Mubadalah.id – Demokrasi dalam konteks kebangsaan merupakan sebuah persoalan yang harus dijawab. Karena sebagai sebuah upaya dalam mencari bentuk kenegaraan lebih pasti dan memberi tempat kepada agama dan tidak membunuh agama yang lain.
Meneladani sikap demokratis Gus Dur dalam menyambut tahun politik 2024 merupakan sebuah upaya mempersatukan beragam arah dari kekuatan-kekuatan bangsa. Ia mengubah keterceraiberaian dari beragam kelompok sehingga dapat berjalan beriringan menuju arah kedewasaan.
Dalam agama Islam, Allah menciptakan adanya perbedaan dan keberagaman untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana dalam al-Qur’an Surah Al-Hujurat:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Lima Nilai Demokrasi Gus Dur
Lima nilai demokratis dengan mengutip “Kaji Ulang Konsep Hubungan Islam Dan Demokrasi” oleh Ahmad Ali Nurdin, menyebutkan bahwa setidaknya dalam demokrasi sendiri harus memuat lima nilai. Pertama, toleransi, ialah sebuah sikap menghargai dan menjunjung tinggi pendapat orang lain. Baik dalam hak berpendapat, tatacara beragama, dsb. Kedua, pengendalian diri, karena hal ini sangat dibutuhkan dalam sebuah sistem demokrasi, sehingga kebebasan setiap individu tidak dapat merugikan kebebasan orang lain.
Ketiga, menjaga martabat manusia. Maksudnya, tidak ada sikap saling menghina, merendahkan, ataupun menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya. Keempat, percaya diri, karena tiap-tiap individu masyarakat mempunyai hak yang setara. Kelima, mentaati peraturan yang menjadi tanggung jawab bersama. Sehingga dapat terciptanya negara yang tertib dan sejahtera.
Mengenal sosok KH. Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur, adalah seorang pemimpin yang memiliki kharismatik. Perjalanan hidupnya yang sulit kita lupakan . Gusdur Lahir pada 7 September 1940 di Denayar Jombang. Putra pertama dari enam bersaudara pasangan KH. Wahid Hasyim dan Hj. Solehah.
Penganalogian Gus Dur ibarat lembaran buku yang tidak akan pernah habis kita baca. Individu yang berwibawa dengan kepribadian tanpa sedikitpun muncul jiwa diskriminasi terhadap manusia baik dari warna kulit, perbedaan etnis atau kesukuan.
Memandang Sikap Demokratis Gus Dur
Memandang sikap demokratis Gus Dur, ia beranggapan bahwa mustahil dapat tercapainya demokrasi yang ideal. Jika tanpa adanya korelasi antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dengan rakyat. Begitupula untuk terwujudnya sistem pemerintahan yang baik, harus berlandas dengan sikap moralitas yang tinggi dari kedua belah pihak tersebut.
Di negara Indonesia khususnya, sistem demokratis bangsa saat ini masih belum bisa berdiri dengan tegak dan kokoh. Karena disebabkan para pemegang kekuasaan yang masih belum bisa menjalankan seluruh peraturan. hal ini dibuktikan dengan maraknya orang-orang yang duduk di kursi petinggi terjerat kasus-kasus korupsi.
Dengan demikian, masih banyak PR yang harus diselesaikan bagi setiap individu baik dari kalangan penguasa maupun rakyat biasa dalam upaya menyempurnakan sistem demokrasi bangsa ini yakni dengan cara menumbuhkan moralitas yang melibatkan penguasa dalam mengatasi penderitaan rakyat kelas bawah khususnya.
Gus Dur Mengutamakan Musyawarah
Gus Dur mengutamakan musyawarah dalam berwarga negara. Tidak sedikit terjadinya pertentangan antar golongan baik yang disebabkan oleh perbedaan agama, organisasi, komunitas, partai, maupun perbedaan-perbedaan lainnya. Adanya kontraversi tersebut tentu saja dapat mengganggu stabilitas demokrasi.
Sikap demokratis Gus Dur menilai bahwa sikap perdamaian atau toleransi harus lahir dari setiap elemen masyarakat. Karena adanya perbedaan bukan berarti sebagai pemicu peperangan. Melainkan sebagai penghubung untuk mengenal satu sama lain.
Lebih rinci, Gus Dur memaparkan bahwa agama islam tidak pernah mendoktrin terkait negara. terdapat tiga komponen penting yang harus dimiliki negara menurut Gus Dur. Meliputi: mengutamakan permusyawaratan, menegakkan keadilan, serta adanya jaminan kebebasan bagi rakyat.
Beberapa hal sikap demokratis Gus Dur yakni tidak pernah membeda-bedakan seorang individu. Baik dari latar belakangnya, aspek agama, politik, suku, partai, ormas, maupun atribut-atribut lainnya. Karena fokus perhatian bagi sosok Gus Dur adalah manusia dan kemanusiaan itu sendiri.
Menurut Gus Dur, adanya perbedaan dari sudut apapun merupakan suatu keniscayaan. Sedangkan tugas sebagi manusia adalah mensyukuri, menghargai, serta menikmati perbedaan. Hal tersebut sebagai bentuk berkah bukan sebuah musibah. Sifat mencintai manusia terus mengalir dalam darah Gus Dur, bahkan setelah ia turun dari kursi presiden.
Penghargaan Terhadap Gus Dur
Gus Dur merupakan salah satu dari sedikit ulama ataupun tokoh nasional yang dikenal konsisten dalam memperjuangkan demokrasi dan toleransi beragama. Karena sikap konsisten tersebut, mengantarnya mendapat banyak penghormatan serta penghargaan baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Penghargaan yang ia peroleh atas konsisten memperjuangkan demokrasi dan toleransi umat beragama seperti Frist Freedom Center pada tahun 2010 sebagai wujud apresiasi karena gigih dalam mengupayakan kebebasan berpikir dan penegakkan HAM bagi semua keyakinan, tradisi, maupun agama.
Dengan melihat catatan perjalanan presiden Indonesia ke-4 tersebut, maka bukankah sebaiknya kita sebagai warga Indonesia meneladani sosoknya yang demokratis. Jiwa demokratis sebagai warga negara sudah seharusnya tertanam kokoh pada masing-masing individu dalam menyambut pesta politik tahun 2024. []