• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal

Banyak peneliti di bidang humaniora mencoba mengulas kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/SQ). Berikut kecerdasan spiritual menurut Danar Zohar dan Ian Marshal

M. Naufal Waliyuddin M. Naufal Waliyuddin
17/05/2022
in Hikmah
1
Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal

Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal

1.7k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagaimana kiat membaca kecerdasan spiritual? Di zaman sekarang, besarnya gelombang persaingan hidup yang ketat telah memicu banyak manusia menjadi rentan: mudah stress, frustrasi, bahkan depresi. Berikut kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshal.

Pola ini muncul, salah satunya, karena efek paradoks dari kemajuan iptek sehingga menyebabkan semaraknya gaya hidup yang cenderung hedonistik, dan relatif terjebak gejala pseudo-happiness dari manusia kekinian.

Terlebih dengan adanya era digital sekarang, selain membantu mempermudah hajat hidup manusia, ia juga membawa serta imbas sampingan. Contohnya, hal ironis di mana manusia yang awalnya menjadi subjek teknologi, kini beralih menjadi objek dari teknologi ciptaan mereka sendiri. Realitas konkret yang dapat diamati adalah ketidakmampuan kita melepaskan smartphone, dan keterjajahan kita dalam mengatur jadwal bermain medsos. Malah kita-lah yang justru diperkuda olehnya.

Ihwal tersebut telah menggejala sejak roda revolusi industri bergulir sehingga pada akhirnya memicu kegelisahan dalam diri manusia. Dan ini sudah tercium oleh sejumlah ilmuwan dan aktivis di masa lalu, salah satunya adalah Erich Fromm. Bahwa manusia modern pada suatu masa akan mengalami ketidakstabilan jiwa karena cara kerja industrial yang dituntut harus serba-efisien, predictable, dan mekanis.

Manusia beserta kecerdasan intelektual kognitifnya (IQ), dengan demikian, merasa seolah menjadi robot. Dalam bahasa akademisi Muslim semisal Seyyed Hossein Nasr, Haidar Bagir dan M. Nursamad Kamba, manusia kini mengalami “kegersangan spiritual”. Dari sinilah banyak peneliti di bidang humaniora mencoba mengulas kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/SQ), melampaui arus utama zaman itu yang mengidolakan IQ.

Baca Juga:

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Prinsip Penghormatan dan Kasih Sayang Jadi Fondasi untuk Berelasi Antar Manusia

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

Kiat Membaca Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal

Salah satu buku rujukan utama dalam mengulas kecerdasan spiritual secara akademik adalah karya Danah Zohar dan Ian Marshall berjudul SQ: Spiritual Intelligence – The Ultimate Intelligence. Menurutnya, kecerdasan spiritual itu kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumbernya terpaut langsung dengan inti alam semesta sendiri.

Agar tidak terkesan abstrak, ia membabarkan secara lebih sederhana dan fungsional bahwa kecerdasan spiritual adalah kesanggupan untuk menghadapi, memecahkan, dan memaknai persoalan hidup ke dalam konteks yang lebih luas dan utuh (holistic).

9 Acuan Awal Kecerdasan Spiritual

Untuk memberikan ilustrasi lebih konkret lagi, di bawah ini ada beberapa poin yang bisa dijadikan acuan (awal, bukan final) dalam ‘mengintip’ karakter orang yang cerdas secara spiritual terutama jika ditinjau dari kacamata psikosufistik:

  1. Kemampuan bersikap fleksibel.
  2. Level kecerdasan kognitifnya juga relatif tinggi dan produktif.
  3. 3. Bijak menyikapi penderitaan.
  4.  Kesanggupan mengatasi rasa takut.
  5. Kualitas dan pandangan hidupnya diarahkan oleh visi dan nilai.
  6. Tidak berniat untuk membuat kerusakan.
  7.  Berkecenderungan menelaah dan mencermati keterkaitan (interconnected) pelbagai urusan, aspek, anasir, peristiwa, dan hal-hal (cara pandang holistik).
  8. Cenderung bertanya “mengapa” dan “bagaimana jika”.
  9. Pemimpin yang berdedikasi tinggi, tulus mengabdi, dan konsekuen.

Sejumlah ciri-ciri di atas tentu saja berlaku universal, bukan dari kelompok atau identitas keagamaan tertentu saja. Dengan begitu, sangat mungkin akan tampak ada titik temu di ‘alam akhlak’ dan ‘cara pandang’ dalam diri individu Muslim yang cerdas secara spiritual dengan individu non-Muslim yang cerdas spiritual juga.

3 Komponen Kecerdasan Spiritual Menurut Davis Robert Emmons

Kemudian jika ingin melihatnya dari karakteristik Davis Robert Emmons, orang yang cerdas secara spiritual dipertimbangkan memiliki beberapa komponen berikut ini:

  1. Ketangkasan mentransendensi, sanggup memandang dan mencerap suatu realitas atau fenomena melampaui (beyond) pengamatan fisik material inderawi.
  2. Kepekaan untuk ‘menyucikan’ aktivitas keseharian. Individu yang secara spiritual cerdas dapat memaknai dan menghayati berbagai aktivitas, peristiwa, dan multigejala dengan kesadaran luhur Ilahiah.
  3. Kemampuan menggunakan potensi batiniah (akal dan intuisi) untuk memecahkan permasalahan, serta hal ini akan menjadikannya mampu mengelola skala prioritas dengan tepat.
  4. Kecakapan dalam berbuat baik, seperti menunjukkan belas kasih, rasa terima kasih, kerendahan hati, dan kualitas luhur manusia sejenisnya.

Berpijak dari uraian poin-poin di atas, tentu saja itu belum cukup untuk dijadikan tolok ukur baku untuk menilai apakah seseorang itu cerdas secara spiritual ataukah tidak. Namun demikian, setidaknya dari beberapa kualitas yang tampak dari karakteristik tersebut dapat kita jadikan bekal awal untuk mendidik dan melatih diri agar cerdas secara holistik (lengkap). Di sisi lain, kita juga dapat memantau individu-individu di sekitar kita, mana yang memiliki kualitas di atas sehingga kita tidak keliru dalam memilih teladan. []

Sumber Bacaan:

Ali Mustofa. 2018. “Pendidikan Tasawuf Solusi Pembentukan Kecerdasan Spiritual dan Karakter”. Inovatif, 4(1), 111-139.

Danah Zohar & Ian Marshall. 2007. SQ: Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan.

Istiani N, & Islamy A. 2018. “Objektifikasi Nilai-nilai Psiko-Sufistik dalam Pendidikan Spiritual. HIKMATUNA: Jurnal for Integrative Islamic Studies, 4(2), 234-245.

  1. Naufal Waliyuddin. 2021. “Pendidikan Nilai Perspektif Psikosufistik (Integrasi Psikologi dan Tasawuf dalam Mengembangkan Spiritualitas dalam Pendidikan)”. Syifa al-Qulub: Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik, 5(2), 86-96.
Tags: HikmahKecerdasanmanusiaPendidikan KarakterpsikologiSpiritualsufistik
M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Redaktur metafor.id. Peneliti swadaya seputar generasi muda dan sosial keagamaan. Alumni Tasawuf Psikoterapi dan Interdisciplinary Islamic Studies. Pegiat literasi dan seni yang kerap menulis dengan nama pena Madno Wanakuncoro.

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID