Mubadalah.id – Relasi antara suami dan istri adalah teladan pertama yang akan dilihat oleh anak. Ketika seorang ayah memperlakukan ibunya dengan penuh hormat, anak belajar tentang makna keadilan dan kasih. Begitu pula ketika seorang ibu menunjukkan penghargaan dan kehangatan terhadap suaminya, anak memahami arti kerja sama dan kesalingan.
Sebaliknya, jika yang tumbuh dalam keluarga adalah pola relasi yang timpang di mana laki-laki menggunakan otoritasnya untuk menguasai. Maka nilai ketidakadilan akan ikut ia wariskan.
Bahkan, anak-anak akan tumbuh dengan persepsi bahwa kekuasaan adalah hak salah satu pihak. Bukan amanah untuk kebaikan bersama.
Padahal, dalam perspektif Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam Buku Qiraah Mubadalah, laki-laki dan perempuan adalah mitra setara dalam kemanusiaan, yang sama-sama diberi tanggung jawab untuk menebar kebaikan di muka bumi.
Karena itu, perintah untuk berbuat baik kepada keluarga tidak hanya berlaku bagi perempuan agar taat kepada suami. Tetapi juga bagi laki-laki agar memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan penuh kasih dan tanggung jawab moral.
Kebaikan yang Menular Melalui Generasi
Kiai Faqih menulis, “Jika yang diterima dan diserap seorang anak adalah kebaikan. Maka kebaikan pula yang akan ia semaikan di kehidupannya nanti bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa, dan dunia.”
Sebaliknya, jika yang ia wariskan adalah kekerasan dan ketidakadilan. Maka hal itu akan berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Oleh karena itu, keluarga adalah bukan ruang patriarki, melainkan ruang pendidikan moral yang menumbuhkan keadilan dan kasih sayang. Dalam konteks ini, peran laki-laki menjadi sangat penting. Sebab, secara sosial dan struktural, mereka sering memiliki pengaruh dan posisi kuasa yang besar dalam keluarga.
Padalah, ajaran Islam, menurut Kiai Faqih, telah menegaskan agar pengaruh dan kewenangan itu untuk kebaikan, bukan untuk menegasikan kemanusiaan perempuan.
Kewajiban berbuat baik (ihsan) kepada keluarga, sebagaimana dalam al-Qur’an, adalah standar moral tertinggi dalam Islam.
Rasulullah Saw. bahkan bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menegaskan bahwa ukuran kesalehan seseorang bukan hanya diukur dari ibadah ritual, tetapi dari bagaimana ia memperlakukan keluarganya. []