Kamis, 28 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek

    Game Online

    Anak Masuk Pinjol lewat Game Online: Siapa yang Lalai, Siapa yang Dirugikan?

    Hamil Muda

    Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    Abdi Negara

    Semua Dimulai dari Definisi: Antara Penguasa dan Abdi Negara

    KB

    Keluarga Berencana (KB) dalam Pandangan Islam

    Pendukung Genosida

    Dear Universitas Indonesia, Mendatangkan Narasumber Zionis Pendukung Genosida itu Mencoreng Nilai Kemanusiaan

    Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan dan Tanggung Jawab Sosial: Refleksi Setelah Delapan Puluh Tahun Indonesia Merdeka

    Makna Kemerdekaan

    Makna Kemerdekaan di Mata Rakyat: Antara Euforia Agustus dan Realitas Pahit

    Kesenjangan Gaji

    Kesenjangan Gaji antara DPR dan Rakyat, Amanah atau Kemewahan?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Gizi bayi

    Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi

    gizi

    Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

    Gizi

    Menjaga Kesehatan Ibu dan Janin melalui Asupan Gizi yang Tepat

    Istri Hamil

    Pentingnya Menjaga Kesehatan Istri Hamil

    Alat Kontrasepsi yang tepat

    Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

    KB Bukan

    KB Bukan Soal Alat Kontrasepsi, Tapi Merencanakan Keluarga secara Matang

    Menjaga Jarak Kehamilan

    Perintah Menjaga Jarak Kehamilan dalam Al-Qur’an

    Bendera Bajak Laut

    Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas

    KB yang

    Keluarga Berencana (KB) sebagai Ikhtiar Mewujudkan Anak yang Sehat dan Berkualitas

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek

    Game Online

    Anak Masuk Pinjol lewat Game Online: Siapa yang Lalai, Siapa yang Dirugikan?

    Hamil Muda

    Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    Abdi Negara

    Semua Dimulai dari Definisi: Antara Penguasa dan Abdi Negara

    KB

    Keluarga Berencana (KB) dalam Pandangan Islam

    Pendukung Genosida

    Dear Universitas Indonesia, Mendatangkan Narasumber Zionis Pendukung Genosida itu Mencoreng Nilai Kemanusiaan

    Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan dan Tanggung Jawab Sosial: Refleksi Setelah Delapan Puluh Tahun Indonesia Merdeka

    Makna Kemerdekaan

    Makna Kemerdekaan di Mata Rakyat: Antara Euforia Agustus dan Realitas Pahit

    Kesenjangan Gaji

    Kesenjangan Gaji antara DPR dan Rakyat, Amanah atau Kemewahan?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Gizi bayi

    Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi

    gizi

    Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil

    Gizi

    Menjaga Kesehatan Ibu dan Janin melalui Asupan Gizi yang Tepat

    Istri Hamil

    Pentingnya Menjaga Kesehatan Istri Hamil

    Alat Kontrasepsi yang tepat

    Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

    KB Bukan

    KB Bukan Soal Alat Kontrasepsi, Tapi Merencanakan Keluarga secara Matang

    Menjaga Jarak Kehamilan

    Perintah Menjaga Jarak Kehamilan dalam Al-Qur’an

    Bendera Bajak Laut

    Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas

    KB yang

    Keluarga Berencana (KB) sebagai Ikhtiar Mewujudkan Anak yang Sehat dan Berkualitas

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menelusuri Pengaruh Putri Dwarawati dalam Penyebaran Islam di Jawa

Pernikahan Brawijaya V dan Putri Dwarawati tidak hanya membawa langkah sang putri Champa masuk dalam Keraton Majapahit, namun itu juga membawa Islam ke dalam kerajaan yang sangat berpengaruh di Jawa kala itu

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
13 Juni 2023
in Figur
0
Putri Dwarawati

Putri Dwarawati

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belum banyak yang tahu tentang sosok Putri Dwarawati. Perempuan yang dapat kita katakan sebagai salah seorang pembawa Islam dalam Keraton Majapahit. Kehadiran Putri Dwarawati di tanah Jawa, bahkan mendahului dakwah Sunan Ampel yang merupakan Wali Songo generasi awal.

