Rabu, 24 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

    Feminisme

    Julia Suryakusuma: Feminisme Masih Dibutuhkan di Tengah Krisis Multidimensi Indonesia

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Biologis Perempuan

    Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

    Keadilan Hakiki

    Keadilan Hakiki bagi Perempuan Menjadi Bagian dari Prinsip Universal

    Keadilan Hakiki

    Keadilan Hakiki bagi Perempuan sebagai Jalan Dakwah Ulama Perempuan

    Hari Ibu

    Apa yang Sebetulnya Kita Rayakan di Hari Ibu?

    Dakwah Advokasi

    Dakwah Advokasi Harus Berakar pada Prinsip Al-Ma’un

    Perempuan Difabel

    Mengapa Perempuan Difabel Sulit Mengakses Keadilan Hukum?

    Dakwah Advokasi

    Dakwah Advokasi sebagai Jalan Ulama Perempuan Mengawal Kebijakan yang Berpihak pada Perempuan

    Meruwat Bumi

    Dari Merawat ke Meruwat Bumi: Jalan Spiritualitas Ekoteologis

    Konflik Agraria

    Penguasaan Lahan oleh Korporasi Perparah Konflik Agraria

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

    Feminisme

    Julia Suryakusuma: Feminisme Masih Dibutuhkan di Tengah Krisis Multidimensi Indonesia

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Biologis Perempuan

    Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

    Keadilan Hakiki

    Keadilan Hakiki bagi Perempuan Menjadi Bagian dari Prinsip Universal

    Keadilan Hakiki

    Keadilan Hakiki bagi Perempuan sebagai Jalan Dakwah Ulama Perempuan

    Hari Ibu

    Apa yang Sebetulnya Kita Rayakan di Hari Ibu?

    Dakwah Advokasi

    Dakwah Advokasi Harus Berakar pada Prinsip Al-Ma’un

    Perempuan Difabel

    Mengapa Perempuan Difabel Sulit Mengakses Keadilan Hukum?

    Dakwah Advokasi

    Dakwah Advokasi sebagai Jalan Ulama Perempuan Mengawal Kebijakan yang Berpihak pada Perempuan

    Meruwat Bumi

    Dari Merawat ke Meruwat Bumi: Jalan Spiritualitas Ekoteologis

    Konflik Agraria

    Penguasaan Lahan oleh Korporasi Perparah Konflik Agraria

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit sampai Wafat

Jadi, kisah di atas karena lemah, seharusnya gugur dan tidak boleh dijadikan dasar narasi atau ajaran Islam yang mewajibkan seorang perempuan mentaati suami tinggal di dalam kamarnya dan meninggalkan kewajibannya berbakti pada orang tua.

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
23 Juni 2022
in Keluarga, Rekomendasi
0
istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

17.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan ini mengisahkan sebuah cerita istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit. Alkisah ada seorang laki-laki yang hendak bepergian jauh. Ia meminta istrinya untuk tidak turun dari lantai atas rumahnya ke lantai bawah. Ayah sang istri berada di lantai bawah. Tiba-tiba, sang Ayah jatuh sakit. Kemudian putrinya yang di lantai atas, karena suaminya memintanya untuk tidak turun ke bawah, mengutus seseorang pergi ke Rasulullah Saw, menanyakan: bolehkah ia turun ke bawah membesuk dan merawat ayahnya.

Katanya, dalam kisah tersebut: sang Rasul Saw menjawab: “Taati suamimu”. Selang beberapa hari, lalu sang ayah wafat. Iapun kembali mengutus dan bertanya kepada Rasulullah Saw. Jawaban yang sama terucap: “Taati suamimu”. Ketika jenazah sang ayah dikebumikan, ada utusan Rasulullah Saw yang datang kepada perempuan tersebut, dan menyampaikan bahwa dosa-dosa ayahnya dimaafkan karena ketaatannya pada suaminya.

Kisah Istri Taat Suami Tak Kunjungi Ayah Tak Ada di Kitab Hadis Induk

Kisah istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit ini, bagi beberapa kalangan awam, menjadi dasar narasi dan ajaran bahwa suami adalah paling penting bagi seorang perempuan. Bahkan bila berbanding dengan ayahnya sendiri yang sakit keras di ujung kematian. Di atas suami, hanyalah Allah Swt. Bahkan dalam beberapa kasus, perintah Allah Swt bisa tertangguhkan demi kepentingan perintah suami. Hampir-hampir, perempuan seperti bukan lagi hamba Allah Swt, melainkan hamba suaminya. Pernikahanpun bukan lagi sebagai akad untuk memadu kasih sayang, melainkan penghambaan seorang perempuan bagi seorang laki-laki. Di sinilah persoalan besarnya.

Kisah ini, karena bercerita tentang dan mengandung pernyataan Nabi Saw, masuk sebagai kategori hadits. Hanya saja, dalam kajian takhrij (analisis rantai periwayat), tidak ada satu kitab haditspun yang kredibel yang meriwayatkan hadits ini. Tidak Sahih Bukhari (w. 256 H/880 M), Sahih Muslim (w. 261 H/875 M), Sunan Turmudzi (w. 279 H/892 M), Sunan Abu Dawud (w. 275 H/889 M), Sunan Ibn Majah (w. 273 H/887 M), ataupun Sunan an-Nasai (w. 303 H/915 M).

