Mubadalah.id – Dalam kehidupan rumah tangga, sering kali kita menemukan ketimpangan dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam tentang relasi antara laki-laki dan perempuan.
Sebagian masyarakat masih meyakini bahwa tugas utama perempuan adalah berbakti kepada suami. Sementara suami seolah terbebas dari kewajiban moral yang sama terhadap istrinya.
Padahal, dalam pandangan Islam yang berkeadilan dan rahmatan lil ‘alamin, perilaku baik, kasih sayang, dan penghormatan harus bersifat timbal balik.
Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam Buku Qiraah Mubadalah menegaskan bahwa prinsip dasar Islam adalah keadilan hakiki dan akhlak mulia yang berlaku universal bagi seluruh manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam konteks inilah, perhatian terhadap siklus reproduksi, relasi keluarga, dan keseharian perempuan menjadi bagian dari kesadaran kemanusiaan yang tidak boleh dijadikan alasan untuk mengurangi hak-hak perempuan.
Dengan kata lain, kondisi biologis dan sosial perempuan bukanlah dalih untuk menomorduakan posisi mereka di hadapan laki-laki.
Atas dasar itu pula, banyak teks-teks hadits yang secara eksplisit ditujukan kepada laki-laki agar selalu waspada terhadap potensi kezhaliman terhadap perempuan.
Rasulullah Saw. mengingatkan para laki-laki untuk memperlakukan perempuan, istri, dan anak-anak dengan sebaik-baiknya akhlak. Salah satu hadits yang populer dari Imam Tirmidzi (no. 4269) serta Ibnu Majah (no. 2053) menyebutkan:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang terbaik perilakunya terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku.”
Hadits ini diriwayatkan dari Siti Aisyah Ra. dan Ibnu Abbas Ra. Istri dan sahabat Nabi yang kita kenal sangat dekat dengan kehidupan rumah tangga Rasulullah.
Karena secara literal, teks tersebut tampak mengarahkan pesannya kepada laki-laki. Namun, menurut metode pembacaan mubadalah makna hadits tidak berhenti di situ. []