Tulisan ini tidak bermaksud membandingkan Putri Dwarawati dengan Wali Songo. Perbandingan demikian agak kurang tepat. Sebab, Putri Dwarawati dapat kita katakan merupakan bagian dari jejaring Wali Songo itu sendiri.

Sayangnya, layaknya sosok-sosok perempuan lain yang sebenarnya memiliki andil dalam kesuksesan dakwah Wali Songo, namun nama mereka masih buram dalam panggung sejarah Islam Nusantara, demikian nasib dari sosok yang satu ini.

Selama ini, dalam membaca kiprah jejaring Wali Songo, kita memang lebih fokus menyorot eksistensi para wali dari kalangan laki-laki, dan kurang melek dengan eksistensi para perempuan yang sebenarnya tanpa kehadiran mereka bisa jadi dakwah Wali Songo tidak akan sesukses yang kita ketahui saat ini.

Oleh karena itu, tulisan ini coba mengulas, bagaimana pengaruh Putri Dwarawati dalam progres penyebaran Islam di Nusantara pada masanya?

Keluarga Kerajaan Champa Menerima Islam

Menurut Babad Ngampeldenta, sebagaimana penjelasan Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo, Syaikh Ibrahim Samarkandi, atau Syaikh Molana, mendakwahkan Islam di negeri Champa (bagian wilayah Vietnam), tepatnya di Gunung Sukasari.

Wali ini berhasil mengislamkan Raja Champa, bahkan juga menjadi mantu dari raja tersebut. Dia menikah dengan anak Raja Champa yang bernama Dewi Candrawulan, dan memperoleh dua putra, yaitu Ali Murtolo (Ali Murtadho) dan Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat (Sunan Ampel).

Selain Putri Candrawulan, Raja Champa juga memiliki seorang putri lagi yang bernama Putri Dwarawati. Dan, sebagaimana keluarganya yang telah menerima Islam, putri Champa ini juga telah memeluk Islam.

Kerajaan Champa sendiri memiliki hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Hubungan baik ini sudah berlangsung sejak lama, dari masa Singasari dan terus berlanjut hingga masa Majapahit.

Oleh karena itu, sebagaimana penjelasan Agus Sunyoto, tidak mengherankan ketika Kerajaan Champa mengalami krisis akibat serangan dari Raja Vietnam bernama Le Nanh-ton dan Tanh-ton, sekitar rentang waktu 1446-1471 M, banyak penduduk Champa yang telah beragama Islam berbondong-bondong datang ke Nusantara.

Adanya hubungan baik antardua kerajaan, Champa dan Majapahit, memungkinkan terjadinya pernikahan antarelit kerajaan. Prabu Brawijaya V yang merupakan Raja Majapahit, menikah dengan Putri Dwarawati yang merupakan anak Raja Champa yang telah memeluk Islam.

Saya tidak tahu pasti kapan pernikahan ini terjadi. Namun, yang jelas pernikahan Brawijaya V dan Putri Dwarawati terjadi sebelum Champa mengalami krisis akibat peperangan, dan juga sebelum Sunan Ampel datang ke tanah Jawa.

Membawa Islam Masuk ke Keraton Majapahit

Pernikahan Brawijaya V dan Putri Dwarawati tidak hanya membawa langkah sang putri Champa masuk dalam Keraton Majapahit, namun itu juga membawa Islam ke dalam kerajaan yang sangat berpengaruh di Jawa kala itu.

Putri Dwarawati tetap memeluk Islam, meski menikah dengan Brawijaya V yang bukan seorang Muslim. Komitmen keislaman Putri Champa ini tentu berdampak pada kemajuan dakwah Islam di tanah Jawa saat itu, apalagi mengingat statusnya bukan sekadar selir melainkan permaisuri dari Raja Majapahit.