Kitab-kitab ini yang biasa kita kenal dengan Kutub as-Sittah, atau Enam Kitab Hadits Utama tidak meriwayatkan kisah di atas. Hal yang sama juga Kitab Muwatta’ Imam Malik (w. 179 H/ 792 M) dan Musnad Imam Ahmad (w. 241 H/855 M. Kisah tersebut tidak ada di semua kitab hadits ini. Kisah ini juga tidak terdapat dalam kitab-kitab sejarah biografi (Sirah) Nabi Muhammad Saw, seperti Sirah Ibn Ishaq (w. 151 H/768 M) dan Sirah Ibn Hisyam (w. 218 H/834 M). Tidak juga di dalam kitab-kitab Tafsir awal seperti Tafsir ath-Thabari (w. 310 H/923 M).

Dari Mana Kisah Istri Taat Suami Tak Kunjungi Ayah yang Sakit?

Lalu darimana kisah istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit ini begitu populer bagi beberapa kalangan masyarakat Muslim di Indonesia dan dunia?

Kami menduga, yang membuat kisah ini populer karena yang menyampaikannya adalah ulama kharismatik dan proliferik, Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) dalam magnum opusnya Kitab Ihya ‘Ulumuddin. Di jilid kedua, mengenai hal-hal terkait adat kebiasaan selain ibadah (al-‘adat), pasal kedua mengenai adab pernikahan, ada bab terkait hak-hak suami atas istri. Di dalam bab inilah Imam al-Ghazali menyampaikan kisah perempuan tersebut.

Kisah ini, dikutip Imam al-Ghazali tanpa menyebut rantai sanad yang mempertanggung-jawabkan kisah atau hadits tersebut. Juga tanpa menyebut perawi ulama hadits yang mencatat dan menyimpannya dalam suatu kitab tertentu. Ulama hadits yang otoritatif, Imam al-Hafiz Zayn ad-Din al-‘Iraqi (w. 806 H/1403 M) melakukan penelusuran (takhrij) terhadap sanad dan perawi seluruh hadits-hadits Kitab Ihya’ Ulumuddin.

Penelusuran ini dibukukan dalam kitabnya: “al-Mughni ‘an al-Asfar fi al-Isfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min al-Akhbar”. Di dalam kitab ini, al-Hafizh al-‘Iraqi menyatakan bahwa kisah ketaatan perempuan, yang tersebut dalam Kitab Ihya al-Ghazali, diriwayatkan Imam ath-Thabrani (w. 360 H/913 M) dalam al-Mu’jam al-Awsath dengan sanad yang lemah (dha’if).

Dalam standar ilmu Musthalah al-Hadits dan Ushul Fiqh, hadits dengan sanad lemah tidak bisa menjadi sandaran hukum, untuk mewajibkan sesuatu, atau mengharamkan sesuatu (Lihat: Subhi Shalih, ‘Ulum al-Hadits wa Musthalahuhu, Beirut: Dar al-Ilm lil-Malayin, hal. 210-214). Jadi, kisah di atas karena lemah, seharusnya gugur dan tidak boleh dijadikan dasar narasi atau ajaran Islam yang mewajibkan seorang perempuan mentaati suami tinggal di dalam kamarnya dan meninggalkan kewajibannya berbakti pada orang tua.

Beberapa ulama, memang, ada yang membolehkan menggunakan hadits lemah untuk meningkatkan amal kebaikan. Misalnya meningkatkan ibadah, shalat, puasa, bersedekah, menolong, dan berbuat baik kepada sesama. Tetapi bukan untuk mewajibkan sesuatu, atau menggugurkan suatu kewajiban. Kisah tersebut nyata-nyata menggugurkan kewajiban seorang perempuan untuk membesuk ayahnya yang sakit, merawatnya, dan melayatnya ketika wafat. Padahal perempuan dan ayahnya dalam satu rumah, hanya beda lantai saja.

Berbuat Baik kepada Orang Tua

Berbuat baik kepada orang tua sangat nyata dalam Islam adalah wajib bagi anak, laki-laki maupun perempuan (QS. An-Nisa, 4: 36; al-An’am, 6: 151; al-Isra’, 17: 23; dan al-Ahqaf, 46: 15). Selain al-Qur’an, banyak sekali teks-teks hadits yang mewajibkan seorang anak untuk berbuat baik kepada orang tua, melayani, dan merawat mereka ketika sakit. Apalagi kepada orang tua yang serumah. Bahkan sesama muslim saja, kewajiban menjenguk ketika sakit dan melayat ketika wafat adalah kewajiban yang nyata dan terang benderang.

عن أبي هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلاَمِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ (صحيح البخاري، رقم الحديث: 1251).

