatu hal yang wajar, bahkan seakan dilanggengkan karena hanya dilihat sebagai kewajaran atau sebatas bercanda semata. Padahal body shaming yang dilakukan secara terus-menerus dapat membuat orang yang menerimanya mengalami gangguan kesehatan mental.
Memang di awal, korban kerap menerimanya sebagai hal sepele, pun terkadang hanya tersipu malu. Namun lama kelamaan jika sudah berlebihan, apalagi jika dilakukan oleh orang terdekat, itu akan membuat penerima bully-an menganggap dirinya tidak berguna. Bahkan bila berlanjut, dan tak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan depresi dan gangguan makan.
Tak hanya Nurul Akmal yang mengalami perundungan meski sudah mencatatkan berbagai prestasi, di luar sana perempuan bertubuh besar lain dengan banyak pencapaian mengakui bahwa mereka juga mengalami hal yang sama. Dalam salah satu video dari kanal YouTube platform donasi ternama tanah air, Angela Ariesta, seorang plus size dancer mencerita pengalamannya dalam melawan bully dan body shaming. Sebagai penari, ia seringkali menerima cercaan terhadap profesi yang dijalaninya, “lo lari aja susah, gimana mau nge-dance?”
Terlebih stereotip yang menyiratkan penari harus kurus, membuat dirinya harus berkali-kali menguatkan diri untuk tetap menjalani pekerjaan yang ia sukai. Bahkan ketika ia mendaftarkan diri sebagai anggota gym, alih-alih mendapatkan motivasi untuk hidup lebih sehat, ia justru mendapatkan tekanan untuk harus kurus segera. Bahkan hal itu dikait-kaitkan dengan stigma kecantikan sempit, “cowok-cowok itu pada mau sama cewek yang kurus, yang cantik. Kalau gemuk ya nggak akan dapat cowok.”
Awal mendapatkan sindiran itu, ia berusaha untuk tenang, tak menanggapi. Namun, ketika ia membuat akun Instagram dan video dari akunnya sempat viral, hingga ia mendapatkan banyak komentar negatif. Hal tersebut sempat membuat Angela down dan mempertanyakan kondisinya: emang gue salah ya, jadi gemuk? Emang apa yang salah sama tubuh gue?
Namun, ia tak membiarkan kesedihannya berlarut-larut. Demi mematahkan ejekan yang merendahkan dirinya, Angela pun tetap terus giat berlatih dan menari. Bahkan ia sempat diundang ke stasiun TV dan mengisi beberapa acara besar di Jakarta. Hal yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
Sama seperti atlet angkat besi Nurul Akmal, Angela juga lebih memilih meningkatkan kapasitas diri daripada terus menanggapi omongan orang lain. Tak heran, baik Amel maupun Angela akhirnya dapat menorehkan prestasi tinggi. Bahkan Amel mencatatkan sejarah sebagai putri pertama Aceh yang tampil di olimpiade.
Sebelum berlaga di Tokyo, ia bahkan meraih medali perak di ISG 2017, serta medali perunggu pada Qatar Cup. Oleh karenanya, bila masih ada orang yang mengejek Amel ketika penyambutan tim olimpiade, saya kira sebelum melakukan body shaming, mereka haruslah berkaca terlebih dahulu: prestasi apa saja yang sudah mereka punya? Tak bisakah sejenak menghargai atlet kita yang telah mencurahkan segalanya demi negeri tercinta? []