Ada penelitian menarik yang meneliti naskah-naskah babad perihal ini. Penelusuran Nur Khalik Ridwan tentang “Melacak Jejak Politik Persebaran Islam antara Elit Kerajaan Majapahit dan Wali Sanga (Konsolidasi Hukum Islam di Jawa),” mendedahkan bahwa penyebaran Islam pada masa awal di Jawa, tidak luput dari jaringan anak-anak Raja Majapahit, Brawijaya V, yang memiliki istri yang beragama Islam.

Jadi dari istri-istri Brawijaya V lahir anak-anak bangsawan trah Majapahit yang telah beragama Islam. Di antaranya, dari Putri Dwarawati lahir Ratu Pembayun dan Lembu Peteng (Adipati Mandura). Ratu Pembayun ini menikah dengan Handayaningrat, yang kelak cucu mereka bernama Jaka Tingkir (Mas Krebet) mendirikan Kerajaan Pajang (salah satu kerajaan Islam masa awal di Jawa).

Ada lagi anak-anak dari dua istri (selir) Brawijaya V lainnya, yaitu dari Putri China lahir Raden Patah yang kelak mendirikan Kerajaan Demak Bintoro (kerajaan Islam masa awal di Jawa), dan dari Putri Wandan lahir Raden Bondan Kejawen.

Melahirkan Trah Kerajaan Majapahit yang Beragama Islam

Melalui kehadiran Putri Dwarawati, termasuk Putri China, dan Putri Wandan, lahir trah Kerajaan Majapahit yang beragama Islam. Dampaknya, semakin terterimanya orang Islam di lingkaran Keraton Majapahit. Sementara, kala itu, di luar keraton juga makin banyak orang Islam. Sehingga, anak-anak Brawijaya V yang beragama Islam kemudian menjadi pemimpin di berbagai daerah, dan menjadi sosok yang melambangkan kekuasaan orang-orang Islam di Jawa. Ini turut memasifkan perkembangan Islam kala itu.

Mengingat alur sejarah ini, maka menjadi tidak mengherankan jika penerimaan Islam di Jawa tidak membawa dampak resistensi yang besar. Sebab, selain karena para wali menyebarkan Islam di level akar rumput secara kultural (damai), di level elit juga Islam sudah masuk ke dalam keraton.

Tidak heran jika menurut cerita, Brawijaya V memuksakan diri (melenyapkan diri secara gaib) bersama para punggawanya. Seakan sang raja telah menerima keadaan untuk masyarakat Jawa menerima agama baru, dan munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak agama baru (Islam) yang didirikan oleh keturunannya sendiri.

Membuka Ruang Dakwah Wali Songo

Sebagaimana berdasarkan penjelasan M. Abdul Karim dalam Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, bahwa pada masa penyebaran Islam di Jawa, sebab para wali menampakkan dan mengajarkan akhlak yang baik dalam menyebarkan agama, membuat penguasa kala itu menilai ajaran Islam tidak mengganggu stabilitas pemerintahan. Sehingga, dalam prosesnya, para wali mampu menjalin hubungan yang baik dengan penguasa, dan menarik hati masyarakat untuk memeluk Islam.

Hal ini nampak, misalnya, sebab adanya relasi yang baik antara Sunan Ampel dan Raja Majapahit, membuat Sunan Ampel mendapat izin dari raja untuk menetap di Ampel. Sebuah momentum penting yang membuat Sunan Ampel dapat mengembangkan Islam di wilayah pesisir utara Jawa, hingga kemudian ke berbagai penjuru Jawa.

Namun demikian, terjalinnya hubungan baik antara para wali dan penguasa Majapahit, tidak hanya sebab dari konsolidasi para wali itu sendiri. Melainkan, juga tidak lepas dari pengaruh istri Raja Majapahit, dalam hal ini Putri Dwarawati, yang telah beragama Islam. Kita dapat melihat pentingnya posisi Putri Dwarawati, dalam penyebaran Islam di Jawa, dari motif rombongan Sunan Ampel yang datang dari Champa ke Majapahit.