Dari Abu Hurairah ra berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Kewajiban seorang Muslim kepada Muslim yang lain ada lima; menjawab salamnya, menjenguknya ketika sakit, mengantar jenazahnya (ketika wafat), memenuhi undanganya, dan mendoakanya ketika bersin. (Sahih Bukhari, no. hadits: 1251).

Dalam kajian internal teks (matan), kisah istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit di atas juga banyak sekali kejanggalan. Salah satunya, bagaimana seseorang yang tinggal di lantai atas memenuhi kebutuhannya tanpa turun ke lantai bawah. Pada masa Nabi Saw, rumah-rumah terbuat dari tanah liat. Kebanyakan dari masyarakat, bahkan keluarga Nabi Saw sendiri, buang hajat ke tanah lapang di luar rumah pada malam hari.

Bagaimana seseorang, diminta suaminya tinggal di lantai atas, bisa memenuhi kebutuhanya makan, minum, masak, dan buang hajat, tanpa ke lantai bawah terlebih dahulu? Apakah dia turun ke bawah tetapi tidak menemui ayahnya, tidak menjenguk, dan tidak melayat? Atau dia berpuasa penuh, demi perintah suami, sehingga tidak perlu buang hajat? Bagaimana juga ia menyuruh seseorang bertemu Nabi Saw, berkali-kali, tanpa turun ke lantai bawah mencari orang yang bisa ia mintai tolong?

Dengan kejanggalan-kejanggalan ini, ditambah dengan pertentangannya dengan norma-norma dasar yang ditegaskan al-Qur’an maupun hadits, kisah istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit tersebut di atas harusnya gugur sebagai dasar rumusan ajaran Islam mengenai relasi suami istri. Apalagi secara sanad ia juga lemah.

Ketaatan Harus Berkaitan dengan Kebaikan Rumah Tangga

Kisah istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit sampai wafat adalah cerita tentang ketaatan seorang perempuan kepada suaminya. Ketaatan ini bisa diterima hanya jika terkait kebaikan-kebaikan rumah tangga, yang memperkuat hubungan mereka berdua. Ketaatan ini juga harus bersifat resiprokal dengan merujuk pada pilar-pilar berumah tangga yang lima; menjaga pernikahan sebagai ikatan kokoh (mitsaqan ghalizan), berperilaku sebagai mitra satu sama lain (zawaj), saling berbuat baik satu sama lain (mu’asyarah bil ma’ruf), saling bermusyawarah (tasyawurin), dan saling ridho (taradhin). Artinya, seorang perempuan perlu mentaati suaminya sebagaimana seorang laki-laki juga perlu mentaat istirnya.

Tentu saja, ketaatan itu baik dan perlu ketika berkaitan dengan kebaikan rumah tangga dan dapat mengokohkan hubungan di antara mereka berdua. Jika sebaliknya, misalnya justru berakibat buruk, ketaatan istri maupun suami justru menjadi gugur dan bisa dibicarakan ulang oleh keduanya untuk kepentingan bersama mereka berdua. Karena yang paling penting dari ketaatan adalah menjaga relasi atau hubungan antara mereka berdua, agar keduanya bisa sakinah, mawaddah, dan rahmah. Wallahu a’lam. []

Tags: Hadits NabiperempuanperkawinanQira'ah MubadalahRelasi Suami dan Istritafsir mubadalah
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Biologis Perempuan
Publik

Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

24 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Keadilan Hakiki bagi Perempuan Menjadi Bagian dari Prinsip Universal

24 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Keadilan Hakiki bagi Perempuan sebagai Jalan Dakwah Ulama Perempuan

23 Desember 2025
Dakwah Advokasi
Publik

Dakwah Advokasi sebagai Jalan Ulama Perempuan Mengawal Kebijakan yang Berpihak pada Perempuan

23 Desember 2025
Perempuan Mollo
Publik

Perempuan Adat Mollo Pimpin Perlawanan terhadap Tambang Marmer

22 Desember 2025
Kepemimpinan Perempuan dalam
Publik

Penyempitan Ruang Kepemimpinan Perempuan Setelah Wafatnya Rasulullah Saw

20 Desember 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hari Ibu

    Apa yang Sebetulnya Kita Rayakan di Hari Ibu?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dakwah Advokasi Harus Berakar pada Prinsip Al-Ma’un

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Difabel Sulit Mengakses Keadilan Hukum?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dakwah Advokasi sebagai Jalan Ulama Perempuan Mengawal Kebijakan yang Berpihak pada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keadilan Hakiki bagi Perempuan sebagai Jalan Dakwah Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan
  • Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat
  • Keadilan Hakiki bagi Perempuan Menjadi Bagian dari Prinsip Universal
  • Ratu Saba’ dan Seni Memimpin ala Perempuan
  • Keadilan Hakiki bagi Perempuan sebagai Jalan Dakwah Ulama Perempuan

Komentar Terbaru

  • ladies gym pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • https://stduij.sa.com pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • promo code for 1xbet egypt pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • Justifikasi agama hambat penghapusan sunat perempuan: Asia Tenggara perlu belajar dari Afrika – Astaga! pada Ulama Dunia Desak Hentikan Khitan Perempuan
  • hair pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID