Perayaan Internasional Women’s Day (IWD) sudah terlewat beberapa hari lalu, namun perayaannya masih terasa sampai saat ini. Sebab IWD patutnya dirayakan tiap hari sepanjang perempuan belum seutuhnya memperoleh hak-haknya.
Mengutip situs resmi entitas PBB untuk perempuan, UN Women, Hari Perempuan Internasional tahun ini mengusung tema, “I am Generation Equality: Realizing Women’s Rights” atau “Saya Generasi Setara: Menyadari Hak Perempuan”. Tema tersebut sejalan dengan kampanye baru UN Women, Generation Equality.
Tema tersebut juga menandai peringatan 25 tahun Beijing Declaration and Platform for Action, peta panduan bagi pemberdayaan perempuan di seluruh dunia.
Kampanye Generation Equality menyoroti beberapa isu yang menjadi perhatian selama beberapa tahun terakhir. Isu tersebut di antaranya soal kekerasan berbasis gender, otonomi tubuh, keadilan dan hak ekonomi untuk semua, inovasi teknologi untuk kesetaraan gender, hak seksualitas dan kesehatan reproduksi, aksi feminis untuk perubahan iklim, dan kepemimpinan feminis.
Meski masih banyak pekerjaan rumah, ada beberapa perubahan positif yang bisa dirayakan. Salah satunya adalah angka kematian ibu yang turun 38 persen sejak tahun 2000.
Undang-undang yang mengatur diskriminasi terhadap perempuan sudah dilembagakan di banyak negara sejak 25 tahun yang lalu. Tak hanya itu, sebanyak 131 negara sudah mendukung penghapusan diskriminasi gender.
Lalu, lebih dari tiga per empat negara di dunia sudah memiliki aturan anti kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, jumlah anak perempuan di sekolah lebih banyak dari sebelumnya. Perempuan yang menjalani pendidikan tersier, secara global lebih banyak dari laki-laki.
Wujud ketidakadilan gender seperti beban ganda, stereotip, dan lainnya berdampak pada ketimpangan akses, pemberdayaan, dan peran perempuan di masyarakat.
Masyarakat memiliki peran krusial untuk memutus mata rantai ketidakadilan dan mewujudkan pemberdayaan perempuan. Masing-masing dari kita memiliki peran penting untuk dapat mewujudkannya. Peran apa saja yang bisa kita lakukan?
1. Menghadirkan lingkungan yang aman
Setiap kita harus menghadirkan lingkungan aman kepada orang lain. Sikap saling suportif dan lingkungan aman terhadap semua orang untuk mengekspresikan dirinya sangat diperlukan, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki yang ingin menjadi bapak rumah tangga dan perempuan yang ingin menjadi perempuan karir.
Dengan mendukung dan membiarkan ekspresi dirinya masing-masing, maka perkembangan positif dalam bentuk pemberdayaan perempuan akan hadir dan dapat tercipta dengan sendirinya.
2. Mendorong laki-laki terlibat dalam pekerjaan domestik
Pemberdayaan ekonomi perempuan memang diperlukan kerjasama semua pihak, baik secara individu maupun kolektif. Salah satunya adalah dengan mendorong laki-laki untuk terlibat dalam pekerjaan domestik.
Pelibatan laki-laki dalam pekerjaan domestik menjadi satu hal penting yang dapat mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan. Beban yang ditopang akan terbagi sehingga perempuan tidak mengalami beban ganda dalam kehidupannya. Dengan begitu, laki-laki juga bisa menjadi agen perubahan bagi laki-laki lain untuk mendorong inklusifitas.
3. Saling menghargai
Menumbuhkan sikap saling menghargai terhadap pendapat dan pilihan orang lain. Hargai pilihan orang lain dalam berkarir maupun berbagi peran domestik. Karena dengan bersikap seperti itu akan tumbuh dan meningkatkan rasa empati pada diri kita dan juga orang lain.
Maka, saya menutup tulisan ini dengan sebuah pertanyaan, sudahkah kita menanamkan sikap kesalingan untuk mewujudkan hidup berkeadilan? []