Mengapa target mereka harus pergi ke Kutaraja Majapahit? Sebab, di situ telah ada Putri Dwarawati. Sehingga, pengaruh sang putri Champa di keraton dapat membuka ruang dakwah para wali di tanah Jawa. Itulah sebabnya salah satu motif kedatangan rombongan Sunan Ampel adalah untuk menemui bibinya, Putri Dwarawati.

Momentum Para Wali Mengembangkan Dakwah Islam

Agus Sunyoto menjelaskan bahwa, ketika berlabuh di Jawa, rombongan Syaikh Ibrahim Samarkandi (termasuk di dalamnya Sunan Ampel) memilih berlabuh di Gesik (sekarang Gesikharjo, Kec. Palang, Kab. Tuban), yang merupakan wilayah sebelah timur Bandar Tuban. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk kehati-hatian, mengingat Bandar Tuban saat itu adalah pelabuhan utama Majapahit.

Rombongan Syaikh Ibrahim Samarkandi memilih tinggal agak jauh dari pelabuhan utama Majapahit, sebab mereka ingin menyebarkan Islam kepada penduduk sekitar. Sembari mencari kesempatan ke Kutaraja Majapahit untuk bertemu Putri Dwarawati. Namun, sebelum sempat pergi ke kutaraja, Syaikh Ibrahim Samarkandi wafat di Gesik. Dan, perjalanan dilanjutkan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) beserta rombongan lainnya.

Pasca dari Kutaraja Majapahit ruang dakwah Sunan Ampel, dan wali lainnya, terbuka lebar. Mereka tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi sebagaimana sewaktu di Gesik. Sebab, Raden Rahmat (Sunan Ampel) sendiri telah mendapatkan izin dari Raja Majapahit untuk menetap di wilayah Ampel, dan saudaranya mendapat izin tinggal di Gresik.

Ini menjadi momentum emas para wali dalam mengembangkan dakwah Islam di tanah Jawa. Dan tentu, kesempatan itu tidak serta merta mereka dapatkan. Ada faktor yang melatar-belakanginya, salah satunya adalah pengaruh sang putri Champa dalam Keraton Majapahit.

Dari sini nampak, bahwa sosok Putri Dwarawati memiliki andil yang penting dalam jejaring Wali Songo. Sebab, terbukanya ruang dakwah Sunan Ampel beserta rombongannya, yang menjadi salah satu batu loncatan penting bagi kesuksesan dakwah Wali Songo di tanah Jawa, itu tidak lepas dari peran Putri Dwarawati. []

Tags: Dakwah Wali SongoHer StoryIslam NusantaraRatu MajapahitSejarah NusantaraSejarah PerempuanWali Songo
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Sejarah Perempuan Madura
Figur

Membicarakan Sosok Rato Ebu dalam Sejarah Perempuan Madura

7 Agustus 2025
Melawan Lupa
Publik

Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

29 Juli 2025
Revisi Sejarah
Publik

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
Publik

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

18 Juni 2025
Sejarah Perempuan
Publik

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

16 Juni 2025
Sejarah Perempuan
Publik

Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

12 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Istri Hamil

    Pentingnya Menjaga Kesehatan Istri Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semua Dimulai dari Definisi: Antara Penguasa dan Abdi Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Sehat bagi Ibu Hamil Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film The Substance: Saat Tubuh Perempuan Bukan Lagi Komoditas Visual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dapat Mengancam Kehidupan Ibu dan Bayi
  • Film The Substance: Saat Tubuh Perempuan Bukan Lagi Komoditas Visual
  • Empat Sehat Lima Sempurna: Kunci Asupan Gizi Ibu Hamil
  • Pendidikan Inklusi Bukanlah Proyek
  • Menjaga Kesehatan Ibu dan Janin melalui Asupan Gizi yang Tepat

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID