• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menyoal Stigma Negatif Perempuan yang Senang Berolahraga

Katanya perempuan tidak pantas berolahraga, karena dengan menggerak-gerakkan tubuhnya perempuan berpotensi melakukan dosa yaitu membuat laki-laki menjadi bergairah dan tergoda. Apakah benar?

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
05/09/2021
in Personal, Rekomendasi
0
Jawa Barat

Jawa Barat

283
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah video yang berisi seorang perempuan yang sedang melakukan beberapa gerakan olahraga. Konten tersebut ramai dikomentari oleh netizen Indonesia. Namun sayangnya komentar-komentar tersebut justru berisi kata-kata negatif dan kasar. Misalnya “pakaiannya sih udah ukty, tapi sayang kok perilakunya bar-bar”, “muslimah itu olahraganya di kasur dan mengurus rumah aja, enggak usah aneh-aneh, dosa tau.”

Hal inilah yang membuat saya gemas dan greget, perempuan selalu mendapatkan stigma negatif dalam banyak hal, termasuk dalam kegiatan olahraga. Dan parahnya hal ini bukan hanya terjadi di dunia maya saja, tetapi juga dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sebagian teman laki-laki saya sering mengomentari perempuan yang gemar melakukan kegiatan olahraga. Terutama olahraga yang menurut sebagian masyarakat tidak pantas dilakukan oleh perempuan. Seperti basket, sepak bola, bulu tangkis, panjat tebing, balap motor, balap mobil, dan olahraga lari.

Tetapi anehnya di sisi lain, mereka juga tetap mengomentari kegiatan olahraga yang lain, misalnya senam, yoga atau olahraga sejenis itu.  Katanya perempuan tidak pantas berolahraga, karena dengan menggerak-gerakkan tubuhnya perempuan berpotensi melakukan dosa yaitu membuat laki-laki menjadi bergairah dan tergoda. Apalagi jika olahraga tersebut dilakukan dengan memakai pakaian yang ketat dan di ruangan terbuka.

Dengan begitu, tidak heran jika kelompok olahraga ibu-ibu di kampung saya seringkali mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Bahkan beberapakali pernah dibubarkan oleh salah satu tokoh agama dengan alasan mengganggu ketertiban masyarakat. Alasan yang absurd bingits….

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Padahal menurut saya olahraga itu banyak manfaatnya, salah satunya adalah menjaga kesehatan serta kebugaran tubuh. Bukankah menjaga kesehatan itu wajib bagi setiap manusia. Kerena kesehatan merupakan hak bagi setiap manusia.

Selain itu, Islam juga memandang olahraga sebagai suatu kegiatan yang baik dan menjadi salah satu cara yang sangat efektif dalam menyehatkan tubuh.  Dengan begitu, salah banget jika ada orang yang mengatakan bahwa olahraga tidak pantas dan haram dilakukan oleh perempuan.

Hal ini didasarkan pada sebuah hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Nabi dalam hadisnya menganjurkan kepada para sahabat dan seluruh umat Islam untuk menguasai bidang olahraga. terutama berkuda, berenang, dan memanah.

Menurut Salahudin dalam sebuah jurnal yang berjudul “Olahraga menurut Pandangan Islam”, menyampaikan bahwa tiga jenis olahraga yang dianjurkan oleh nabi tersebut, bisa dianggap sebagai sumber dari semua jenis olahraga yang ada pada zaman sekarang. Dan ketiganya mengandung aspek kesehatan, keterampilan, kecermatan, sportifitas dan kompetensi.

Jika dilihat dengan perspektif mubadalah (kesalingan), anjuran ini tidak hanya berlaku bagi laki-laki saja, tetapi juga bagi perempuan. Karena laki-laki dan perempuan sama-sama manusia yang mempunyai hak untuk hidup sehat dan bahagia. Terutama dalam masa pandemi covid-19 ini. Di mana olahraga menjadi salah satu bentuk iktiar manusia untuk melawan penyakit yang sangat mengerikan tersebut.

Kemudian yang terakhir, terkait jenis pakaian apa yang dipakai oleh perempuan ketika berolahraga harusnya tidak perlu diperdebatkan, apalagi dijadikan alasan pelarangan perempuan untuk berolahraga. Sebab, apapun jenis kain yang melekat pada seseorang, jika otak kita masih memandang lawan jenis sebagai objek seksual, maka pergaulan kita akan tetap tidak sehat.

Maka dari itu, Ibu Nur Rofiah sebagai founder gerakan Kajian Gender Islam (KGI) mengatakan bahwa makna dari istilah ghaddul bashar bukan menundukan mata secara fisik, tetapi mengontrol otak dan cara berpikir kita dengan sehat. Sehingga pergaulan kita dengan sesama manusia menjadi pergaulan yang saling belajar, mendukung, bekerjasama dan saling mendorong untuk menebar kebaikan dan manfaat. []

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: bulutangkisperempuan
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Rahasia Rasa

    Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja itu Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Malu Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID