Mubadalah.id – Kesuksesan pengobatan anak penderita CTEV menjadi bukti nyata kesalingan orang tua antara ayah dan ibu. Jika ditanya, apakah ada orang tua yang ingin anaknya terlahir tidak normal. Tentu semua orang tua akan mengatakan tidak.
Jagat maya geger dengan video kiriman oleh sebuah akun faceebok yang menceritakan mengenai perjuangan seorang ibu dan suaminya dalam menyembuhkan CTEV bayinya. Sontak saja unggahan ini mendapat ratusan ribu tanggapan positif dari Masyarakat. Bahkan sudah tayang selama jutaan kali. Berduyun-duyun masyarakat memberikan dukungan lewat komentar di video tersebut.
Bagaimanakah Sosok Bayi Tersebut ?
Bayi yang diberi nama Muhammad Farel Al Hafidz Zaini terlahir dengan kondisi yang berbeda dari bayi lainnya. Dimana Farel terlahir dengan kondisi kaki yang tidak normal, kelainan ini disebut CTEV atau Clubfoot atau biasa kita kenal dengan kaki pengkor.
Melansir dari Halodoc, clubfoot adalah bentuk kelainan kaki yang biasanya muncul saat lahir (bawahan). Di mana kaki bayi terpelintir keluar dari bentuk atau posisinya. Pada kaki pengkor, jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang (tedon) lebih pendek dari biasanya.
Dibawa ke Tukang Urut
Karena minimnya pengetahuan terkait CTEV, akhirnya sepasang sumai istri ini membawa Farel ke tukang urut saat usianya menginjak 4 hari. Setiap 2 hari kaki Farel mereka balut dengan daun-daunan oleh tukang urutnya.
Bukannya sembuh, kaki Farel malah merah-merah sampai iritasi ketika balutan dedaunan mereka buka. Kadang si ibu memasang gips di kaki mungil Farel secara mandiri menggunakan kardus dan perban. Ia berharap dengan melakukan itu kaki Farel bisa lurus seperti bayi lainnya.
Masuk ke Ranah Medis
Karena tidak membuahkan hasil dari proses urut, akhirnya pasangan suami istri memutuskan untuk mengobati Farel dengan pengobatan medis. Saat itu usia Farel baru 2 bulan, dan betapa bersyukurnya sang istri karena mertuanya mau menemani dan mendampingi pengobatan Farel.
Pasangan suami istri membawa Farel ke Jambi untuk mendapatkan penanganan medis. Farel mereka gips selama enam kali namun tidak membuahkan hasil yang signifikan. Hal ini tentu membuat mereka merasa sedih. Namun mereka tidak pernah berputus asa demi kesembuhan sang buah hati yang telah lama mereka tunggu kehadirannya.
Berobat ke Solo
Setelah mencari infromasi mengenai dokter orthopedi anak yang bagus di Indonesia, maka mereka nekad membawa Farel untuk berobat ke Solo. Sampailah mereka ke RSO Soeharso Solo dan bertemu dengan seorang dokter spesialis orthopedi bernama Dr. Anung (bapak CTEV nya Indonesia).
Di Solo Farel di gips selama delapan kali, dan gipsnya lebih tebal. Kaki Farel benar-benar dibentuk seperti kaki pada umumnya. Setelah gips keempat, farel harus menjalani operasi pemanjangan tendon untuk kaki sebelah kiri. Hal ini mereka lakukan karena kaki kiri lebih kaku, sedangkan kaki kanan hanya perlu digips.
Betapa remuk hati seorang ibu ketika melihat bayinya yang baru berusia enam bulan harus merasakan dinginnya meja operasi. Ia selalu berdoa semoga anaknya bisa sembuh seperti anak normal lainnya. Ia juga selalu membisikkan kata-kata ini pada anaknya,
“Kamu anak yang hebat !”
Mungkin kata-kata dari sang ibu yang menjadi penguat Farel selam proses pengobatannya. Kata-kata positif dari sang ibu yang membuat Farel menjadi kuat.
Proses Penyembuhan
Setelah proses operasi dan gips kaki selama delapan kali, kaki Farel terlihat seperti kaki bayi pada umumnya. Namun pejuangan belum berakhir, Farel masih harus menggunakan sepatu berpalang besi yang digunakan khusus untuk CTEV (FAB).
Hal ini mereka lakukan untuk mempertahankan kaki yang sudah normal agar tidak kembali ke bentuk semula. Sepatu berpalang harus ia gunakan 23 jam/hari selama lima bulan dan berlanjut 16 jam/hari sampai usia 4 tahun.
Si pemilik akun menambahkan kata-kata;
“Its okay, ada free 8 jam buat main iya nak.”
Kata-kata itu seolah ditujukan kepada anaknya, namun lebih kepada menguatkan diri sendiri dalam mendampingi proses penyembuhan putranya.
Tidur adalah waktu yang wajib untuk memakai sepatu berpalang. Dan bersyukurnya sepatu itu sama sekali tidak mengganggu proses tumbuh kembang Farel. Ia bisa berguling, merangkak, dll. Bahkan hal yang paling ditunggu oleh semua orang tua di dunia adalah langkah pertama sang buah hati. Farel bisa berjalan layaknya anak normal pada usia 16 bulan.
Si ibu menulis caption ini;
“ulat yang sudah berubah menjadi kupu-kupu, semangat iya warrior cilik CTEV.”
Tulisan ini sebagai ungkapan kebahagiaan sang ibu dalam proses dan pencapaian yang anaknya raih. Bahagia bisa membersamai, mendampingi dan melakukan yang terbaik demi penyembuhan sang anak.
Benar kata pepatah,
“tak ada yang tak mungkin selama kita berdoa dan berusaha.”
Hal inilah yang orang tua Farel lakukan, sehingga ia bisa sembuh dari CTEV. Walau proses panjang yang harus mereka lalui dan tentu saja biaya yang tak sedikit. Namun tidak menjadi pantangan bagi kedua orang tua Farel untuk menyerah.
Lantas Apa Peran Ayah?
Peran ayah adalah mendampingi, memberi dukungan dan memberikan motivasi serta perkataan baik kepada ibu si bayi. Kata-kata positif dari ayah membuat sang ibu merasa lebih baik dan berpikiran positif. Sehingga pikiran positif ibu akan mengalir kepada bayi.
Bukan hanya itu, dalam video tersebut sang ayah juga aktif turut mengambil peran pengsuhan untuk Farel. Ia mendampingi dan mendukung semua pengobatan yang ia lakukan bersama sang istri. Dalam video, juga terlihat bahwa sang ayah dengan sigap membantu Farel belajar berjalan, dan menangkapnya ketika terjatuh.
Begitu indahnya jika kesalingan orang tua dapat terrealisasikan dalam rumah tangga. Tak ada kata paling antara ayah dan ibu, tak ada kata ini tugas siapa atau itu tugas siapa. Melainkan semua itu adalah tugas bersama yang diemban ketika kata qobiltu nikaha terucap. Tak ada lagi kata aku dan kamu, yang ada hanya kata kita.
Semoga semua orangtua di luar sana yang memiliki anak tidak normal bisa sekuat orang tua Farel. Walau banyak stigma negatif yang mereka terima karena kecacatan pasca kelahiran. Dan perempuanlah yang akan kita salahkan, karena ia yang mengandung dan melahirkan. Peran laki-laki menjadi penguat dan support system bagi sang ibu. []