• Login
  • Register
Jumat, 13 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

Kita bisa mulai dari diri sendiri, yaitu dengan belajar lebih terbuka, tidak mudah menghakimi, dan membiasakan diri berdialog dengan mereka berbeda.

Bintang Jagat Pandawa Bintang Jagat Pandawa
12/06/2025
in Publik
0
Pancasila

Pancasila

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap tanggal 1 Juni, kita semua memperingati Hari Lahir Pancasila. Tapi, pernahkah kita benar-benar meresapi maknanya? Karena seringkali, bagi sebagian dari kita, 1 Juni hanya tanggal merah di kalender. Padahal menurut saya, hari itu adalah momen penting untuk kembali mengingat dan menghayati Pancasila, dasar negara yang menyatukan kita sebagai bangsa Indonesia.

Pancasila bukan sekadar lima sila yang kita hafal di sekolah. Ia adalah pondasi hidup bersama di negeri yang kaya akan keberagaman, baik dari suku, ras, agama, bahasa, hingga budaya. Sayangnya, belakangan ini, nilai-nilai Pancasila, khususnya soal toleransi, tampak semakin memudar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan maraknya kasus intoleransi.

Pada tahun 2024, SETARA Institute mencatat ada sebanyak 260 peristiwa dan 402 tindakan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB). Dari jumlah itu, 123 kasus adalah intoleransi, dengan 73 tindakan dilakukan oleh masyarakat dan 50 tindakan diskriminasi oleh negara.

Data ini mengingatkan kita pada kasus intoleransi di Desa Astanalanggar, Cirebon. Di desa tersebut rencananya akan dibangun Gereja GBI (Gereja Bethel Indonesia), namun hingga saat ini ditolak oleh warga sekitar. Alasan utamanya adalah perizinan. Bahkan sebagian lagi menolak karena kekhawatiran akan terjadinya kristenisasi.

Kasus seperti ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat kita masih belum sepenuhnya siap menerima perbedaan. Banyak dari kita masih sulit menerima perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, yang patut kita syukuri.

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Akar Permasalahan Intoleransi

Lalu, sebenarnya, apa sih yang menjadi penyebab intoleransi masih sering terjadi di masyarakat kita? Berdasarkan beberapa sumber yang saya rangkum, setidaknya ada tiga faktor, di antaranya:

Pertama, pendidikan toleransi yang minim. Banyak sebagian masyarakat kita tumbuh di lingkungan yang homogen. Sehingga mereka tidak terbiasa berinteraksi dengan orang yang berbeda agama dan keyakinan. Akibatnya, yang berbeda sering kali dianggap sebagai ancaman.

Kedua, pengaruh media sosial. Di era digital, banyak orang mudah percaya hoaks, bahkan tanpa melakukan verifikasi. Hal ini diperparah jika ada isu yang melibatkan perbedaan agama, di mana berita palsu bisa dengan cepat memicu emosi dan kebencian.

Ketiga, kita jarang sekali memiliki ruang aman untuk berdialog.. Banyak konflik sebenarnya bisa diselesaikan dengan duduk bersama dan berdialog secara terbuka. Ketiadaan ruang ini membuat kesalahpahaman mudah menjadi konflik.

Membangun Toleransi Bersama

Maka dari itu, bagi saya, Hari Lahir Pancasila bisa jadi momen yang tepat untuk refleksi diri. Kita bisa mulai dari diri sendiri, yaitu dengan belajar lebih terbuka, tidak mudah menghakimi, dan membiasakan diri berdialog dengan mereka berbeda.

Bahkan sebagai generasi muda, kita memiliki peran penting untuk menyebarkan nilai toleransi dan kedamaian. Kita adalah agen perubahan yang bisa membentuk masa depan yang lebih damai.

Jadi, mari rayakan Hari Lahir Pancasila bukan hanya dengan unggahan di media sosial. Namun dengan sikap nyata yaitu memperlakukan orang lain dengan hormat, membuka ruang dialog, dan menjaga kedamaian di sekitar kita.

Karena pada akhirnya, menjaga toleransi adalah bagian dari menjaga kehidupan bersama yang lebih aman dan damai. Dan itu adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya di momen Hari Lahir Pancasila, tapi dalam keseharian kita sebagai warga negara. []

Tags: MenghidupkanMerawatPancasilatoleransi
Bintang Jagat Pandawa

Bintang Jagat Pandawa

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon.

Terkait Posts

Nikel Raja Ampat

Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat

12 Juni 2025
Tanah Papua

Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

12 Juni 2025
Kak Owen

Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

12 Juni 2025
Sejarah Perempuan

Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

12 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Raja Ampat

Kelompok Waifuna: Perempuan-perempuan Penjaga Laut Raja Ampat, Papua Barat

11 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Realita Disabilitas Dunia Kerja

    Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar
  • Prinsip Penghormatan dan Kasih Sayang Jadi Fondasi untuk Berelasi Antar Manusia
  • Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang
  • Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID